Kesehatan Mental

Rasa Bersalah yang Muncul Pasca Kanker

P Suryo RP Suryo R - Minggu, 20 Maret 2022
Rasa Bersalah yang Muncul Pasca Kanker

Memerangi kanker itu traumatis, jadi tidak heran rasa bersalah dapat berperan dalam kesehatan emosional. (Foto: freepik/rawpixel)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

SEMBUH dari penyakit kanker dan bisa bertahan hidup merupakan hal yang perlu dirayakan. Meskipun menyenangkan tapi juga bisa memunculkan emosi lain. Salah satu emosi itu yaitu rasa bersalah. Apa yang membuat merasa bersalah?

Dilansir dari compassoncology.com sebagai penyintas kanker pasti akan mengalami perubahan hidup yang signifikan. Seperti bertemu dengan penderita kanker lain dan bersama-sama berjuang untuk sembuh. Tapi takdir setiap orang tidak sama, di saat berjuang tak disangka kita harus kehilangan teman seperjuangan tersebut. Kamu pun merasa bersalah dan terbebani dengan pertanyaan, 'mengapa mereka dan bukan saya?'.

Baca Juga:

4 Tips Menjaga Kesehatan Pikiran saat Aktivitas Mulai 'Burn Out'

kanker
Biarkan bersedih itu sangat normal terjadi. (Foto: freepik/freepik)

Penting untuk diketahui bahwa ini sebenarnya perasaan yang normal, namun tidak boleh diabaikan. Rasa bersalah para survivor dianggap sebagai bagian dari gangguan stres pasca-trauma. Saat mereka memiliki perasaan sedih yang luar biasa, merasa bersalah terus menerus, pikiran tidak berharga atau pikiran untuk mengakhiri hidupnya.

Perasaan itu biasa terjadi pada siapa saja yang mengalami sesuatu yang tragis dalam hidupnya dan dapat selamat. Bahkan hal ini terjadi pada para veteran perang ketika mereka kehilangan sesama rekannya di medan perang.

Memerangi kanker itu traumatis, jadi tidak heran rasa bersalah dapat berperan dalam kesehatan emosional. Terkadang rasa bersalah adalah untuk orang yang dicintai yang banyak berkorban untuk membantu dalam pertempuran melawan kanker.

Ada pula rasa bersalah yang dirasakan beberapa orang ketika diberikan kesempatan kedua dalam hidupnya. Namun menyadari bahwa ada janji yang belum ditepati saat berjuang melawan kanker. Rasa bersalah ini membuatnya merasa tertekan seolah-olah telah menghancurkan kesempatan dalam kehidupan.

Jenis rasa bersalah ini bertahan lama dan sulit untuk dihilangkan. Untuk menghindari depresi lepas kendali ini makanya mereka perlu mendapatkan dukungan setelah perawatan kanker selesai.

Pertama yang harus diingat adalah bahwa kamu bukan orang jahat karena memiliki perasaan ini. Kamu normal untuk memiliki perasaan bersalah, tetapi itu tidak baik untuk kesehatan mental kamu secara keseluruhan. Belajar mengatasi perasaan itu akan membantu kamu berdamai dengan emosi ini dari hari ke hari.

Baca Juga:

Empat Terapi Alternatif Untuk Pengobatan Kanker

kanker
Kenanglah temanmu dan biarkan ia hidup dalam hatimu. (Foto: freepik/freepik)

Biarkan bersedih, wajar untuk kamu berduka atas kehilangan orang-orang yang kamu kenal yang tidak bisa sembuh dari kanker. Persahabatan ini terbentuk karena menjalani perawatan bersama. Kepergian salah satu sahabat ini tak ada bedanya dengan kehilangan orang lain yang dekat denganmu.

Tidak ada yang akan menyalahkan jika kamu meluangkan waktu untuk merasa sedih atas kehilangan
seseorang yang dekat selama perawatan kanker. Namun, pastikan untuk fokus pada mereka sebagai
pribadi dan bukan pada rasa bersalah kamu sebagai 'yang beruntung'.

Sebaiknya lakukan sesuatu yang positif untuk mengenang mereka yang sudah pergi terlebih dahulu. Tindakan kebaikan untuk orang lain mengangkat suasana sedih apa pun yang mungkin kamu alami. Ketika kamu melakukannya dengan seseorang yang istimewa dalam pikiran, maka kamu menjaga ingatan bahwa mereka tetap hidup. Misalnya, kamu bisa menjadi sukarelawan di badan amal yang disukai temanmu. Kegiatan ini memberikan kamu tujuan yang sama yang mereka yakini, akan membuat ingatan mereka tetap hidup di pikiran dan hatimu.

Yang tak kalah penting adalah menujukan sikap baik. Untuk penderita kanker yang merasa bersalah karena menyebabkan gangguan pada kehidupan keluarga dan teman-teman. Kamu memiliki kesempatan untuk membalas kebaikan mereka. Ini dapat membantu meringankan rasa bersalah kamu dengan menunjukkan sikap yang baik kepada mereka yang telah banyak membantu.

Tidak perlu mahal. Ini bisa berupa ucapan terima kasih yang tulus dan tulisan tangan. Atau kamu bisa mengundang makan malam di rumah. Sikap mengumpulkan mereka bersama ini untuk menunjukkan rasa terima kasih yang penting.

Rasa bersalah menyebabkan stres. Stres kemudian bisa menjadi pemicu akan penyakit atau masalah yang lain. Temukan cara untuk meredakannya agar tidak mengendalikan emosi kamu.

Baca Juga:

Menghadapi Anggota Keluarga yang Terkena Kanker

kanker
Mencari tenaga ahli yang profesional untuk berkonsultasi. (Foto: freepik/tirachardz)

Yang tak kalah penting adalah menujukan sikap baik. Untuk penderita kanker yang merasa bersalah karena menyebabkan gangguan pada kehidupan keluarga dan teman-teman. Kamu memiliki kesempatan untuk membalas kebaikan mereka. Ini dapat membantu meringankan rasa bersalah kamu dengan menunjukkan sikap yang baik kepada mereka yang telah banyak membantu.

Tidak perlu mahal. Ini bisa berupa ucapan terima kasih yang tulus dan tulisan tangan. Atau kamu bisa mengundang makan malam di rumah. Sikap mengumpulkan mereka bersama ini untuk menunjukkan rasa terima kasih yang penting.

Rasa bersalah menyebabkan stres. Stres kemudian bisa menjadi pemicu akan penyakit atau masalah yang lain. Temukan cara untuk meredakannya agar tidak mengendalikan emosi kamu.

Kamu dapat mengikuti Yoga, kelas dansa, jalan-jalan dengan teman atau orang terkasih. Cobalah beberapa hal berbeda dan temukan apa yang paling bisa membantu kamu mengatasi stres. Masukkan ke dalam jadwal beberapa kali seminggu agar kamu tidak menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mengasihani diri sendiri.

Rasa bersalah orang yang selamat seharusnya tidak menjadi sesuatu yang harus dihadapi sendirian. Membuka diri kepada orang yang Anda cintai tentang apa yang kamu alami tentu saja diperbolehkan. Tapi, mari kita hadapi itu. Tidak semua orang merasa nyaman berbagi perasaan seperti ini dengan seseorang yang dekat dengan kita.

Kamu perlu berkonsultasi dengan ahli onkologi atau pekerja sosial onkologi untuk mendapatkanrekomendasi ahli dalam menangani masalah kecemasan yang mungkin kamu alami.

Carilah seorang profesional yang tahu bagaimana rasa bersalah korban dapat memengaruhi kamu dan tahu bagaimana membantu mengatasi perasaan yang ditimbulkannya. Mereka tahu persis bagaimana perasaanmu dan dapat menawarkan saran tentang cara-cara untuk memeranginya.

Kami harap, kamu mendapatkan solusi terbaik terhadap lembaran kehidupan barumu sebaik mungkin. (DGS)

Baca Juga:

Penyintas Kanker Berisiko Alami Gangguan Seksual

#Lipsus Maret Kanker #Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love

Berita Terkait

Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Indonesia
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Kelelahan mental merupakan sindrom yang dihasilkan dari stres terkait dengan pekerjaan kronis.
Dwi Astarini - Rabu, 30 Juli 2025
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Indonesia
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Depresi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi yang resistan terhadap pengobatan atau treatment resistant depression atau (TRD).
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Lifestyle
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Untuk skizofrenia, faktor risikonya mencakup genetik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 15 Mei 2025
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Fun
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Skizofrenia dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 15 Mei 2025
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Fun
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Penderita GB I, mengalami setidaknya satu episode manik yang berlangsung selama seminggu atau lebih.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 14 Mei 2025
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Fun
Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
Perasaan insecure selalu berkaitan dengan kepercayaan diri.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 25 Februari 2025
Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
Bagikan