Mengenal Tradisi Jamasan Pusaka pada Bulan Sura

Selasa, 26 Januari 2021 - Ikhsan Aryo Digdo

INDONESIA kaya akan tradisi turun-temurun. Jamasan Pusaka menjadi salah satu tradisi yang identik dilakukan masyarakat Jawa pada bulan Sura. Tradisi tersebut hadir di banyak tempat Pulau Jawa, baik Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, juga Yogyakarta.

Jamasan pusaka berasal dari bahasa Jawa Kromo Inggil (tingkatan tertinggi dalam bahasa Jawa). ‘Jamas’ mempunyai arti cuci, membersihkan atau mandi. Sedangkan kata ‘Pusaka’ menjadi sebutan bagi benda-benda yang dikeramatkan atau dipercaya memiliki kekuatan tertentu.

Baca Juga:

Cuma di Negeri Aing Pesta Pernikahan Sampai Menutup Jalan

Jadi, Jamasan Pusaka merupakan tradisi mencuci benda-benda pusaka peninggalan nenek moyang dan dibersihkan setiap Selasa Kliwon tepat pada 1 Suro menurut penanggalan kalender Jawa.

Membersihkan benda pusaka menggunakan perasan jeruk nipis. (Foto: instagram/@wonogiri_photography)

Mengapa Selasa Kliwon? Karena hari itu merupakan hari turunnya wahyu keraton. Upacara ini memiliki beberapa tahapan, mulai dari pengambilan pusaka yang disimpan di tempat tertentu, tahap tirakatan (bersemedi), tahap arak-arakan, dan tahap pemandian atau Jamasan Pusaka.

Pembersihan benda pusaka ini menggunakan perasan air jeruk nipis. Saat telah kering, pusaka diberi warangan berkali-kali untuk melindunginya dari karat. Terakhir, pusaka diolesi minyak kelapa yang dicampur dengan minyak cendana.

Tanggal 1 Sura dipilih karena tanggal ini menjadi penanda tahun baru Islam. Bulan Sura juga merupakan bulan pertama dalam penanggalan Jawa yang diyakini sebagai bulan keramat, penuh larangan, dan pantangan.

Baca Juga:

Cuma di Negeri Aing, Kaleng Biskuit Isi Rengginang

Nah, maka dari itu, masyarakat Jawa percaya bahwa mereka harus menghindari melakukan kegiatan besar seperti hajatan hingga pernikahan di bulan ini. Alasannya tak lain ialah mencegah datangnya kesialan.

Biasanya, benda-benda yang akan dibersihkan dalam tradisi Jamasan Pusaka antara lain keris, gamelan, tombak, kereta kencana, dan berbagai peralatan upacara lainnya. Hal ini diyakini sebagai cara untuk menghargai peninggalan nenek moyang.

Tujuan dari ritual Jamasan Pusaka ini yaitu untuk memperoleh perlindungan, kententeraman, dan keselamatan. Sebab, benda-benda pusaka tersebut dipercaya memiliki kekuatan gaib dan akan memberi berkah jika dirawat dengan baik bagi sebagian masyarakat Jawa.

Gotong royong membersihkan pusaka kereta kencana. (Foto: instagram/@didik_yeri)

Selain itu, tradisi ini bertujuan untuk membersihkan diri secara fisik dan juga batin. Ini mengajarkan bahwa manusia harus introspeksi diri mengingat apa yang sudah dilakukan sepanjang tahun dan apa yang akan dilakukan pada tahun mendatang.

Perihal tersebut, kamu juga harus melihat dari sisi nilai-nilai budaya yang bisa kamu gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti nilai kebersamaan, hal ini tercermin dari kebersamaan masyarakat bergotong-royong dalam prosesi upacara, kemudian melakukan doa demi keselamatan bersama.

Lalu dari sisi religius, tercermin dalam doa bersama yang ditujukan kepada Tuhan agar mendapat perlindungan, keselamatan, dan kesejahteraan dalam menjalani kehidupan.

Tradisi ini juga mengajarkan agar masyarakat selalu tetap menghargai sejarah dan makna yang ada di baliknya. Sehingga, tidak sekedar membersihkan dan merawat fisik benda pusaka saja. Yang lebih penting adalah memahami segenap nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam benda pusaka. (scp)

Baca Juga:

Jajanan SD di Negeri Aing Nikmat dan Bikin Ketagihan, Tapi...

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan