Dibalik Kesuksesan 'Badai Pasti Berlalu' Sebagai Soundtrack Terbaik Sepanjang Masa
Sabtu, 12 Februari 2022 -
PADA tahun 1977, dunia perfilman Indonesia diramaikan oleh karya masterpiece Teguh Karya, Badai Pasti Berlalu. Film yang dibintangi oleh Christine Hakim, Roy Marten dan Slamet Raharjo, mengisahkan seorang perempuan bernama Sisca (Christine Hakim) yang depresi setelah ditinggal pergi oleh tunangannya.
Celakanya kakaknya, Johny memperkenalkannya dengan pria playboy bernama Leo. Alih-alih mengobati luka hati Sisca, Leo justru menjadikannya sebagai bahan taruhan.
Baca Juga:

Bukan hanya filmnya saja yang terkenal, soundtrack-nya pun turut menjadi soundtrack film Indonesia terbaik. Rolling Stone Indonesia bahkan mencatatnya sebagai album Indonesia terbaik sepanjang masa. Tiga lagunya, Badai Pasti Berlalu, Merpati Putih, dan Merepih Alam, masuk daftar Rolling Stone sebagai salah satu lagu Indonesia terbaik yang pernah dirilis.
Setelah sukses dengan Badai Pasti Berlalu, Eros Djarot dan Chrisye didekati oleh Irama Mas dengan permintaan untuk merilis soundtrack sebagai album. Ia menawarkan untuk membelinya dengan biaya tetap. Meskipun mereka menganggap pekerjaan mereka di Badai Pasti Berlalu sudah selesai dan sudah mempertimbangkan proyek berikutnya, mereka setuju.
Album Badai Pasti Berlalu direkam di Pluit, Jakarta dalam kurun waktu 21 hari. Proses pembuatan album ini mengajak sejumlah musisi legendaris Indonesia. Komposer untuk lagu ini dipimpin oleh Eros Djarot. Kemudian pada bagian vokal dinyanyikan oleh Chrisye (yang juga memainkan bass) dan Berlian Hutauruk. Lalu drum diisi oleh Fariz Rustam Munaf dan Keenan Nasution, kibor oleh Debby Nasution dan Yockie Suryoprajogo.
Album ini dirilis pada tahun 1977 dengan gambar sampul aktris Christine Hakim yang tengah berakting dalam film itu. Setelah mandek selama seminggu, banyak stasiun radio mulai memutar single dan penjualan meningkat secara eksponensial.
Baca Juga:

Meskipun menuai kesuksesan yang luar biasa, perjalanan lagu ini tidak mudah. Ada sejumlah hambatan dalam proses pembuatan lagu. Salah satunya adalah timbulnya konflik antara sutradara dengan komposer. Teguh Karya tidak setuju dengan Eros Djarot yang memilih Berlian Hutauruk sebagai penyanyi. Dia menilai suara Berlian Hutauruk terlalu melengking. Ia bahkan pernah mengatakan, "Suara siapa ini? Kuntilanak?"
Dirinya bersikeras untuk merekomendasikan Anna Mathovani sebagai vokalisnya karena menilai vokalnya lebih halus dan sesuai. Namun ketika Eros Djarot mengancam akan membatalkan seluruh soundtrack, Teguh Karya mengalah.
Lagu-lagu yang ada dalam album ini kemudian banyak dirilis kembali dengan roh kekinian. Seperti versi NOAH rilis pada 11 Juni 2021 di seluruh platform musik digital.
Ariel, vokalis band NOAH mengatakan, proses aransemen ulang lagu Badai Pasti Berlalu dilakukan dengan sangat hati-hati. Hal ini perlu dilakukan mengingat lagu itu sudah sangat akrab di telinga penikmat musik Tanah Air sebagai lagu "milik" Chrisye.
“Meski disesuaikan dengan selera saat ini, NOAH tetap tak ingin merombak dan menghilangkan esensi lagunya," tambah David, kibor NOAH. (avia)
Baca Juga:
Lahirnya Lagu 'Laskar Pelangi' dari Star Syndrome-nya Giring