Sosok di Balik Peran DN Aidit Dalam Film Pengkhiatan G30S/PKI

Jumat, 29 September 2017 - Yudi Anugrah Nugroho

SANG sutradara, Arifin C Noer cemas. Dia hanya memiliki satu foto DN Aidit, Ketua CC PKI, pada sebuah acara di Istora. Foto pun sudah tidak begitu jelas. Sementara, mustahil membuat film tentang persitiwa 30 September 1965 tanpa sosok “Kawan Ketua” sapaan khas DN Aidit.

Tentu sulit menemukan foto apalagi video Aidit di tahun 1982-1984 ketika penggarapan film Pengkhianatan G30S/PKI, karena segala hal berbau PKI, paska-persitiwa 1965 sudah dihancurkan, dimusnahkan, dan dihilangkan. Tidak ada pihak berani menyimpan apa pun, secuil pun tentang segala hal berbau PKI, karena berujung minimal bui.
Titik cerah perlahan menerangi jalan Arifin C Noer. Dia beroleh sebuah pas foto Aidit dengan sangat jelas. “Ternyata bentuk fisik Aidit tak sebesar yang kami bayangkan semula,” ujar Jajang C Noer, istri Arifin C Noer, sebagaimana dikutip pada Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara.

Mereka pun menemukan sosok paling cocok untuk memerankan Aidit. “Dari pasfoto itulah Mas Arifin punya kesan bahwa Aidit terlihat mirip Syu`bah. Bukan pada kepersisan wajah, tapi pada wibawa,” ujar Jajang.

Syubah Asa, sastrawan cum jurnalis, lantas mendapat tugas memerankan tokoh Aidit. Pria kelahiran Pekalongan, 21 Desember 1941, merupakan redaktur di pelbagai media, mulai Majalah Tempo (1971-1987), Majalah Editor (1987-1988), dan Majalah Panji Mas (1980-an).

Dia mendalami olah peran ketika bergabung Bengkel Teater Rendra di Yogyakarta. Berperan sebagai tokoh besar PKI merupakan pengalaman tersendiri baginya. Semula, dia ingin mendalami sosok Aidit secara utuh namun arahan sang sutradara menginginkan secara fragmen.

“Tadinya saya ingin memberikan perwatakan yang lebih utuh,” ungkap Syubah Asa pada Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara. “Tapi Arifin bilang tak perlu karena dia hanya butuh beberapa ekspresi saja”.

Maka, intepretasi sosok Aidit kemudian nampak sebagai fragmen-fragmen seperti mata terbelalak marah, atau gaya merokok, dan terkadang close-up bibir tengah berucap pada film berdurasi 271 menit. “Saya tidak merasa sukses memainkan peran itu,” ungkapnya.

Meski sebatas fragmen, Syubah tidak kecewa karena dia mengerti sedari awak sosok Aidit dibutuhkan hanya sebagai pengimbang, bukan tokoh utama.

Dia memang merasa kesulitan mendalami peran Aidit, karena riset tentang “Kawan Ketua” sangat minim dan akses ke keluarganya tidak ada.

Melalui Amarzan Ismail Hamid, satsrawan nan mengenal Ketua CC PKI tersebut, dia mengolah karakter Aidit. Sepanjang malam, Syubah berdiskusi panjang dengan Amarzan untuk mendalami peran Aidit di Wisma Tempo, Sirnagalih, Megamendung, Jawa Barat.

Tokoh-tokoh komunis dunia seperti Mao Zedong dan Ho Chi Minh, menurut Amarzan, sangat karimastik, namun Aidit tidak. “Dari informasi itulah saya tafsirkan ke dalam gerak wajah,” imbuhnya.

Hingga proses pembuatan film, Syubah mengaku tidak mudah mendalami peran Aidit. “Sulit untuk menggambarkan sosok seorang Aidit,” keluhnya. “Apalagi itu film propaganda. Semua yang ada di dalamnya dibuat berdasarkan keinginan sang pemesan”. (*)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan