Benarkah 1 dari 5 Pasien Sembuh Corona Mengalami Gangguan Mental?
Sabtu, 14 November 2020 -
KITA mengetahui jika Corona adalah virus yang menyerang sistem pernafasan manusia, namun ternyata efeknya bisa lebih dari itu. Dilansir dari Health, Oxford University di Inggris melakukan penelitian besar yang menyimpulkan bahwa orang-orang yang berhasil sembuh dari COVID-19 berisiko tinggi mengalami gangguan mental seperti anxiety (kecemasan) dan depresi.
Tidak hanya itu, para pasien sembuh virus corona berpotensi menderita dementia. Dilansir dari Halodoc, dementia merupakan sindrom yang berkaitan dengan penurunan fungsi otak.
Penderita penyakit ini mengalami berbagai penurunan seperti kemampuan berpikir, memahami, mengerti bahasa, mempertimbangkan dan menurunnya kecerdasan mental.
Baca Juga:

Penelitian ini melibatkan catatan kesehatan elektronik dari 69 juta orang di Amerika Serikat dan lebih dari 62 ribu orang yang pernah terinfeksi COVID-19. Dalam penelitian yang dipublikasi di The Lancet Psychiatry, 20% orang yang pernah terinfeksi COVID-19 didiagnosa dengan gangguan kejiwaan dalam kurun waktu 90 hari. Ini menunjukan 1 dari 5 orang pasien sembuh berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental.
"Orang-orang khawatir jika pasien sembuh COVID-19 berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental, dan penemuan kami menunjukkan bahwa itu benar adanya," ungkap Paul Harrison, profesor psikiatri di Oxford University kepada Reuters.
Harrison berharap para dokter dan ilmuwan untuk menyelidiki penyebab serta mengidentifikasi pengobatan baru untuk penyakit mental yang paska virus corona.
Baca Juga:
Cerita Calon Pengantin Harap-Harap Cemas Nikah Saat Pandemi COVID-19

Sampai saat ini, belum diketahui pasti mengapa virus corona bisa meningkatkan risiko gangguan kejiwaan. Meski begitu, psikiater Margaret Seide, MD. mengatakan bahwa terdapat beberapa kemungkinan alasan, salah satunya adalah pemberitaan yang menakutkan dari berbagai media.
Walau sebagian besar orang yang terinfeksi COVID-19 bisa bertahan, liputan media menekankan hanya tingkat kematiannya saja. Walau pemberitaan tersebut demi kepentingan pelacakan, tetapi para pasien COVID-19 menyadari bahwa kematian menjadi salah satu kemungkinan.
Dikonfrontasi dengan kemungkinan tidak bisa bertahan hidup memang bukan situasi yang mudah. Sebagian besar dari kita masih diberkati dengan 'privilage' termahal yaitu kesehatan sehingga jarang terlintas pikiran tentang kematian.
Baca Juga:
[HOAKS atau FAKTA]: COVID-19 Tak Lagi Berbahaya dan Mirip Flu Biasa

"Masuk akal jika satu peristiwa bisa memicu kondisi kesehatan mental. Apalagi bagi mereka yang sudah pernah menderita penyakit, termasuk rawat inap atau periode-periode gangguan pernapasan," ungkap Dr. Seide kepada Health.
Alasan lain yang bisa memicu gangguan mental adalah isolasi mandiri. Setelah sembuh COVID-19, biasanya mereka tetap akan diimbau untuk karantina mandiri. "Manusia adalah makhluk sosial, dan berada disekeliling teman dan keluarga itu baik untuk kesehatan mental dan fisik," ungkap Dr. Julian Lagoy MD asal California kepada Health.
Para pasien sembuh Corona juga cenderung lebih khawatir terinfeksi COVID-19 lagi setiap ingin berpergian. (SHN)
Baca Juga:
5 Langkah Pemulihan yang Bisa Dilakukan Jika Kamu Terpapar COVID-19