Rasialisme Merupakan Penyakit Mental, Benarkah?

Dwi AstariniDwi Astarini - Kamis, 27 Agustus 2020
Rasialisme Merupakan Penyakit Mental, Benarkah?

Rasialisme dipandang sebagai gangguan mental. (Foto: unsplash/@john_cameron)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

RASIALISME menjadi salah satu isu sosial yang tidak kunjung selesai. Terlebih setelah kematian warga kulit hitam di Amerika Serikat, isu rasialisme dan diskriminasi mencuat menjadi topik hangat.

Saking maraknya bahasan tentang rasialisme, banyak yang mempertanyakan mungkinkah hal itu merupakan penyakit mental?

Pertanyaan itu muncul karena kesimpulan Jane Elliot dalam acara Oprah. Pertanyaan Elliot kini kembali dibahas, sejalan dengan maraknya protes Black Lives Matter. "Yang kami hadapi di sini ialah penyakit mental. Rasialisme merupakan penyakit mental. Jika kamu menilai orang lain dari warna kulit mereka, dari jumlah bahan kimia di kulit mereka, kamu memiliki masalah mental. Kamu tidak menerima kenyataan dengan baik," ucap Elliot seperti dilansir VICE.

BACA JUGA:

4 Cara Agar Bisa Berhenti Memikirkan Mantan

Diungkapkan, penelusuran Google untuk 'rasialisme merupakan penyakit mental' telah melonjak ke tingkat yang tidak pernah terlihat selama 10 tahun terakhir. Di Twitter, banyak yang secara deklaratif membagikan sentimen tersebut.

Hingga kini, pro dan kontra mengenai apakah rasialisme bisa dikategorikan sebuah penyakit mental berlanjut.

Melansir The Washington Post, seorang psikiater Harvard, Alvin Poussaint, salah seorang psikiater kulit hitam, pada 1969, mengajukan petisi agar rasialisme dimasukkan ke diagnostic and statistical manual of mental disorders (DSM).

rasialisme
Bahasan mengenai rasialisme menjadi marak karena kematian orang-orang kulit hitam di Amerika. (unsplash @duncan_shaffer)

"Sudah waktunya bagi ahli kesehatan mental untuk menguji penolakan mereka terhadap rasialisme ekstrem sebagai gejala penyakit mental yang serius. Fokus seperti itu di masa depan dapat mencegah tragedi seperti pembantaian Charleston," ucap Poussaint, seperti dilansir The Washington Post.

Sepertinya, rasialisme yang ekstrem dapat dikategorikan sebuah penyakit mental. Melansir laman NCBI, Poussaint menulis bahwa delusi rasialis yang ekstrem juga dapat terjadi sebagai gejala utama pada gangguan psikotik lainnya, seperti skizofrenia dan gangguan bipolar.

Orang yang menderita delusi biasanya mengalami disfungsi sosial serius yang mengganggu kemampuan mereka untuk bekerja dengan orang lain dan mempertahankan pekerjaan. "Ketika delusi ini ekstrem, orang tersebut dapat bertindak dengan mencoba menyakiti, dan bahkan membunuh, anggota kelompok yang dibenci," ujar Poussaint dalam laman NCBI.

rasialisme
Dianggap sebagai perilaku yang tidak normal. (Foto: unsplash/@vechorko)

Di lain hal, beberapa orang tidak menerima rasialisme disebut sebuah penyakit mental. Psychiatry Online menulis sebagian besar orang setuju bahwa rasialisme, praktik diskriminasi rasial, segregasi, penganiayaan, dan dominasi atas dasar perasaan dan gagasan superioritas rasial merupakan produk dari perilaku yang dipelajari.

Advokat disabilitas dan kesehatan mental, tulis VICE, menolak keras pendapat tersebut. Mereka mengatakan rasialisme merupakan pilihan, sedangkan gangguan mental, seperti depresi, gangguan kecemasan, gangguan bipolar, dan skizofrenia tidak. "Rasialisme begitu meluas sehingga itu merupakan masalah budaya, bukan psikopatologi. Dengan kata lain, rasialissme terlalu umum untuk menjadi sebuah penyakit," jelas American Psychiatric Association (APA).

rasialisme
Bisa memilih untuk tidak menjadi rasis. (unsplash @kj2018)

Menyebut rasisme sebagai penyakit mental akan memperburuk stigma seputar penyakit mental. Itu akan melanjutkan kebiasaan penggunaan bahasa kesehatan mental dengan cara atau bahasa yang merendahkan. "Rasialisme bukanlah bagian dari kondisi manusia. Rasialisme adalah respons yang dipelajari. Kamu harus diajar untuk menjadi rasis, kamu tidak dilahirkan rasis. Kamu terlahir dalam masyarakat rasis, dan seperti yang lainnya, jika kamu bisa mempelajarinya, kamu bisa melupakannya," ucap Elliot.

Melansir laman The Washington Post, upaya untuk mengklasifikasikan rasialisme sebagai penyakit mental akan gagal selama beberapa dekade berikutnya. Namun, perdebatan dan diskusi tetap aktif. Pada awal 2000-an, rasialisme memiliki beberapa nama klinis, seperti kepribadian prasangka, gangguan kepribadian intoleran, dan bias patologis.(lev)

BACA JUGA:

Baru Dirilis, Puisi Menyentuh dari Tupac

#Kesehatan Mental #Rasialisme
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Indonesia
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Kelelahan mental merupakan sindrom yang dihasilkan dari stres terkait dengan pekerjaan kronis.
Dwi Astarini - Rabu, 30 Juli 2025
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Indonesia
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Depresi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi yang resistan terhadap pengobatan atau treatment resistant depression atau (TRD).
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Lifestyle
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Untuk skizofrenia, faktor risikonya mencakup genetik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 15 Mei 2025
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Fun
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Skizofrenia dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 15 Mei 2025
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Fun
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Penderita GB I, mengalami setidaknya satu episode manik yang berlangsung selama seminggu atau lebih.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 14 Mei 2025
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Fun
Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
Perasaan insecure selalu berkaitan dengan kepercayaan diri.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 25 Februari 2025
Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
Bagikan