Sains

Sampah Plastik Rasa Vanila, Solusi Lezat Merespon Krisis Lingkungan

annehsannehs - Senin, 05 Juli 2021
Sampah Plastik Rasa Vanila, Solusi Lezat Merespon Krisis Lingkungan

Es krim vanila. (foto: Unsplash/mariedehayes)

Ukuran:
14
Audio:

JIKA kamu salah satu penyuka es krim rasa vanila, kini kamu bisa menikmatinya sambil berkontribusi dalam mengurangi limbah plastik yang merusak lingkungan. Semua berkat penemuan dari para peneliti yang berhasil mengubah sampah plastik menjadi rasa vanila. Penemuan ini pun dianggap sebagai solusi yang lezat untuk meresponi krisis lingkungan yang semakin berkembang.

Dilansir dari Daily Mail, para peneliti dari University of Edinburgh telah melakukan rekayasa bakteri E. coli untuk menangani polyethylene terephthalate (PET). PET adalah polimer sintetis yang umum ditemukan pada botol kemasan plastik, pakaian poliester, suku cadang mobil, kemasan paket, barang-barang elektronik, dan masih banyak lagi.

Limbah plastik kemasan.  (Foto- National Geographic)
Limbah plastik kemasan. (Foto: National Geographic)

Jadi, enzim yang terkandung pada bakteri E. coli mampu mengubah PET menjadi vanilin, senyawa yang memberikan rasa dan aroma yang nikmat dari rasa vanila.

Baca juga:

Karangan Bunga Mencemari Lingkungan, Solusinya?

Pet terbuat dari ethylene glycol dan terepthalic acid yang terikat untuk menciptakan untaian panjang plastik yang kemudian dipotong dan dilebur untuk berbagai keperluan mulai dari pakaian, bungkus kemasan, dan sebagainya.

Sedangkan vanilin merupakan aldehyde, zat organik yang terbuat dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Vanilin bisa disulin secara alami dari biji vanili. Meski begitu, umumnya perisa vanila disintesis dari bahan bakar fosil karena lebih murah dan lebih tersedia.

Jenis plastik clamshell sulit untuk didaur ulang. (Foto- Plastech Group)
Jenis plastik clamshell sulit untuk didaur ulang. (Foto: Plastech Group)

Asam terepthalic yang ada pada PET pun sudah pernah diubah menjadi asam vanilat sebelumnya, tetapi belum pernah menjadi vanilin.

Bagi para ahli biologi Joanna Sadler dan Stephen Wallace, PET dianggap bisa diubah menjadi vanilin jika memanfaatkan enzim dari bakteri E. coli. Sebab, bakteri ini menggunakan oksigen sebagai katalis.

Baca juga:

Sulit Didaur Ulang, Hindari Penggunaan Kemasan Plastik Jenis Ini!

Melalui proses lima langkah, mereka mengubah asam tereftalat dari botol plastik menjadi vanilin dengan enzim MG1655 RARE (reduksi aldehida aromatik tereduksi) yang diproduksi E. coli.

Setelah proses ini disempurnakan, Sadler dan Wallace mampu menghasilkan produk yang mengandung 79 persen vanilin yang aman untuk dikonsumsi manusia.

"Karya ini memperkuat filosofi bahwa plastik pasca-konsumsi bisa dilihat bukan sebagai produk limbah, melainkan sebagai sumber karbon dan bahan baku untuk menghasilkan bahan bernilai tinggi," ungkap mereka.

Plastik yang mencemarkan laut dan pantai. (Foto: Pexels/Artem Beliaikin)
Plastik yang mencemarkan laut dan pantai. (Foto: Pexels/Artem Beliaikin)

Tujuan dari penelitian ini tentunya untuk mengurangi limbah plastik global yang dianggap sebagai salah satu isu lingkungan yang paling berbahaya bagi Bumi.

"Krisis limbah plastik diakui sebagai salah satu masalah lingkungan yang paling mendesak yang dihadapi kita sehingga mendorong seruan mendesak untuk teknologi-teknologi baru untuk memungkinkan terjadinya ekonomi plastik sirkular," ungkap mereka pada sebuah jurnal yang diunggah pada Green Chemistry. (shn)

Baca juga:

Rasa Es Krim Pilihan Ungkap Kehidupan Cintamu

#Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

annehs

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Dunia
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Stuart Semple klaim ciptakan warna cat baru hasil eksperimen ilmiah.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 26 April 2025
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Fun
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Ilmuwan temukan warna ‘olo’ — biru-hijau super pekat yang hanya terlihat dengan teknologi laser Oz.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 21 April 2025
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Bagikan