China Minta Perbanyak Tes Doping untuk Atlet Amerika di Olimpiade Paris 2024
Kamis, 08 Agustus 2024 -
MerahPutih.com - Badan Anti-Doping China (CHINADA) minta perbanyak tes doping untuk atlet Amerika Serikat. Hal itu menyusul kedua negara yang kini memimpin klasemen sementara Olimpiade Paris 2024. Bahkan, kedua negara juga saling menaruh kecurigaan satu sama lain.
Mengutip ANTARA, pihak berwenang kedua negara saling serang sejak investigasi media pada April 2024 lalu. Mereka menemukan, bahwa 23 perenang Tiongkok dinyatakan positif menggunakan zat terlarang sebelum Olimpiade Tokyo 2020, tetapi masih diizinkan untuk bertanding.
Mereka tidak dihukum karena Badan Anti-Doping Dunia (WADA) menerima argumen otoritas China, bahwa hasil positif tersebut disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi.
Pengungkapan tersebut menimbulkan kritik luas terhadap WADA, khususnya dari Amerika Serikat, yang membuat China marah dan menuduh badan pengatur global tersebut “menutup-nutupi”.
Baca juga:
Atlet Hoki Australia Minta Maaf usai Tertangkap Beli Kokain di Paris
CHINADA mengutip kasus pelari Amerika, Erriyon Knighton, yang dinyatakan positif menggunakan zat terlarang pada Maret 2024 lalu. Namun, masih diizinkan untuk bertanding di Paris setelah seorang arbiter independen memutuskan, bahwa hasil tersebut kemungkinan berasal dari daging yang terkontaminasi.
Kemudian, CHINADA bertanya mengapa Badan Anti-Doping AS (USADA) tampaknya tidak menemukan lebih banyak hasil tes positif untuk zat tersebut, yang merupakan steroid yang banyak digunakan pada ternak, di antara atlet Amerika atau memperingatkan mereka tentang risiko kontaminasi.
Sementara itu, AS berada di puncak klasemen medali Olimpiade dengan perolehan 27 medali emas, tepat di atas China dengan 25 medali.
Baca juga:
Sejumlah Atlet Ketahuan Jual Samsung Galaxy Z Flip6 Edisi Olimpiade Paris 2024
China memasukkan 11 perenang yang terlibat dalam skandal doping dalam tim Olimpiade Paris 2024 mereka. Perenang Tiongkok meraih 12 medali dengan rincian dua emas, tiga perak, dan tujuh perunggu.
CHINADA mengatakan pada Juni lalu, bahwa mereka "tidak akan pernah" menyetujui permintaan AS untuk merilis rincian penyelidikan mereka terhadap 23 perenang tersebut. (*)