Daya Beli Dikabarkan Turun, Kemenkeu Cari Cara Investasi Serap Tenaga Kerja

Jumat, 04 Oktober 2024 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Dalam empat bulan terakhir terjadi deflasi. Kondisi ini disinyalir sebagai melemahnya daya bekli masyarakat. Tapi, Badan Pusat Statistik tidak mengaitkan data deflasi dengan dugaan penurunan daya beli masyarakat.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, indikasi pelemahan daya beli masyarakat perlu mengkaji berbagai indikator.

"Indikator daya beli masyarakat kita harus lihat banyak hal," kata Sri Mulyani di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (4/10).

Salah satu indikator yang sering digunakan adalah Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Selama tidak ada koreksi yang tajam, maka aktivitas perekonomian masih cukup konstan dan stabil.

Baca juga:

Penyaluran Bantuan Pangan Beras Jadi Kunci Tekan Inflasi

Adapun berdasarkan data Bank Indonesia (BI), IKK Agustus 2024 tercatat sebesar 124,4, lebih tinggi dibandingkan 123,4 pada bulan sebelumnya. Peningkatan IKK didukung oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang tetap optimis dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang menguat, masing-masing 114,0 dan 134,9.

Ia mengatakan, soal pergeseran kelas menengah, menurutnya pergeseran kelas itu tidak hanya terjadi pada satu kelompok.

Meski kelas menengah mengalami penurunan jumlah hingga mencapai 9,48 juta orang, namun kelompok miskin juga mencatatkan penurunan. Sementara kelas rentan miskin menunjukkan peningkatan.

"Jadi, kami melihat ada dua indikator, yang miskin naik, tapi yang kelas menengah turun. Penurunan kelas menengah biasanya karena inflasi. Dengan inflasi tinggi, maka garis kemiskinan naik, dan mereka tiba-tiba jatuh ke bawah," kata Menkeu.

Sri Mulyani memastikan pihaknya tetap mendengarkan aspirasi masyarakat, misalnya soal pemutusan hubungan kerja (PHK). Pihaknya akan mencari peluang serapan tenaga kerja.

Baca juga:

Ancaman Terhadap Ekonomi Kelas Menengah, Pengamat: Gunakan Tabungan untuk Bertahan Hidup


"Sebagai contoh, banyak dana aliran masuk asing (foreign direct investment/FDI) pada sektor hilirisasi dan sektor teknologi terus bertumbuh. Maka, kedua sektor ini bisa didorong untuk menciptakan banyak lowongan pekerjaan," katanya.

"Kita akan terus memperhatikan agar masyarakat yang paling rentan mendapat dukungan, apakah itu dalam bentuk bantuan sosial atau pelatihan. Di sisi lain, bisa memperbaiki iklim investasi sehingga muncul lapangan kerja baru," katanya.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan