Ilmuwan Badan Antariksa Eropa Klaim Bisa Ubah Debu Bulan Jadi Oksigen
Seorang Ilmuwan dari Badan Antariksa Eropa klaim bisa ubah debu bulan jadi oksigen (Foto: pixabay/tumisu)
PERNAHKAH kamu berpikir jika debu bisa menjadi oksigen? Baru-baru ini seorang Ilmuwan dari Badan Antariksa Eropa (ESA) menjawab hal itu.
Seperti yang dilansir dari laman engadget, Ilmuwan dari ESA tersebut mengklaim telah menemukan cara mengubah debu Bulan menjadi sebuah oksigen. Temuan itu memungkinkan para astronaut untuk hidup lebih lama di Bulan.
Baca Juga:
Mengintip Konsep Kendaraan Luar Angkasa dari Lexus
Bulan sendiri telah menjadi bidikan sejumlah badan antariksa, sebelum pergi jauh ke Mars. Antara lain yakni NASA, ISRO, ESA, hingga Roscosmos. Karena bulan tak hanya sebagai satelit alami Bumi saja, namun memiliki kandungan mineral yang sangat berharga.
Dengan adanya berbagai rangkaian penelitian yang membutuhkan waktu lama, manusia tentu memerlukan oksigen sebagai syarat utama, untuk bertahan hidup di ruang hampa.
Terkait cara mengubah debu Bulan menjadi sebuah oksigen, ESA sudah membuat pabrik prototipe, di mana bisa menghasilkan oksigen dari debu bulan. Selain itu, pabrik tersebut pun sangat memungkinkan untuk menciptakan bahan bakar.
Baca Juga:
NASA Rencanakan Misi Pencarian Bumi Kedua dengan Alat Ini
Lokasi pabrik oksigen tersebut diketahui berada di dalam lab Pusat penelitian dan Teknologi Ruang Angkasa Eropa di negara Belanda.
Sementara itu, untuk menghasilkan oksigen yang diinginkan, ilmuwan menggunakan teknik mencampur simulasi regolith Bulan, dengan garam kalsium klorida cair. Namun ilmuwan tersebut belum mencobanya dengan regolith yang asli.
Lalu para ilmuwan ESA tersebut memanaskan campuran hingga 950 derajat Celcius, dan menjalankan arus melalui itu, guna melepaskan oksigen. Proses tersebut dinamakan elektrolisis garam cair.
Proses elektrolisis garam cair itu sebetulnya untuk memproduksi logam, tapi ESA mengubahnya untuk menghasilkan oksigen.
Rencana kedepannya, ESA akan terus mengembangkan penemuan tersebut, dan mencari tim yang menrancang 'pilot plat', yang bisa dioperasikan di Bulan pada pertengahan tahun 2020-an nanti. (Ryn)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali