Perempuan Turki Mulai Gerakan Lawan Kekerasan dalam Rumah Tangga


Solidaritas kaum perempuan di Istanbul berkumpul di depan Konsulat Rusia dalam sebuah unjuk rasa di Istanbul, Turki, (ANTARA FOTO/REUTERS/Osman Orsal)
MerahPutih.Com - Bertepatan dengan momen Hari Perempuan Internasional, kaum perempuan Turki mulai melakukan gerakan sosial. Salah satu yang disoroti yakni penekanan pada kekerasan yang membuat pusing masyarakat Turki.
Turki termasuk satu-satunya negara dimana 40 juta perempuan dan anak perempuan menikmati perlindungan hukum yang jauh lebih baik dibandingkan dengan banyak sebaya mereka di negara Timur Tengah lain.
amun pandangan konservatif yang membatasi peran perempuan di masyarakat Turki seringkali mengakibatkan masalah serius dan kekerasan dalam rumah tangga, dan menurut data resmi, 409 perempuan meninggal pada 2017 saja.
Beberapa organisasi masyarakat yang melibatkan hak perempuan menciptakan jejaring www.kadincinayetleri.org (Pembunuhan perempuan) --yang juga adalah gerakan hak asasi perempuan yang bersuara lantang, tempat statistik mengenai pembunuhan perempuan, peta kejahatan yang dilakukan, informasi mengenai pembunuh dan penyebab pembunuhan itu tersaji.
Menurut jejaring tersebut, pembunuhan mungkin dilakukan setelah seorang perempuan mengajukan perpisahan atau cerai, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis (8/3). Dalam kasus lain, pembunuhan seringkali dilatar-belakangi oleh kecurigaan mengenai selingkuh, cemburu atau pembunuhan untuk kehormatan.
Meskipun Turki telah membuat kemajuan besar ke arah kesetaraan gender, Turki tetap menjadi negara yang dikendalikan oleh tradisi dan agama.
Hak yang sama dan perlindungan buat perempuan termaktub di dalam peraturan, tapi keadaan berbeda ketika sampai pada masalah agama.
Aysen Ece Kavas, Wakil Ankara di Kadincinayetleri.org, mengatakan kepada Xinhua pegiat hak perempuan dari seluruh Turki dijadwalkan bertemu pada 11 Maret di Istanbul untuk membahas dan mengusulkan perubahan mengenai hak perempuan.
Kavas mengatakan 28 perempuan dibunuh oleh suamia, mitra dan kerabat mereka dalam satu bulan pada Januari 2018, dan jumlah itu bertambah jadi 47 pada Februari, jumlah paling banyak dalam beberapa bulan belakangan.
"Kasus pembunuhan perempuan kebanyakan terjadi di tempat perempuan merasa aman dan oleh kerabat mereka," katanya. Ia mengatakan kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah yang paling menantang dalam masyarakat Turki.
Pada 25 November, Hari Internasional bagi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan, Pusat bagi Ilmu Penyakit Jiwa di Turki mengeluarkan pernyataan mengenai kekerasan terhadap perempuan.
"Kekerasan bukan tak terelakkan. Itu bisa dicegah, dan ini sangat penting buat kehidupan anak perempuan," katanya.
Pusat itu percaya seluruh anggota masyarakat harus dikerahkan guna menangani masalah tersebut.
Meskipun ada hukum anti-kekerasan, pencegahan terbatas sebab lelaki yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga seringkali menerima hukuman lunak jika hakim memandang perbuatan mereka di pengadilan positif dan penuh hormat.(*)
Bagikan
Berita Terkait
Pemprov DKI Desak Korban Kekerasan Perempuan dan Anak Berani Bersuara, Jangan Takut Melapor

Hari Perempuan Internasional 2025, Koalisi Perempuan Indonesia Minta Pemeriksaan Serius Terhadap Anggota Parlemen yang Misoginis dan Diskriminatif

Kasus Kekerasan Perempuan-Anak Jakarta Meroket, Elit PSI Desak Revisi Perda Akomodir UU TPKS
International Women's Day 2025, Seruan Global untuk Aksi dan Kesetaraan

Daftar Lengkap Hari Besar Maret 2025: Dari Sejarah Indonesia hingga Isu Dunia

Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak Meroket di 2024, Dinas PPAPP Tambah 9 Pos Pengaduan
Suami Cut Intan Nabila Ditetapkan sebagai Tersangka KDRT

DPRD Desak Pemprov DKI Revisi Perda Tentang Perlindungan Perempuan dan Anak

Suami Bakar Istri di Tangerang Jadi Tersangka, Terancam 10 Tahun Penjara

Perempuan Papua Harus Berani Bersuara
