Mengenal Perkembangan Anak di Setiap Fase Usia

Sabtu, 10 Oktober 2020 - Ikhsan Aryo Digdo

DALAM pertumbuhan si kecil, orang tua harus mendampingi setiap prosesnya. Pada orang tua harus tahu betul perkembangan anak di setiap fase usianya.

"Dalam menemani anak bereksplorasi dan berekspresi, orang tua harus memahami apa saja yang terjadi di tiap tahapan tumbuh kembang anak," tutur Psikolog Anak, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi.

Baca juga:

Dukung Pertumbuhan Anak dengan Eksplorasi

Apa saja sih perkembangan yang dimiliki anak di setiap fasenya?

Usia 0- 2 Tahun

Usia 0-2 tahun anak belajar melalui inderanya (Sumber: Pexels/Dominica Roseclay)

Pada usia 0-2 tahun, anak mencoba mengenal lingkungan sekitar dengan pancaindera. Di tahapan ini sensorik anak mulai berkembang.

"Lakukan aktivitas yang merangsang sensoriknya seperti mainan bertekstur atau bermain rumput," saran Vera. Di fase usia ini Vera menghimbau para orang tua untuk tidak memberikan gadget. "Kalau sudah diberikan gadget, anak menjadi pasif. Itu dapat menghambat perkembangan motorik si kecil," jelasnya.

Usia 2-4 Tahun

Usia 2-4 tahun kemampuan bahasa anak berkembang (Sumber: Pexels/Lina Kivaka)

Memasuki usia 2-4 tahun, motorik anak telah berkembang secara sempurna. Mobilitasnya tinggi sehingga anak suka lari-larian, panjat-panjatan dan lain-lain. "Jangan langsung dicap nakal atau hiperaktif ya. Itu memang fasenya," terang Vera.

Baca juga:

Parents Jangan Cengeng, Didik Anak Agar Tidak Manja

Selain kemampuan motorik yang berkembang pesat, kemampuan paling menonjol untuk anak usia balita adalah kemampuan bicaranya. Anak anak suka bercerita.

"Biasanya mereka mulai bisa merangkai satu kalimat lengkap dimana satu kalimat terdiri dari dua kata," jelas Vera. Ajak anak mengobrol, bernyanyi atau bacakan buku cerita dapat mengasah perkembangannya di fase ini.

Usia 4-8 Tahun

Usia 4-8 tahun anak suka menciptakan sesuatu (Sumber: Pexels/Cottonbro)

Di usia 4-8 tahun anak mulai bisa mengekspresikan dirinya. Mereka senang menciptakan sesuatu dengan peralatan di sekelilingnya. "Anak mulai suka aktivitas seperti mewarnai, bermain alat musik dan lain-lain. Cari tahu apa yang menjadi minatnya," ucap Vera.

Setelah memahami perkembangan di tiap tahapannya, orang tua harus mempersiapkan materi bermain dan stimulasi yang tepat untuk anak. "Jika orang tua tidak bisa mendampingi secara langsung, mereka bisa membuat kurikulum yang tepat dan minta bantuan pendamping anak misalnya pengasuh atau neneknya," tutur Vera.

Selain itu, Vera juga berharap bahwa ayah ibu sama-sama hadir dalam mendampingi tumbuh kembang anak. "Ada seorang ayah saat ditanya perkembangan anaknya tidak tahu. Ini bahaya," cetusnya. Menurut Vera, ketidakpahaman orang tua dalam setiap fase tumbuh kembang anak akan menimbulkan kekerasan pada anak.

"Ayahnya perlakukan anaknya kasar karena berpikir anaknya nakal. Padahal memang dia yang tidak paham tumbuh kembang anaknya," ujarnya.

Dirinya menyarankan pada ayah yang tidak bisa hadir secara langsung untuk terus mengupdate perkembangan buah hatinya dengan istri. Dengan demikian, mereka dapat berbagi tugas dengan baik. "Kuncinya konsistensi," tukasnya. (avia)

Baca juga:

Semua Orang Sukses dan Bahagia Miliki Orang Tua Seperti Ini

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan