Atasi dan Cegah Migrain dengan Cara Sederhana

Minggu, 06 Desember 2020 - Yudi Anugrah Nugroho

MIGRAIN merupakan kondisi seseorang mengalami nyeri kepala terasa berdenyut dengan sejumlah karakter dengan intensitas sedang (moderate) hingga berat, berdenyut (pulsating in quality), dan dapat memburuk aktivitas fisik.

Baca juga: Apakah Migrain dan Sakit Kepala Sebelah Kondisi Berbeda?

Migrain paling sering dialami sejak pubertas dan semakin banyak menyerang dengan rentang usia 35 – 45 tahun.

Berdasarkan data dari Pescado Ruschel & De Jesus (2020), secara global prevalensi migrain mencapai hingga 12% dari total populasi dan menduduki nomor dua tertinggi sebagai penyebab abnormalitas (disability). Migrain menjadi alasan tertinggi keempat untuk kunjungan ke unit gawat darurat.

Migrain
Orang dengan migrain hipersensitif terhadap suara dan cahaya (Sumber: Pexels/Ekrulila)

Belum diketahui penyebab pasti dari migrain. Namun ada sejumlah faktor menjadi pemicu migrain. Faktor tersebut antara lain stress, makanan atau minuman dikonsumsi, bau tertentu, jadwal makan tidak teratur, jadwal tidur kurang ataupun lebih, serta aktivitas fisik atau olahraga tertentu atau berlebihan dan suhu panas.

Faktor pemicu lainnya sering terjadi pada perempuan terjadinya perubahan hormon, terutama saat menstruasi, ovulasi dan kehamilan.

dr. Irawati Hawari, SpS, Dokter Saraf, RS Permata Cibubur menjelaskan serangan migrain dengan rasa nyeri mengganggu dapat berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari.

Migrain
Gejala migrain (Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio)

"Berbagai gejala dapat timbul dan dirasakan akibat migrain adalah mual, muntah, hipersensitif terhadap kebisingan (phonohobia), dan hipersensitif terhadap cahaya (photophobia)," ujarnya. Sebagian penderita juga dapat mengalami gejala neurologi lainnya disebut sebagai aura sebelum dan selama serangan nyeri kepala.

Contoh fenomena aura melihat garis-garis zigzag (visual aura) atau kesulitan untuk berbicara (speech aura).

“Berbagai terapi atau tatalaksana untuk mengobati migrain dapat dilakukan dengan dua cara, farmakologi (menggunaan obat – obatan) dan non-farmakologis," jelas dokter Irawati.

Migrain
Ubah pola hidup dapat mengurangi migrain (Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio)

Tatalaksana dengan farmakologis dibagi atas dua kategori; terapi abortif atau akut guna mengurangi atau menghentikan serangan sedang terjadi dan terapi profilaksis atau preventif dengan tujuan mengurangi risiko berulangnya serangan, serta mengurangi abnormalitas (disability).

Sementara tatalaksana secara non-farmakologis dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup dan melakukan intervensi medis secara khusus jika diperlukan, misalnya transcutaneous electrical stimulation.

Baca juga: Tips Jitu Atasi Migrain dengan Cepat dan Tepat

Guna mencegah terjadinya migrain, setiap orang perlu memperhatikan beberapa faktor dengan melakukan manajemen stress menggunakan teknik relaksasi atau yoga, menghindari konsumsi makanan dan minuman dapat memicu migrain, memastikan pola makan teratur, menurunkan berat badan jika overweight/obese, dan mengatur pola tidur teratur dengan durasi cukup.

"Secara keseluruhan, mengubah pola hidup secara berkesinambungan merupakan kunci utama untuk pencegahan migrain," tukasnya. (Avia)

Baca juga: Migrain Bukanlah Sakit Kepala

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan