Warteg Hadir Mendamaikan Rasa Kangen Kampung Halaman

Selasa, 01 Maret 2022 - Iftinavia Pradinantia

KULINER memainkan peranan penting dalam gaya hidup muda mudi masyarakat urban. Mereka kerap memasukan agenda makan-makan di setiap pertemuan dengan temannya. Ada penyuka makanan Chinese food, Korean Food, Japanese food, Western food dan masakan asli Indonesia.
Meski pilihan kulinernya beragam, masyarakat usia muda di Indonesia ternyata masih menyukai makanan Indonesia. Hasil jajak pendapat Jakpat menunjukkan penggemar masakan Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan penyuka makanan Western atau Korea. Sebanyak 80 persen kelompok usia 15 hingga 19 tahun, 93 persen dari kelompok usia 20 hingga 24 tahun, dan 93 persen usia 25 hingga 29 tahun memilih masakan Indonesia dibandingkan masakan Western atau Korea.
Masakan Indonesia pun cukup beragam. Kadang saking beragamnya sehingga banyak konsumen bingung. Namun, tak perlu bingung ketika tiba-tiba kangen makanan rumah. Tentu saja pilihannya Warung Tegal (Warteg). Warteg jadi pilihan masyarakat urban saat rindu kampung halaman. Rasa rindu paling susah terbendung ketika di tanah rantau tentu saja masakan rumahan.
warteg
Menu masakan di Warteg bikin kangen masakan rumah (Foto: Pixabay-4547)
IDN Research Institute menyebut 46 persen milenial suka Warteg karena lebih murah. Sementara 47 persen lagi menyukai restoran lokal seperti Warteg karena beragam. Bagi sebagian orang, Warteg lebih dari sekedar restoran lokal. Terutama bagi perantau.
Warteg menjadi wadah tepat untuk melepas rindu akan masakan rumahan. Warteg juga menjadi komunitas bagi perantau asal Jawa Tengah berbagi dan berbincang-bincang ringan. Mereka seperti bertemu keluarga sendiri ketika tahu sama-sama satu daerah. Obrolan langsung mengalir. Canda keluar di sana-sani. Sampai akhirnya dikasih harga miring. Hubungan tersebut pun akhirnya terus terjaga.

Baca juga:

5 Makanan Paling Banyak Dicari Sepanjang 2021

Penyaji di Warteg akan jauh lebih nyaman dengan pembeli dengan bahasa penuturnya apalagi satu daerah atau dialek, semisal sama-sama ngapak. Tidak tanggung-tanggung, para pembeli menggunakan bahasa Jawa bisa dapat porsi lebih banyak dan harga lebih murah. Mereka memberi banyak ekstra karena merasa satu nasib satu penanggungan di tanah rantau. Meski begitu, keramahan penyaji di Warteg tak pelu dibantah. Kepada siapa pun mereka akan terus tersenyum lalu dengan ramah menanyakan ingin makan apa.
Sajian di Warteg kebanyak persis makanan rumahan. Sebut saja telur dadar, telur balado, orek, semur tahu, oseng-oseng kangkung, tongkol balado, kentang mustafa, sambal, kikil, usus bumbu kuning, oseng-oseng buncis, sayur sop, dan lainnya.
mbak mbak
Sambel tak boleh terlewatkan kalau makan di warteg. (Sumber: Pixabay-Sendal Jepit)
Dengan menyantap makan tersebut, rasa kangen terhadap rumah langsung terobati. Hati menjadi damai tak lagi rungsing tentang home sick. Apalagi menyantap masakan rumahan sambil berbincang menggunakan bahasa paling sering digunakan di rumah bersama keluarga. Obrolannya pun tak jauh-jauh soal keseharian. Suasana hangat di Warteg memang sulit tertandingi di rumah makan lain.

Baca Juga:

Soto Ayam Jadi Salah Satu Sup Terbaik Dunia

Saking hangatnya, hubungan penjual dan pembeli seolah seperti tak ada batasan. Seolah sedang berasa di rumah sendiri. Soal harga juga sangat ramah kantong. Tak heran meski bekerja di tempat bergengsi paling tidak ada satu masa seorang perantau tetap ingin makan di Warteg. Mereka butuh bukan saja lidahnya dipuaskan dengan rasa kangen akan masakan rumah, tapi kehangat suasana di dalamnya. (Avia)

Baca Juga:

Menu Nasi Khas Indonesia, Tak Bisa Dilupakan Lidah

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan