Tantangan Dokter RSHS Pisahkan Bayi Dempet Dada dan Perut

Bayi kembar siam selesai operasi. (Foto: RSHS)
MerahPutih.com - Hasna dan Husna, bayi kembar siam yang dempet di bagian dada dan perut, selesai menjalani operasi pemisahan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Kini kondisi bayi asal Soreang, Kabupaten Bandung, itu belum melewati masa kritis.
Tidak mudah bagi anak yang baru berusia 8 bulan menghadapi operasi besar. Dan tidak mudah pula bagi dokter yang menjalani operasi pemisahan tubuh yang dempet. Ketua Tim dokter, dr. Dikki Drajat Kusmayadi Surachman, Sp.BA., menuturkan bagaimana kesulitan operasi pemisahan ini.
Baca Juga:
Saat Dokter RSHS Berjuang Pisahkan Bayi Kembar Siam Asal Soreang
Menurut dr. Dikki, semula tim dokter memperkirakan jalannya operasi akan memakan waktu 8-9 jam. Tapi nyatanya operasi selesai lebih cepat, yakni 6,5 jam. Sedangkan operasi pemisahannya memakan waktu 2,5 jam, yang dimulai pukul 10.30 WIB dan selesai pukul 12.30 WIB, Rabu (7/4).
Setelah memisahkan kedua tubuh bayi, tugas tim dokter masih jauh dari kata selesai. Sebab mereka masih harus menutup luka-luka akibat operasi. Akibat luka yang terbuka, bayi mengalami demam yang disebabkan zat pyrogen. Kondisi ini biasa terjadi ketika tubuh mengalami kerusakan jaringan cukup luas. Sebab yang Namanya operasi tidak mungkin dilakukan tanpa menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.
“Kita ketahui pada operasi pemisahan kembar siam ada beberapa jaringan yang sengaja rusak karena dipisahkan,” terang dr. Dikki, Kamis (8/4).
Secara ilmiah, Hasna dan Husna adalah bayi kembar siam jenis thoraco abdomino fagus, yaitu kembar siam dalam kondisi dada dan perut saling menempel. Pada kasus Hasna dan Husna, ada beberapa organ tubuh yang menyatu, yakni hati dan jantung.
Menghadapi kondisi thoraco abdomino fagus tersebut, terang Dikki, tim dokter harus melakukan pemisahan di bagian perut dan dan dada. Dokter harus memotong dinding tulang dada sampai rongga jantung terbuka.
Dokter menemukan Hasna dan Husna hanya memiliki satu selaput jantung yang menutup dua jantung. Sehingga dokter harus memisahkan selatup dan masing-masing jantung. Pemisahan ini mau tidak mau menimbulkan kerusakan pada organ vital ini.
Selain jantung, tim dokter juga harus memisahkan hati atau lever kedua bayi. Organ dengan ketebalan 10 cm dan lebar 4 cm itu harus dibuka dan dipisahkan. Hal ini juga tidak bisa menghindari terjadinya kerusakan sel-sel hati.
Berkat kerja keras dan kehati-hatian tim medis RSHS, operasi pemisahan ini berjalan lancar. Tugas berat berikutnya ialah melakukan perbaikan terhadap organ-orang yang terganggu karena operasi pemisahan. Tujuannya tidak lain meminimalisir kerusakan yang terjadi akibat operasi.
Tim dokter bedah plastik juga harus bekerja keras menutup luka-luka akibat operasi pemisahaan. Teknik penutupan perut dan dada yang terbuka ini antara lain dengan cangkok kulit. Dokter harus mampu menutup luka secara longgar, agar kulit yang dipakai menutup tidak terlalu ketat sehingga tidak saling tarik menarik yang mengganggu penyembuhan.
“Saat ini kondisi terakhir memang belum lewati masa kritis untuk keduanya, nadi masih tinggi, kemudian keduanya ada demam, tetapi sudah dipastikan bukan karena infeksi,” terang dr Dikki.
Akan tetapi, Dikki mengatakan, secara umum kedua bayi dalam kondisi stabil. Pernapasan mereka membaik, meskipun masih butuh pengawalan ketat mengignat masa kritis belum lewat. Alat bantu napas pada bayi Husna hampir bisa dicabut. Namun bayi Hasna kondisinya tidak sebaik Husna karena masih memerlukan selang ke dada untuk menjaga kelaianan yang disebabkan terbukanya selaput paru saat operasi.
Kedua bayi juga sudah bisa bangun. Namun tim dokter berusaha membuat bayi tetap tidur. Sebab kalau mereka terus terjaga, mereka akan gelisah karena kurang nyaman dengan selang-selang yang masih menempel di tubuh mereka. Ada selang pembuluh darah, obat, akses nutrisi. Selang tersebut menempel di hidung, dada, kemaluan untuk mengujkur urin.
Hal itu pasti tidak bikin mereka nyaman. Ketidaknyamanan ini juga berpengaruh pada denyut nadi mereka. “Kita berusaha menidurkan dulu sementara,” ucap dr Dikki.
Saat ini kedua bayi dirawat di ruang khusus anak Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSHS. Di ruang ini, Hasna dan Husna mendapatkan perawatan intensif untuk memastikan semua tanda-tanda vital berjalan normal, termasuk menjaga asupan nutrisinya sampai melewati masa kritis.
“Biasanya sih masa kritis kita harapkan setelah 2 hari,” kata Dikki.
Tim dokter juga akan melakukan fisioterapi. Penanganan ini diperlukan karena kedua anak selama ini terbiasa dempet, sehingga mereka lama terbiasa dalam posisi miring. Fisioterapi diperlukan untuk mengubah kebiasaan posisi mereka. Hal ini juga akan memengaruhi pada kesehatan paru.
Hasna dan Husna akan tetap berada di ruang intensif sampai kondisinya benar-benar baik. “Harapan kami lewat dulu masa kritis, luka dan tanda vital semua berfungsi baik,” ujarnya. (Iman Ha/Jawa Barat)
Baca Juga:
Kebiasaan Menjemur Bayi Saat Lahir Ternyata...
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami

Dugaan Malapratik Amputasi Tangah Bayi Arumi, Majelis Profesi Periksa 89 Tenaga Medis Bima

Stop! Bahaya Asap Rokok di Baju Mengancam Nyawa Bayi, Begini Cara Menyelamatkannya

Komisi III DPR Desak Polisi Usut Tuntas Sindikat Perdagangan Bayi Lintas Negara

Penyebab dan Penanganan Kuning pada Bayi Baru Lahir, Waspada Bahaya Dehidrasi ASI

Kejati Jabar Segera Tunjuk Jaksa Tangani Perkara Perkosaan oleh Dokter PPDS di RSHS Bandung

Dokter Pemerkosa Keluarga Pasien di RSHS Bandung Ngaku Malu, Coba Bunuh Diri

Polisi Yakin Ada Banyak Korban Perkosaan oleh Dokter di RSHS Bandung, Minta Segera Lapor

Dokter Pemerkosa di RSHS Dicabut Izin Praktiknya

Dokter Tekankan Pentingnya Gaya Hidup Sehat untuk Program Bayi Tabung
