Pria Harus Fokus Pada Peran Parenting


Budaya male chauvinisme yang masih kental di negeri ini dapat mempersulit proses parenting. (Foto: pixabay/marmaladelane)
KEPUTUSAN Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memberikan cuti selama sebulan bagi pria yang ingin menemani istri melahirkan seolah menjadi angin segar. Bagaimana tidak? Pria bisa fokus menemani dan mendukung proses melahirkan sang jabang bayi.
Melahirkan merupakan suatu peristiwa menegangkan bagi wanita. Kehadiran pria dan support suami sangat dibutuhkan. "Suami yang hadir untuk menemani istrinya melahirkan bisa menurunkan kecemasan istri hingga akhirnya dapat menjalankan proses bersalin dengan tenang," papar Psikolog Adityana Kasandra Putranto. Ketenangan jelang melahirkan dapat membantu proses melahirkan menjadi lebih lancar.
Cuti selama satu bulan bagi pria bukan perkara mudah di Indonesia. Pemerintah harus menyadari kelemahan sosial budaya di Indonesia yang belum siap menerima budaya semacam itu. Budaya male chauvinisme yang masih kental di negeri ini dapat mempersulit proses parenting.
Cuti sebulan untuk pria demi menjalankan peran parenting merupakan praktik yang banyak dilakukan di luar negeri. Mengadopsi praktik semacam ini akan terasa percuma apabila tradisi dan budayanya tidak turut serta diterapkan oleh masyarakat Indonesia.
Yang kerap terjadi, di Indonesia laki-laki tidak boleh mengganti popok, tidak boleh lama-lama memegang bayi, dan lain sebagainya. "Libur sebulan dia cuma leyeh-leyeh. Ya useless," kata Adit.
Menurut Adit, kemajuan bangsa terletak pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas
SDM tergantung dari bagaimana keluarga menghasilkan SDM. "Pabrik dalam keluarga harus dibenahi dahulu. Perbaikan itu mencakup perbaikan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan sosial budaya," urainya.
Ketika memberlakukan kebijakan tersebut, pemerintah harus menyertakan aturan yang bersifat mengikat. Hal tersebut agar pria memanfaatkan cutinya secara maksimal dan menjalankan tugas parentingnya secara benar. Misalnya, pria harus membuat foto aktivitas setiap harinya.
"Semua yang dilakukan harus dalam rangka membantu istri dan anak menghasilkan quality time," tegasnya.
Peran suami bagi istri yang melahirkan sangat besar, mencakup peran secara teknis, fisik, dan juga dukungan emosional. Peran teknis suami misalnya mengurus administrasi rumah sakit, sehingga proses bersalin lebih cepat dan lancar. Kemudian peran fisik, seperti membantu istri menyiapkan pakaian, menyuapi makanan, membantu ke toilet, dan lain sebagainya.

Peran suami yang paling krusial yakni dukungan emosional. "Kondisi melahirkan biasanya penuh kecemasan. Kehadiran suami tentu dapat membuat istri merasa lebih aman dan nyaman dalam menjalankan proses melahirkan," jelasnya.
Bentuk dukungan secara emosional contohnya dengan menggenggam tangan istri saat akan melahirkan. Genggaman tangan suami bisa menjadi sumber semangat. Selain menggenggam suami juga bisa memberikan kata-kata positif sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan istri, bahkan rasa sakit.
Setelah proses melahirkan selesai, suami pun memiliki peran besar dalam menjaga kondisi fisik dan emosional ibu dan buah hatinya.
Kondisi ibu yang masih lemah selepas melahirkan, membuat suami menjadi andalan dalam hal memastikan asupan nutrisi yang mencukupi ibu dan anak, begitu pula dengan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan. Kehadiran suami menjadi hal penting bagi sang istri
"Jika dilihat dari sisi emosional, tentu ibu yang baru melahirkan rentan mengalami baby blues. Suami menjadi orang terdekat yang bisa menemani Ibu, menenangkannya, dan memastikan ibu tidak terlalu lelah, sehingga ibu pun bisa mengasuh anak dengan kasih sayang yang optimal," beber Adit.
Manfaat dari kehadiran suami tak hanya dirasakan oleh ibu hamil. Anak yang dilahirkan pun mendapatkan manfaat dari kehadiran ayahnya. "Anak yang sering dengar suara ayahnya sejak dari dalam kandungan akan mampu mengenali suara ayahnya setelah lahir," tutur Adit.
Kehadiran ayah disamping bayinya akan membentuk emosi anaknya. Anak yang memperoleh perhatian, kasih sayang dan cinta akan menyimpan pengalaman emosi positif yang ikut membentuk karakter kasih sayang dalam dirinya. (avia)
Bagikan
Berita Terkait
Buntut Kasus Prostitusi di Gunung Kemukus, Polisi Bekuk Pensiunan PNS Sragen

Usulan Kenaikan Usia Pensiun ASN Belum Mendesak, Komisi II DPR Fokus Percepatan Birokrasi dan Efisiensi Anggaran

Mulai Besok ASN Wajib Naik Transportasi Umum, Lapor Lewat Swafoto

ASN DKI Jakarta Wajib Naik Transportasi Umum Setiap Rabu, Kondisi Tertentu Dikecualikan

Menteri PANRB Instruksikan PPK Pantau ASN, Jangan Coba-Coba Bolos Setelah Libur Panjang!

PPPK Pemkot Solo Protes soal TPP yang Diterima Tak 100 Persen

DPR Dukung Pemerintah Cari Lulusan Baru Untuk Pemenuhan dan Penempatan ASN Tahun 2025

Jam Kerja ASN DKI Disesuaikan Selama Ramadan, Senin - Kamis Pulang Jam 3 Sore

Pembayaran Pensiun PNS Diambil Alih Kementerian Keuangan, Begini Penjelasannya

THR PNS Terancam Tak Cair Tahun ini, Hasan Nasbi: Hak akan Tetap Dibayarkan
