Kisah Perempuan yang Terinfeksi COVID-19 Selama Hampir Setahun
Minggu, 24 Oktober 2021 -
SEORANG perempuan penyintas kanker terinfeksi COVID-19 selama hampir satu tahun. Hal itu menjadikan kasus tersebut sebagai kasus COVID-19 terlama yang pernah dilaporkan, menurut sebuah studi terbaru.
Seperti yang diungkap Science Magazine, perempuan yang dikabarkan berusia 47 tahun tersebut, pertama kali dirawat di National Institutes of Health (NIH) di Maryland akibat COVID-19 pada musim semi tahun 2020.
Baca Juga:
Aplikasi PeduliLindungi Sukses Cegah Kasus Positif Baru COVID-19
Tapi, di luar dugaan infeksinya berlanjut selama 335 hari. Perempuan itu pun mendapat hasil tes positif COVID-19 berulang, dengan gejala yang masih ada, serta membutuhkan oksigen tambahan dirumah.
Selain itu, kendati hasil tesnya menunjukan positif, tapi tingkat virus di tubuh perempuan tersebut hampir tidak terdeteksi selama berbulan-bulan, paska infeksi awal.
Lalu, pada Maret 2021, tingkat virusnya kembali melonjak. Sejumlah peneliti membandingkan genom dari sampel yang telah dikumpulkan selama inveksi awal dengan yang lebih baru, dan menemukan ternyata virusnya masih sama.
Melihat hal tersebut, itu berarti pasien tidak terinfeksi ulang, melainkan terus menyimpan virus yang sama selama hampir satu tahun.
Seperti yang dilansir dari Live Science, Virus COVID-19 itu kemungkinan bisa bertahan lama di tubuh perempuan tersebut, karena dia memiliki sistem kekebalan yang terganggu. Hal itu bisa diakibatkan karena pengobatan limfoma atau kanker di bagian sistem kekebalan.
Perempuan itu pernah diobati dengan terapi sel CAR-T sekitar tiga tahun lalu, yang melemahkan sistem kekbalannya. Yakni dengan menghabiskan sebagian besar sel B atau sel sistem kekebalan yang membuat antibodi.
Baca Juga:
Menurut Elodie Ghedin selaku Ahli virologi molekuler di NIH sekaligus penulis studi tersebut, mengatakan, bahwa kasus infeksi pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah, memberi kamu gambaran tentang bagaimana virus bisa menjelajahi ruang genetik.
Pada sampel Virus COVID-19 dari pasien limfoma, sejumlah peneliti menemukan adanya dua penghapusan genetik. Satu di beberapa gen yang mengode protein spike atau pintu masuk virus COVID-19 dan lainnya.
Dalam kasus ini, infeksi kronis jarang terjadi. Namun, bisa menyebabkan varian baru. Karena, virus mempunyai lebih banyak waktu serta ruang untuk berkembang di dalam tubuh dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Kabarnya saat ini perempuan penyintas limfoma yang dirawat karena infeksi COVID-19 sudah sembuh, dan sudah mendapat beberapa tes COVID-19 negatif sejak bulan April lalu. (Ryn)
Baca Juga: