Teknologi Wolbachia Cegah DBD, Bandung Butuh 5,4 Juta Telur Nyamuk Tiap Pekan


Ilustrasi - Telur nyamuk ber-Wolbachia. (ANTARA/HO-Kemenkes)
MerahPutih.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengadopsi teknologi Wolbachia untuk mencegah demam berdarah dengue atau DBD dengan menerbitkan Kepmenkes Nomor 1341 Tahun 2022. Penyelenggaraan Pilot Project Teknologi Wolbachia itu menyasar lima kota, yaitu Semarang, Bontang, Jakarta Barat, Kupang, dan Kota Bandung.
Khusus untuk Kota Bandung sendiri, Kemenkes membutuhkan sebanyak 5,4 juta lebih telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia untuk uji coba pengendalian dengue per pekannya. Kebutuhan telur nyamuk ber-Wolbachia akan dikirim dari insektarium Universitas Gajah Mada atau Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga.
Baca juga:
DPRD Setuju Pemprov DKI Buka Layanan Vaksin DBD, Meski Rp1 Juta Dua Kali Suntik
"Tahun 2024 di pekan ke-10, kasus dengue terlaporkan sebanyak 27.852 kasus dan kematian sebanyak 250 kematian. Kota Bandung merupakan kota dengan kasus dengue tertinggi di Indonesia mencapai 1.301 kasus dan kematian yang cukup tinggi, tujuh kematian," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta, ditulis dari Antara, Kamis (28/3)
Maxi menjelaskan kebutuhan telur nyamuk ber-Wolbachia berdasarkan luas lahan Kota Bandung 129 kilometer persegi diperkirakan mencapai 5.410.000 telur per pekan. Agar sebaran nyamuk ber-Wolbachia efektif, lanjut dia, maka dibutuhkan 20.782 titik penitipan ember yang menjadi sarang perkembangbiakan telur.
Kemenkes akan memanfaatkan citra satelit untuk memposisikan ember pada lokasi yang tepat dengan merekrut masyarakat setempat sebagai orang tua asuh pelaksanaan uji coba nyamuk ber-Wolbachia.
Sesuai panduan Peneliti Pusat Kedokteran Tropis UGM, metode pelepasan nyamuk ber-Wolbachia dilakukan menggunakan ember berisi air bersih yang tersimpan 250 hingga 300 telur nyamuk dengan angka penetasan telur sekitar 90 persen. Setiap ember diletakkan pada jarak 75 meter per segi.
Baca juga:
Jumlah ember berisi telur nyamuk minimal harus mencapai 10 persen dari populasi Aedes aegypti di daerah tersebut dan penyebarannya dilakukan sebanyak 12 kali. Satu kali penyebaran diasumsikan hanya 1 persen dari populasi nyamuk.
Universitas Gajah Mada, Yayasan Tahija dan Monesh University bekerja sama melakukan inovasi Program penanggulangan dengue berteknologi nyamuk ber-Wolbachia selama kurang lebih 10 tahun.
Wolbachia adalah bakteri alami, simbion yang umum ditemukan di hewan arthropoda, dengan mekanisme menghambat replikasi virus dengue yang diperankan Wolbachia. Hasil penelitian mampu menurunkan 77 persen incidence rate (IR) dengue dan mengurangi risiko perawatan di rumah sakit sebesar 86 persen. (*)
Baca juga:
Nyamuk Wolbachia Disebar Sejak 2016, Yogyakarta Catatkan Rekor Kasus DBD Terendah
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Tren Kasus DBD Meningkat di Jakarta, Pramono Anung Bakal Lakukan Pendataan Bareng Dinkes DKI

Dewan PSI Minta Pemprov DKI Distribusikan Alat Fogging untuk Tangani DBD

Dinkes DKI Imbau Warga Jakarta Waspadai Lonjakan Kasus DBD saat Musim Hujan

Nyamuk Aedes Aegypti Ternyata Bisa Bertelur di Sendok, Warga Jakarta Diingatkan Jangan Biarkan Air Tergenang

Hadapi Musim Hujan, Kemenkes Ingatkan Waspada DBD

RW di Kembangan Utara Kendalikan Nyamuk Aedes Aegypti Wolbachia

Kemenkes Klaim Nyamuk Wolbachia Mampu Pangkas Kasus DBD Hingga 77%

1.185 Warga Kembangan Jakbar Jadi Orang Tua Asuh Nyamuk Wolbachia

Cikal Bakal Nyamuk Wolbachia Jadi Pengendali DBD

Dinkes DKI Lepas Nyamuk Wolbachia di Kembangan Jakbar Pekan Depan
