Industri 4.0 Buka Berbagai Peluang Mengurangi Produksi Limbah

Rabu, 03 November 2021 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Sampah plastik merupakan masalah besar yang harus cepat ditangani. Sayangnya, jumlah limbah plastik di dunia diprediksi akan terus bertambah. Bahkan Associate Professor di School of Engineering and Built Environment di Griffith University, Sunil Herat, Ph. D., proyeksikan tahun 2050 adalah jumlah sampah plastik akan melebihi jumlah populasi ikan di laut.

Sunil Herat mengatakan, manajemen limbah saat ini adalah sebuah tantangan di seluruh dunia, terutama di kota-kota besar. Berbagai faktor seperti pertumbuhan populasi dan konsumsi bahan-bahan pokok menyebabkan banyaknya limbah padat domestik dan industri.

Baca Juga:

Hal itu ia sampaikan dalam sebuah webinar bertajuk “Waste Management and Circular Economy: A Global Perspective” yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknik Sipill dan Lingkungan (FTSL) ITB berkolaborasi dengan Griffith University.

Herat menjelaskan, menurut World Bank, produksi limbah di wilayah Asia dan Pasifik adalah tertinggi di dunia, mencakupi 23 persen dari limbah sedunia. Karena ini, pengelolaan limbah padat harus dijadikan layanan masyarakat yang penting.

"Pengelolaan sampah harus mendapatkan prioritas yang sama dengan sektor lainnya," kata Herat.

Contoh berikutnya adalah limbah sisa makanan yang dihasilkan dari tahap produksi, pengolahan, distribusi, serta beberapa limbah B3 yang dapat merusak lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Untuk limbah B3, sejumlah negara tidak mempunyai fasilitas maupun keahlian untuk penanganannya, sehingga sektor pelayanan ini dikenal cukup mahal untuk dilakukan.

Agar pengelolaan limbah yang baik dapat dicapai, SDG ke-12 dapat ditetapkan sebagai patokan segala rencana manajemen, yaitu memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.

Industri 4.0 membuka berbagai peluang dan cara untuk mencegah dan mengurangi produksi limbah akibat pengunaan teknologi untuk membantu. Beberapa ide yang mengoptimalkan manajemen limbah dapat dilaksanakan melalui keseimbangan antara aspek teknologi dan non-teknis dari sinilah keberlanjutan produk dapat dicapai.

Pelaksanaan manajemen limbah yang baik dapat dilakukan malalui penerapan ekonomi sirkular, yaitu pengunaan produk-produk atau sumber daya selama mungkin serta pemulihannya di akhir masa pengunaannya.

"Bedanya dengan ekonomi linier adalah sumber dayanya sendiri; ekonomi linier terjadi dari pengunaan sumber daya terbatas sedangkan ekonomi sirkuler berasal dari sumber daya yang dapat diperbarui," katanya.

Pengolahan Sampah. (Foto: Antara)
Pengolahan Sampah. (Foto: Antara)

Ia mengatakan, konsep ekonomi sirkuler diterapkan untuk meminimalisir jarak antara produksi dan pengunaan barang-barang sekaligus menurunkan harga jual kepada masyarakat. Walaupun mencapai zero-waste susah bahkan dengan penerapan ekonomi sirkular, namun bukan tidak mungkin bisa tercapai selama proses pelaksanannya dilakukan secara berkelanjutan.

"Limbah tidak dapat diperlakukan sebagai layanan gratis. Jika kita membuatnya, kita juga harus membayarnya," kata Herat.

Ia menegaskan, biaya yang terkumpul dapat dialokasikan untuk meningkatkan manajemen limbah agar lebih efektif dan efisien.

"Selama pemerintah ingin berinvestasi dan memprioritaskan sektor manajemen limbah, pengumpulan biaya dan pengelolaan sampah dapat berjalan lancar," katanya. (Imanha/Jawa Barat)

Baca Juga:

Atasi Membludaknya Sampah, Nadine Alexandra dan Otsuka Giatkan Bank Sampah

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan