UMKM Kesulitan Dapat Kontainer Ekspor


Kontainer ekspor. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Pemerintah memastikan jika permintaan ekspor terhadap produk UMKM sangat tinggi di tengah pandemi COVID-19. Namun, berbagai kendala dirasakan UMKM mulai dari kapasitas produksi hingga ketersediaan kontainer.
"Walaupun sebenarnya permintaan ekspor juga banyak seperti produk-produk furniture, kopi, buah-buahan tropik dan macam-macam kuliner, tetapi kita terkendala kontainer," kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam keterangan pers, Senin (30/8).
Baca Juga:
Kemenko Perekonomian-OJK Bahas Opsi Perpanjangan Restrukturisasi Kredit UMKM
Ia memaparkan, Kelangkaan kontainer dinyatakan masih menghantui permasalahan logistik saat ini, khususnya di perdagangan ekspor impor. Jika bisa diusahakan, perlu ada tambahan biaya pengiriman yang cukup mahal.
"Kondisi ini disebut tak hanya dihadapi oleh pengusaha besar, tetapi juga Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berorientasi ekspor," katanya.
Terkait biaya pengiriman tersebut, tengah dirumuskan oleh Komite Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) lintas kementerian, sehingga belum ada skema yang tepat.
"Saya sedang pelajari bagaimana di negara lain. Memang harus dihitung jika ada biaya tambahan kontainer seberapa besar kebutuhannya, dan berapa kali lipat dari nilai subsidi nanti bisa diberikan kepada transaksi ekspornya," jelas Teteh.
Ia menuturkan, saat ini sedang membidik UMKM potensi ekspor yang memiliki market demand, tetapi supply chainnya masih berantakan. Misalnya soal briket dari tempurung kelapa dan gula semut.

"Saya baru tahu kalau permintaannya dari luar negeri itu besar dan di Indonesia bisa diekspansi lagi," ungkapnya.
Meski permintaan dua produk itu tinggi, namun dipaparkan UMKM di Sulawesi dan Jawa Barat tidak bisa memenuhi permintaan karena berbagai kondisi. Mulai dari persoalan kapasitas produksi sampai manajemennya. Sementara hingga kini, kontribusi ekspor UMKM masih di angka 14,37 persen.
Dalam kondisi saat ini, katanya, UMKM dapat fokus untuk pasar dalam negeri yang mampu mensubstitusikan produk impor. Seperti buah-buahan maupun fesyen muslim yang dibatasi impornya.
Teten mengatakan, jika ekonomi bisa segera pulih seutuhnya, sektor konsumsi dalam negeri yang bisa terus naik. Pasalnya, ekonomi Indonesia ditopang konsumsi rumah tangga hingga 53 persen. (Asp)
Baca Juga:
Baznas Siapkan Dana Rp 13,9 Miliar Bantu 13 Ribu UMKM Terdampak Pandemi
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Transaksi UMKM Dalam Negeri Periode Januari - Agustus 2025 Tembus Rp 1,49 Triliun

Dukung Desa Kreatif dan UMKM, Kemenparekraf Ajukan Anggaran Rp1,06 Triliun

Banyak Pedagang Angkat Kaki dari District Blok M, Pramono Gratiskan Sewa Kios selama 2 Bulan

UMKM Blok M Menjerit Harga Sewa Kios Tinggi, Gubernur Ancam Putus Kerja Sama MRT Jakarta

Lonjakan Harga Sewa Kios Blok M, Gubernur Pramono Anung Pasang Badan untuk UMKM

Jeritan UMKM di District Blok M, Harga Sewa Naik Langsung Bikin Tenant Cabut

Tekor! Indonesia Impor Obat Rp 176 Triliun Tapi Ekspor Cuma Rp 6,7 Triliun

Bale Festival UMKM Solo Gerakan Usaha Lokal Buat Ciptakan Lapangan Kerja

UMKM di Jawa Tengah Dilatih Manfaatkan Pasar Ekspor, Bukan Hanya Jago Kandang

Jerman Jadi Pasar Sensor Asal Indonesia, Produk Diproduksi di Batam
