Hari Kesehatan Jiwa Sedunia

Sering Keliru! Ketahui Perbedaan Antara Psikolog, Psikiater, dan Pekerja Sosial

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Kamis, 10 Oktober 2019
Sering Keliru! Ketahui Perbedaan Antara Psikolog, Psikiater, dan Pekerja Sosial

Masyarakat masih sering keliru tentang pekerja kesehatan jiwa. (Foto: Pixabay/Wokandpix

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SAAT ini kepedulian untuk masalah kejiwaan makin banyak digaungkan. Dengan tagar mental illness melalui media sosial, masyarakat rupanya sangat peduli dan menuntut pihak berwajib untuk turut mengulurkan tangan. Masalah kejiwaan tidak boleh dibiarkan begitu saja. Kita harus bisa memangkas kasus ini sampai ke akarnya. Karena masalah kejiwaan bisa terjadi pada dirimu tanpa disadari.

Dalam dunia kejiwaan sekiranya ada tiga orang yang bisa membantu mereka yang mengalami gangguan mental. Ada psikolog, psikiater, dan pekerja sosial. Mereka adalah orang-orang yang siap siaga untuk masyarakat. Tetapi masih banyak orang masih keliru terhadap tiga pekerjaan yang sebenanya berbeda itu. Masyarakat seringkali menyamaratakan semua pekerjaan dalam dunia kejiwaan. Sehingga seringkali ketika meminta pertolongan, prosedurnya salah.

Baca juga:

Awas! Depresi Bisa Bikin Ukuran Otak Menyusut

Melansir dari laman online.king.edu, meskipun ketiganya sama-sama menangani masalah kejiwaan tetapi ternyata ranahnya cukup berbeda. Pekerjaan tersebut sering digabungkan untuk membantu sebuah kasus. Kamu harus tahu perbedaannya agar cara penanganannya tepat.

1. Psikolog

Sering Keliru! Ketahui Perbedaan Antara Psikolog, Psikiater, dan Pekerja Sosial
Seorang psikolog fokus memantau perilaku dan latar belakang dari pasien kejiwaan. (Foto: Pixabay/geralt)

Untuk menjadi psikolog, kamu harus menempuh pendidikan S1 jurusan psikologi sampai S2 di peminatan yang sama. Psikolog bekerja untuk mengetahui gejala awal gangguan kejiwaan yang dialami seseorang.

Pekerjaan ini fokus ke tindakan dan perilaku orang yang mengalami gangguan sehari-hari. Mereka akan melacak jam tidur, aktivitas sampai hobinya.

Kemudian dikaitkan dengan bagaimana perilaku orangtua serta keluarga terhadap pasien. Llingkup pertemanan pasien juga akan diawasi oleh psikolog.

Baca juga:

Hati-Hati, Cara Didik Orangtua Bisa Berpotensi Gangguan Jiwa Pada Anak

2. Psikiater

Sering Keliru! Ketahui Perbedaan Antara Psikolog, Psikiater, dan Pekerja Sosial
Psikiater akan memeriksa bentuk otak dan kondisi saraf seseorang. (Foto: Pixabay/VSRao)

Sedikit berbeda dengan psikolog, seorang psikiater harus melewati pendidikan dokter terlebih dahulu baru melanjutkan peminatan psikiatris.

Karena untuk kasus gangguan kejiwaan yang cukup sulit ditangani dan bersifat dinamis, yang diperiksa tidak hanya perilakunya saja.

Tetapi bagaimana bentuk otak serta tingkat kekuatan saraf pasien kejiwaan. Karena ternyata anatomi tubuh secara keseluruhan berkaitan dengan kondisi kejiwaan seseorang. Seorang psikolog dan psikiater sering bekerja sama untuk menangani sebuah kasus yang rumit.

3. Pekerja Sosial

Sering Keliru! Ketahui Perbedaan Antara Psikolog, Psikiater, dan Pekerja Sosial
Pekerja sosial tidak hanya bergerak di ranah kejiwaan. (Foto: Pixabay/ParentRap)

Saat ini ada banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dengan sukarela turun ke lapangan untuk menolong sesama. 'Teknisi' yang tergabung di dalamnya biasa disebut sebagai pekerja sosial. Masyarakat masih sering menganggap orang-orang tersebut tak lain merupakan psikolog atau psikiater. Meskipun sebenarnya untuk menjadi seorang pekerja sosial, harus pula melewati jenjang pendidikan tinggi pada studi Kesejahteraan Sosial. Kementrian Sosial juga sudah mengeluarkan sertfikasi untuk menjadi pekerja sosial. Pun sebenarnya pekerja sosial kalau di luar negeri disebut social worker yang jelas berbeda dengan volunteer. (Mar)

Baca juga:

Perhatikan Kandungan Gizi, Ini 4 Rekomendasi Jenis Makanan untuk Anak ADHD

#Lampu Kuning Oktober #Kesehatan Mental #Gangguan Mental #Psikolog #Psikiater Forensik #Hari Kesehatan Jiwa Dunia
Bagikan
Ditulis Oleh

Ananda Dimas Prasetya

nowhereman.. cause every second is a lesson for you to learn to be free.

Berita Terkait

Lifestyle
YouTube Kini Punya 'P3K Digital', Solusi Bagi Remaja yang Depresi Hingga Anxiety
YouTube telah menjalin kemitraan dengan berbagai organisasi nirlaba
Angga Yudha Pratama - Rabu, 15 Oktober 2025
YouTube Kini Punya 'P3K Digital', Solusi Bagi Remaja yang Depresi Hingga Anxiety
Fun
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
Merawat diri tidak lagi sekadar urusan penampilan fisik, tetapi juga menjadi sarana penting untuk menjaga kesehatan mental dan keseimbangan emosional.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
Lifestyle
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Hanya dengan 15 menit 9 detik gerakan sederhana setiap hari, partisipan mengalami peningkatan suasana hati 21 persen lebih tinggi jika dibandingkan ikut wellness retreat.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Indonesia
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Kelelahan mental merupakan sindrom yang dihasilkan dari stres terkait dengan pekerjaan kronis.
Dwi Astarini - Rabu, 30 Juli 2025
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Psikolog Bocorkan Cara Musik Melatih Otak Anak Jadi Super Cerdas Sejak Dini
Tetapkan batasan dengan konsisten, jelaskan kenapa ada batasan, dan terapkan kontrol penggunaan media bila perlu
Angga Yudha Pratama - Rabu, 23 Juli 2025
Psikolog Bocorkan Cara Musik Melatih Otak Anak Jadi Super Cerdas Sejak Dini
Indonesia
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Bagikan