Karangan Bunga Mencemari Lingkungan, Solusinya?


Ini kebenaran buruk dari karangan bunga yang cantik. (Foto: Discovering Belgium)
TERLIHAT cantik dam indah, karangan bunga menjadi simbol dengan sejuta makna dalam berbagai kesempatan di kehidupan sosial manusia. Aromanya yang khas, penuh warna, serta keindahan detail dari bunga segar mampu menjadikan bunga sebagai pilihan favorit berkonotasi romantis selama berabad-abad.
Karena keringkihan serta masa hidupnya yang singkat, bunga segar biasanya harus diimpor dari luar negeri untuk mendapatkan kualitas yang baik. Tidak heran, karangan bunga dibanderol dengan harga yang cukup mahal.
Baca juga:
Terlepas dari keindahannya, karangan bunga ternyata sangat berdampak buruk bagi lingkungan. Untuk menumbuhkan bunga, dibutuhkan banyak air dan berbagai bahan kimia seperti pestisida untuk mencegah hama. kita juga harus memikirkan dampak polusi udara yang dihasilkan dari distribusi bunga.

Dilansir dari laman Eluxe Magazine, setelah dipanen bunga-bunga akan dikirimkan lewat truk berpendingin melewati Amerika Serikat dan diinapkan semalam dalam kotak dingin sebelum dihantarkan ke toko bunga di seluruh dunia.
Salah satu toko bunga bernama Flower Petal mengatakan bahwa mereka telah mencoba membatasi dampak lingkungan dari bisnis karangan bunga, namun tetap saja masih berkontribusi dalam 9000 metrik ton emisi karbon dioksida dari tempat panen sampai ke toko bunganya di Amerika Serikat dalam pengantaran 100 bunga mawar saat hari Valentine.
Baca juga:
Lantas, apa yang harus dilakukan bagi mereka yang masih memilih karangan bunga sebagai tanda sayang? Solusi yang paling utama tentunya adalah dengan menggunakan bunga palsu atau artificial flower yang terbuat dari berbagai bahan. Jika kamu merasa bunga palsu kurang otentik, cara lain yang bisa kamu lakukan adalah dengan membeli bunga lokal untuk meminimalisir transportasi bunga impor yang bisa berdampak pada lingkungan.
Menyesuaikan dengan permintaan bunga yang semakin tinggi menjelang acara seperti wisuda, ulang tahun, pemakaman, atau anniversary, laman Grown and Gathered mengatakan bahwa kebanyakan bunga ditanam di hoop house, atau semacam rumah kaca yang terbuat dari plastik dan tentunya akan menambahkan limbah plastik di dunia.
Membahas tentang bunga, tentunya sebagian besar dari kita menyukai bunga tulip. Ketika penanaman di pertanian komersil, umbi akan ditanam. Seketika bunganya dipanen, umbi akan dihancurkan, kemudian umbi baru akan dibeli lagi dan diimpor dari luar negeri, terutama Belanda untuk mempercepat waktu. Alaminya, ketika bunga tumbuh dari umbi, umbi tersebut masih bisa bertahan di tanah selama bertahun-tahun, membelah dan menjadi lebih produktif tanpa harus dihancurkan. (Shn)
Baca Juga:
Thomas Stanford Raffles Bukan Penemu Bunga Bangkai Rafflesia Arnoldii!
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
3 Truk Tinja Ketahuan Buang Limbah di Selokan Jaktim, Perusahaan Sudah 3 Kali Langgar Aturan

4 Hotel di Puncak Cemari Ciliwung Disegel, 18 Lainnya Masih Diperiksa KLH

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Apa itu Standing Flower Duka Cita? ini Jenis Bunga dan Cara Memilihnya sesuai Peristiwa

Komisi IV DPR Desak Investigasi Pemberi Izin Tambang Nikel di Raja Ampat

Rekam Jejak PT ASP Pengelola Nikel Raja Ampat, Terafiliasi dengan Raksasa Tambang Asal China yang Punya Proyek Besar di Indonesia

Komisi XII DPR Singgung Pemulihan Kawasan setelah Izin 4 Perusahaan Tambang di Raja Ampat Dicabut

Langgar Aturan dan Merusak Alam, Prabowo Akhirnya Hentikan Langsung Izin Tambang Nikel di Raja Ampat

Kerusakan Alam Raja Ampat akibat Tambang Nikel: Merusak Sumber Pangan Biru Masyarakat Lokal

Cemari Raja Ampat, Bahlil Diminta Tindak Tegas Perusahaan Tambang Nikel
