Setahun COVID-19, Bisnis Jamu Laris Manis


Bisnis baru bermunculan di masa COVID-19. (Foto: ISTIMEWA/Dok Pribadi)
TAHUN lalu pandemi COVID-19 merusak tatanan sosial dan mengganggu roda perekonomian. Seluruh aktivitas lumpuh karena lockdown, karyawan bekerja dari rumah, hingga pemutusan kerja karyawan. Dalam kondisi serba sulit, sejumlah orang tidak mau kalah melawan pandemi.
Kreativitas mereka tidaklah surut meski terhimpit oleh situasi. Ide-ide bisnis pun bermunculan. Mulai dari menjual produk penunjang kesehatan, hingga jual jasa dilakukan demi menambah pundi-pundi uang di masa pandemi. Hal serupa dilakukan oleh seorang jurnalis bernama Retno Hemawati.
Baca juga:
Mpon-Mpon, Olahan Rempah Khas Indonesia Bisa Tangkal Virus Corona?
Meskipun aktivitasnya sebagai jurnalis cukup memakan waktu, ia tetap punya ruang khusus untuk tetap produktif. "Aku enggak suka nongkrong unfaedah. Penginnya produktif terus," ujarnya. Alih-alih memulai bisnisnya di tengah badai Corona, ia justru telah memulai bisnisnya sejak 2016. Kala itu, ia menawarkan masakan tradisional seperti garang asem, arem-arem, hingga sup buah.
Produksi dilakukan dalam skala rumahan di kawasan Cireundeu, Tangerang Selatan. Ia meracik sendiri produk yang dijual. "ini sebenarnya bisa diketawain ya, karena seperti manajemen tukang bakso, ya belanja sendiri, ngolah sendiri, memasarkan sendiri. Tapi percayalah itu nikmat betul rasanya. Kan artinya pendapatan juga buat sendiri," ujarnya.

Pandemi COVID-19 ia manfaatkan untuk melebarkan sayapnya menjual produk olahan jamu. Ia mulai menjalin langganan di pasar untuk suplai bahan baku. Hal itu membuatnya tak kesulitan mendapatkan bahan dengan kualitas baik.
"Bikin jamu ini kan sudah jauh sebelum pandemi menyerang. Aku sudah punya langganan. Tinggal kasih daftar kebutuhan bahan. Biasanya untuk stok 3-4 hari. Nanti bahan disiapkan, lalu aku ambil. Aku selalu dapat barang bagus, dipilihkan yang baik-baik sama penjualnya," urainya panjang lebar.
Baca juga:
Masker N95 vs Surgical Mask, Mana Lebih Efektif Cegah Penularan Virus Corona?
Awalnya, produk minuman tradisional Sejiwa hanya dijual di lingkungan kantor Retno di kawasan Kedoya. Kemudian, berkat promosi di media sosial Instagram @sejiwacuisine dan promosi mulut ke mulut, kini produk Sejiwa bahkan merambah hingga Cibubur dan Bekasi. "Selebihnya itu tidak bisa dilayani karena jamu ini tidak pakai pengawet sama sekali, sehingga mudah basi kalau kelamaan di luar. Jadi enggak bisa pakai ekspedisi hingga ke luar kota," jelasnya.
Meskipun belum bisa menjangkau pasar luar kota, bisnis jamu Sejiwa malah bersemi di kala pandemi ini. Menurut Retno, penjualan memang berkembang jauh, terlebih sejak Jokowi merilis jamu mpon-mpon bisa untuk menangkal corona. Dalam sehari, ia bisa menjual paling sedikit 50 botol jamu. "Mpon-mpon buatan Sejiwa sangat light karena sebagian besar yang beli anak muda yang aku yakin enggak tahan aroma temulawak yang sangat menyengat," paparnya

Selain mpon-mpon, menu baru Sejiwa, yakni kencur jahe madu + jeruk nipis (kejem) juga banyak dicari. Pada prinsipnya, menurutnya, mpon-mpon dan kejem itu bukan untuk anticorona, tapi bagus untuk meningkatkan stamina. "Kalau staminanya bagus kan kita jadi tahan menghadapi sakit, sakit apa saja, enggak hanya Corona," katanya.
Retno memang tak sekadar menjual jamu. Ia juga kerap menjawab pertanyaan pelanggan seputar jamu. Namun, ia mengakui banyak juga konsumen yang sudah tahu dan paham manfaat jamu, sehingga ia tak perlu lagi banyak menjelaskan.
Konsumen pun sudah punya produk favorit sendiri. Selain itu, masyarakat kini mulai paham bahwa jamu menyehatkan. Hal itulah yang membuat omzet jamu Sejiwa meningkat di kala pandemi ini. "Biarpun gitu, aku sih maunya tak usah lah ada pandemi ini. Jualan jamu ya tetap laris. Orang sehat semua," ucapnya.
Kini, Sejiwa menawarkan 10 varian minuman tradisional seperti jamu kunyit asam, gula asam, sambiloto, bunga telang nipis, jahe wangi, rosella, jus kacang hijau, jeruk nipis + madu, mpon-mpon lengkap dan kejem (kencur jahe madu+jeruk nipis). Dengan botol ukuran 500 ml, jamu racikannya dibanderol dengan harga Rp20 ribu hingga Rp25 ribu. (avia)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
