Selama Musim Kemarau Kasus ISPA Alami Turun Naik
Pembagian masker kepada pengendara roda dua dan roda empat saat melintas depan kantor Dinas Kesehatan di Muara Teweh, Rabu (4/10/2023). (ANTARA/HO-Dokumen Pribadi).
MerahPutih.com - Musim kemarau yang panjang dan kondisi polusi udara yang tinggi pada tahun ini, bisa memimbulkan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Berdasarkan data Kemenkes, jumlah kasus ISPA pada Mei 2023 mencapai 1.515.070 kasus, Juni turun menjadi 1.305.185 kasus, Juli turun lagi menjadi 1.290.171 kasus, sedangkan Agustus terjadi kenaikan menjadi 1.387.650 kasus.
Baca Juga:
Dinkes DKI Klaim Kasus ISPA Turun dalam 2 Pekan Terakhir
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi mengatakan Kemenkes telah mendistribusikan surat kewaspadaan terkait dengan mitigasi dampak ISPA.
Ia menjelaskan, beberapa poin penting yang menjadi langkah mitigasi Kemenkes, di antaranya meningkatkan deteksi dini ISPA dan pneumonia pada semua kelompok umur serta mengoptimalkan penemuan kasus pneumonia balita di puskesmas dengan melakukan hitung napas bayi dan balita yang batuk dan atau kesulitan bernapas.
Selain itu, Kemenkes melakukan pengawasan ketat terhadap setiap temuan kasus ISPA dan pneumonia. Terkait dengan hal itu, setiap temuan kasus akan dilaporkan dan dianalisis secara mingguan oleh Tim Kerja ISPA.
Ia mengimbau, masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan, memeriksa rutin kualitas udara melalui aplikasi atau website, menggunakan masker, mengurangi aktivitas di luar ruangan, serta menghindari sumber polusi di dalam atau luar rumah.
Kemenkes meningkatkan kesiapan pelayanan kesehatan, seperti layanan konsultasi luring dan daring serta pelayanan rawat jalan dan rawat inap, baik di tempat pelayanan kesehatan primer maupun lanjutan.
Ia mengatakan, masyarakat yang mengalami gejala batuk dan atau sukar bernapas dapat segera melakukan konsultasi secara daring atau luring untuk selanjutnya mendapatkan tindakan dari tenaga kesehatan.
Gejala ISPA merupakan serangkaian gejala penyakit, berupa batuk, pilek, sakit tenggorokan, pusing, dan terkadang demam. Pada kondisi ISPA yang buruk, seseorang bisa mengalami bronkitis dan pneumonia (radang paru-paru).
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan menyebutkan dengan kondisi saat ini, tidak ada penambahan signifikan terkait dengan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). (Knu)
Baca Juga:
Cara Obati ISPA pada Anak Akibat Polusi Udara
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Ajaib! Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Sabet Kategori Baik WHO, Warga Boleh Buka Jendela Tanpa Takut Batuk
Udara Jakarta Lebih Berbahaya 10 Kali Lipat dari Batas WHO pada Jumat (31/10), Ini Tips Bertahan Hidup dari Dinkes
Cemari Udara dan Air Hujan, Pemprov DKI Cari Landasan Berikan Sanksi Sosial Bagi Warga Pembakar Sampah
Picu Hujan Mikroplastik, Wajah Pelaku Bakar Sampah Bakal Dipajang di Medsos DLH Jakarta
Jangan Malas Bersih-Bersih! Debu di Rumah Penuh Mikroplastik Jahat yang Siap Mengundang Virus dan Penyakit
Udara Jakarta Tidak Sehat Pada Selasa (21/10) Pagi, Terburuk ke-6 Dunia
Kasus ISPA di Jakarta Terus Meroket, Kenali Gejala dan Penyebabnya
Hari Ini Kualitas Udara Serpong Terburuk di Indonesia, Jakarta Nomor 3
Hari Ini Udara Jakarta Peringkat Terburuk Dunia Versi IQAir, Data Pemprov Cuma Catat 2 Titik
Jakarta di Posisi 3 sebagai Kota dengan Udara Terburuk di Dunia Hari Ini