Lewat Teater, Happy Salma Tuangkan Idealisme

Jumat, 20 April 2018 - Dwi Astarini

SETELAH sukses di drama teater Bunga Penutup Abad, Happy Salma kini tampak begitu bergairah menggeluti dunia teater. Apalagi, di pementasan drama tersebut, aktris cantik itu menjadi pemain sekaligus produser.

Kegairahan Happy Salma di dunia teater sendiri tak lepas dari kecintaannya pada sastra yang begitu besar. Sastra menjadi sangat berarti bagi aktris kelahiran Sukabumi tersebut.

Ada alasan tertentu di balik pilihannya untuk mantap menekuni dunia teater ketimbang film. Salah satunya yaitu ialah mengadaptasikan idealisme.

“Kenapa film bukan panggung? Saya kan kecintaanya pada sastra, kalau saya enggak ada kegiatan lain, main film sedikit. Kecintaan saya pada sastra itu sudah jadi komitmen. Saya ingin membuat karya lagi,” ucap Happy Salma saat ditemui Merahputih.com di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat, Rabu (18/4).

Ia kemudian menuturkan soal pilihannya pada panggung.

“Kenapa panggung? Pilihannya memang satu, tidak populer, tapi di panggung saya bisa mengadaptasikan idealisme yang saya punya ketimbang ketika di film. Film juga biayanya lebih banyak. Panggung yang bisa membuat saya lebih fleksibel dengan apa yang saya ingin," lanjutnya.

happy salma
Kecintaan saya pada sastra itu sudah jadi komitmen. (Foto: MP/Albi)

Bukan Soal Materi


Pilihan Happy Salma terjun ke dunia teater sendiri tak ada sangkut pautnya dengan materi. Ia hanya ingin mengedukasi bahwa ada seni alternatif di Indonesia selain visual, yaitu panggung.

Happy menyebut, jika semua orang hanya terfokus pada film, akan ada talenta yang tak punya tempat yang cocok dan hasilnya tak akan maksimal.

“Tujuannya, saya ingin mengedukasi bahwa ada seni alternatif di indonesia selain visual, yaitu panggung. Kalau semua produser ingin bikin film, nanti profesi-profesi yang punya kualitas bagus tidak punya tempat juga kan sayang,” ucap Happy.

Semangatnya di dunia teater yang seakan tak terbendung itu merupakan wujud panggilan hati bagi Happy Salma.

“Itu lebih ke panggilan hati saya. Lebih mencintai panggung. Bagi saya lebih mudah mengadaptasikan sebuah karya sastra,” tambahnya.


Perbedaan Teater dan Film

Sebagai seniman, happy tentu ingin menjajal segala posisi yang ditawarkan duni aseni, termasuk menjadi sutradara ataupun produser. Lewat teater lah ia bisa mencapai posisi tersebut.

“Kalau di film kan saya enggak memproduseri, hanya bermain. Kalau bermain, saya harus ikut waktu mereka. Kalau yang memproduserinya, saya yang ngatur waktu mereka. Setelah berumah tangga, saya lebih fokus ke keluarga, anak, suami dan waktunya saya yang bisa mengatur kalau di panggung,” tutur Happy.

Kendati demikian, Happy pun mengaku tak lantas meninggalkan dunia film begitu saja. Ia mengaku tetap aktif, tapi dengan intensitas yang tak begitu banyak.

“Paling kalau ambil film yang durasinya enggak terlalu panjang untuk melepas rasa kangen saya saja,” lanjutnya.

happy salma
Baginya Kartini adalah semangat. (Foto: MP/Ikhsan Didgdo)


Teater Kartini

Berawal dari karya Pram, Panggil Aku Kartini Saja, Happy Salma pun melihat sosok Kartini yang bukan cuma seorang perempuan yang dipingit nikah dan meninggal. Happy begitu banyak menggali pandangan Kartini yang melampaui zamannya.

“Saya baru tahu Kartini bisa menggambar melukis dengan baik. Membuat puisi yang indah dan pandangan-pandangan ideologi dia soal agama, kesetaraan gender, dan sebagainya. Sudah bisa melampaui zamannya,” kata Happy.

“Bagi saya, Kartini tuh semangat. Seorang perempuan yang bisa mengungkapkan pandangan dia dalam bentuk apa pun. Ia sudah terbebas dalam kungkungan dirinya,” tambahnya

Bertepatan dengan peringatan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April nanti, Happy Salma akan membuat pertunjukan Kartini. Akan ada tiga orang perempuan yang salah satunya memiliki kemelut dan sakit dalam dirinya.

“Tanggal 21 nanti saya akan buat pertunjukan Kartini, ada 3 perempuan. Ada satu perempuan yang dia punya kemelut dan sakit dalam dirinya. Bagaimana dia bisa membebaskan kesakitan dalam dirinya. Ada Dinda Kanya Dewi yang memerankan perempuan yang terkungkung dari tekanan pekerjaan,” ujarnya.

Happy menjelaskan bahwa pertunjukan teater itu menceritakan bagaimana seorang perempuan yang terkungkung dalam lingkungan sosialnya. Hal itu yang ingin disampaikan olehnya. Namun, kali ini Happy tak menjadi pemain, tapi hanya menjadi produser. Ia mengaku telah menyiapkan penampilan itu dengan sangat matang dalam waktu yang cukup lama.

“Bentuknya teater, tanggal 21. Sudah dipersiapkan setahun, tapi eksekusinya lama. Kan pelan-pelan,” papar Happy.

Teater Kartini itu akan menampilkan frame bahwa perempuan maju bukan berarti harus galak, bukan harus bertarung, melainkan perempuan bisa berjuang dengan cara keperempuanannya yaitu dengan kodratnya sebagai perempuan. Baginya, caranya perempuan, ya hanya perempuan yang tahu. Perempuan melawan dengan senyum dan pendekatan, laki-laki tidak bisa melakukan itu. (ryn)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan