Mengenal Perkembangan Anak di Setiap Fase Usia


Perkembangan si kecil di setiap usianya (Sumber: Pexels/Gustav Frings)
DALAM pertumbuhan si kecil, orang tua harus mendampingi setiap prosesnya. Pada orang tua harus tahu betul perkembangan anak di setiap fase usianya.
"Dalam menemani anak bereksplorasi dan berekspresi, orang tua harus memahami apa saja yang terjadi di tiap tahapan tumbuh kembang anak," tutur Psikolog Anak, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi.
Baca juga:
Apa saja sih perkembangan yang dimiliki anak di setiap fasenya?
Usia 0- 2 Tahun

Pada usia 0-2 tahun, anak mencoba mengenal lingkungan sekitar dengan pancaindera. Di tahapan ini sensorik anak mulai berkembang.
"Lakukan aktivitas yang merangsang sensoriknya seperti mainan bertekstur atau bermain rumput," saran Vera. Di fase usia ini Vera menghimbau para orang tua untuk tidak memberikan gadget. "Kalau sudah diberikan gadget, anak menjadi pasif. Itu dapat menghambat perkembangan motorik si kecil," jelasnya.
Usia 2-4 Tahun

Memasuki usia 2-4 tahun, motorik anak telah berkembang secara sempurna. Mobilitasnya tinggi sehingga anak suka lari-larian, panjat-panjatan dan lain-lain. "Jangan langsung dicap nakal atau hiperaktif ya. Itu memang fasenya," terang Vera.
Baca juga:
Selain kemampuan motorik yang berkembang pesat, kemampuan paling menonjol untuk anak usia balita adalah kemampuan bicaranya. Anak anak suka bercerita.
"Biasanya mereka mulai bisa merangkai satu kalimat lengkap dimana satu kalimat terdiri dari dua kata," jelas Vera. Ajak anak mengobrol, bernyanyi atau bacakan buku cerita dapat mengasah perkembangannya di fase ini.
Usia 4-8 Tahun

Di usia 4-8 tahun anak mulai bisa mengekspresikan dirinya. Mereka senang menciptakan sesuatu dengan peralatan di sekelilingnya. "Anak mulai suka aktivitas seperti mewarnai, bermain alat musik dan lain-lain. Cari tahu apa yang menjadi minatnya," ucap Vera.
Setelah memahami perkembangan di tiap tahapannya, orang tua harus mempersiapkan materi bermain dan stimulasi yang tepat untuk anak. "Jika orang tua tidak bisa mendampingi secara langsung, mereka bisa membuat kurikulum yang tepat dan minta bantuan pendamping anak misalnya pengasuh atau neneknya," tutur Vera.
Selain itu, Vera juga berharap bahwa ayah ibu sama-sama hadir dalam mendampingi tumbuh kembang anak. "Ada seorang ayah saat ditanya perkembangan anaknya tidak tahu. Ini bahaya," cetusnya. Menurut Vera, ketidakpahaman orang tua dalam setiap fase tumbuh kembang anak akan menimbulkan kekerasan pada anak.
"Ayahnya perlakukan anaknya kasar karena berpikir anaknya nakal. Padahal memang dia yang tidak paham tumbuh kembang anaknya," ujarnya.
Dirinya menyarankan pada ayah yang tidak bisa hadir secara langsung untuk terus mengupdate perkembangan buah hatinya dengan istri. Dengan demikian, mereka dapat berbagi tugas dengan baik. "Kuncinya konsistensi," tukasnya. (avia)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami

Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat

Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak

Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain

Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa

Dokter Bocorkan Cara Ajaib Bikin Anak Berprestasi Hanya dengan Musik

Bahaya Gawai Mengintai Si Kecil, Dokter Peringatkan Dampak Buruknya pada Kebiasaan Makan dan Tumbuh Kembang!

Wujudkan Kebersamaan dan Keakraban, LEGO Kampanyekan 'Main Bareng Bangun Silaturahmi' Ajak Seluruh Keluarga Kumpul di Ramadan
Parents, Lakukan 6 Hal ini untuk Mengajarkan Anak Berpuasa

Konglomerat Besar Korsel Dorong Karyawan untuk Memiliki Anak, Janjikan Banyak Insentif hingga Bonus Tunai
