Dokter-Dokter di AS Terkejut Cepatnya Corona Renggut Nyawa Para Pasien

Kamis, 09 April 2020 - Zulfikar Sy

MerahPutih.com - Pemerintah Negara Bagian New York, pada hari Rabu (8/4), melaporkan jumlah kematian tertinggi akibat virus corona dalam satu hari. New York merupakan wilayah yang paling parah terdampak COVID-19 di Amerika Serikat.

Dokter dan perawat veteran pun syok dengan kecepatan virus corona yang membuat pasien sekarat.

Baca Juga:

Kasus Corona Capai 13.717, Brazil: Kami Butuh 40 Juta Masker dari Tiongkok

Jumlah kasus virus corona di negara bagian New York saja mendekati 150.000 pada hari Rabu, bahkan ketika pihak berwenang memperingatkan bahwa negara bagian itu mungkin mengecilkan jumlah sebenarnya.

"Setiap angka adalah wajah seseorang," kata Gubernur New York Andrew Cuomo, yang memerintahkan mengibarkan bendera setengah tiang kepada staffnya di seluruh New York sebagai aksi untuk mengingat jumlah korban, dikutip Antara.

"Virus ini menyerang yang rentan dan menyerang yang lemah dan itu tugas kita sebagai masyarakat untuk melindungi yang rentan."

Dokter dan perawat mengatakan, itu bukan hanya bisa terjadi padi lansia atau pasien dengan kondisi kesehatan dengan penyakit penyerta. Itu bisa terjadi pada kaum muda dan juga mereka yang sehat.

Seorang pelanggan (kiri) yang mengenakan masker berjalan memasuki sebuah pasar swalayan di Arlington, Virginia, Amerika Serikat, Sabtu (4/4/2020). Hingga Sabtu (4/4) pukul 15.40 waktu setempat atau Minggu (5/4) pukul 02.40 WIB, jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 di Amerika Serikat mencapai 300.000 kasus, menurut data dari Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Universitas Johns Hopkins. ANTARA FOTO/Xinhua/Liu Jie/pras.
Seorang pelanggan (kiri) yang mengenakan masker berjalan memasuki sebuah pasar swalayan di Arlington, Virginia, Amerika Serikat, Sabtu (4/4/2020). Hingga Sabtu (4/4) pukul 15.40 waktu setempat atau Minggu (5/4) pukul 02.40 WIB, jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 di Amerika Serikat mencapai 300.000 kasus, menurut data dari Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Universitas Johns Hopkins. ANTARA FOTO/Xinhua/Liu Jie/pras.

"Pasien terlihat baik-baik saja, merasa baik-baik saja, beberapa menit kemudian terjadi perubahan mendadak dan mereka tidak bisa merespon," ujar Diana Torres, seorang perawat di Rumah Sakit Mount Sinai di kota New York, pusat pandemi di Amerika Serikat, di mana virus telah menginfeksi lebih banyak dari 415.000 orang.

"Itu membuatku takut keluar dari kamar mereka."

Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan 779 orang meninggal pada hari kemarin.

Sementara itu, Gubernur New Jersey Phil Murphy melaporkan 275 orang meninggal.

Total jumlah korban meninggal akibat COVID-19 dari New York dan New Jersey itu melebih catatan hari sebelumnya.

Meskipun penghitungan jumlah korban suram, Cuomo mengatakan tren keseluruhan masih tampak positif. Cuomo mengutip penurunan rawat inap baru dan data lainnya yang menunjukkan bahwa New York bisa mengontrol tingkat infeksi virus corona.

Baca Juga:

Kasus Positif Corona di Afrika Capai 10.000 Lebih

Cuomo mengatakan jumlah kematian akan terus meningkat dalam beberapa hari mendatang karena pasien-pasien yang sakit kritis akhirnya meninggal dunia, meskipun mereka telah dirawat di rumah sakit selama lebih dari seminggu dan menggunakan mesin ventilator untuk membantu bernafas.

Kematian akibat virus corona di AS mencapai 14.600 pada hari Rabu, jumlah tertinggi kedua yang dilaporkan di dunia setelah Italia, menurut penghitungan Reuters. New York telah menyumbang hampir setengah dari mereka.

Pada pekan ini, jumlah kematian akibat virus corona kian mengkhawatirkan, di saat pemodelan yang dilakukan universitas terkemuka di AS mengurangi angka kematian akibat virus corona yang diproyeksikan sebesar 26 persen menjadi 60.000. (*)

Baca Juga:

Trump Suarakan Harapan di Tengah Masa Sulit COVID-19

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan