Kesehatan

Perempuan, Jangan Abaikan Vulvitis

Dwi AstariniDwi Astarini - Senin, 30 Januari 2023
Perempuan, Jangan Abaikan Vulvitis

Vulvitis adalah peradangan atau infeksi vulva, yaitu organ intim wanita bagian luar. (foto: freepik/freepik)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SETIAP perempuan rentan dapat terkena vulvitis. Penyakit vulvitis ini biasanya menimbulkan gatal di area vagina disertai keputihan. Vulvitis bisa disebabkan beragam hal, mulai dari iritasi akibat penggunaan pembersih vagina hingga infeksi.

Menurut Medical News Today, vulvitis umumnya dipicu alergi atau kepekaan terhadap produk, barang, atau kebiasaan tertentu. Penyebabnya pun bisa oleh banyak hal. Oleh karena itu, penanganan vulvitis sangat perlu disesuaikan dengan penyebabnya.

Vulvitis adalah peradangan atau infeksi vulva, yaitu organ intim perempuan bagian luar. Vulva terdiri dari bukaan vagina, bibir vagina atau labia, dan klitoris. Kulit di bagian vulva dan sekitarnya cenderung lembap, sehingga rentan mengalami infeksi dan iritasi yang dapat menyebabkan vulvitis. Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab penyakit vulvitis ini, seperti:

BACA JUGA:

Selain Segar, Air Dingin Ternyata Baik untuk Kesehatan

1. Infeksi

bersepeda

Iritasi pada vulva juga bisa disebabkan oleh aktivitas atau kebiasaan tertentu, yaitu misalnya terlalu lama bersepeda. (foto: freepik/arthurhidden)

Beberapa penyakit infeksi yang dapat menimbulkan vulvitis yakni vaginitis, herpes genital, kutil kelamin, candidiasis, trikomoniasis, dan kutu kemaluan. Infeksi ini biasanya disebabkan berbagai mikroorganisme, misalnya bakteri, virus, jamur, atau parasit. Kondisi ini rentan terjadi pada perempuan yang kurang menjaga kebersihan organ intimnya atau yang melakukan hubungan seks berisiko.

2. Iritasi

Penggunaan produk tertentu dapat memicu terjadinya iritasi pada vulva, misalnya sabun kewanitaan yang mengandung pewangi atau spermisida pada kondom. Iritasi pada vulva juga bisa disebabkan oleh aktivitas atau kebiasaan tertentu, yaitu misalnya terlalu lama bersepeda atau naik motor, sering berkeringat di daerah vulva, atau berenang di kolam renang yang mengandung banyak klorin.

BACA JUGA:

Jaga Vagina Tetap Sehat saat Liburan

3. Penyakit tertentu

Ada beberapa penyakit yang dapat memicu penyakit vulvitis, antara lain:

- Penyakit kulit, seperti eksim, psoriasis, dan lichen planus

- Penyakit menular seksual, seperti gonorea, klamidia, dan sifilis

- Diabetes

- Kanker, misalnya kanker vulva

- Inkontinensia urine

- Reaksi alergi

Rendahnya hormon estrogen pun dapat menyebabkan vulvitis sehingga membuat jaringan kulit pada vulva menjadi lebih tipis dan kering. Oleh karena itulah maka akan rentan terkena iritasi. Kondisi ini sering terjadi pada remaja perempuan yang baru saja memasuki masa pubertas dan perempuan yang sudah menopause.

vagina

Segera periksakan diri ke dokter saat mengalami gejala vulvitis. (foto: freepik/nikitabuida)

Gejala vulvitis dapat berbeda-beda sesuai penyebabnya. Namun, secara umum, gejala yang dapat muncul meliputi:

- Vulva dan vagina terasa gatal, nyeri, dan perih

- Keputihan yang tidak normal

- Kulit vulva kering, bersisik, dan tampak ada bercak putih

- Vulva dan bibir vagina tampak bengkak dan kemerahan

- Terdapat lepuhan atau benjolan berisi cairan di vulva

- Nyeri saat bersenggama dan buang air kecil

Vulvitis yang disebabkan oleh infeksi jamur dapat menimbukan gejala gatal-gatal berat pada vulva dan keputihan yang berwarna kekuningan dan kental, sedangkan vulvitis akibat infeksi bakteri dapat menimbulkan rasa nyeri atau gatal pada vulva dan vagina, disertai keputihan berwarna abu-abu, kekuningan, atau kehijauan yang berbau amis.

Jika kamu mengalami gejala vulvitis tersebut, segeralah periksakan diri ke dokter dan mendapat penanganan yang sesuai dengan penyebabnya. Biasanya, untuk mengetahui penyebab vulvitis yang kamu alami, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti tes urine, tes darah, pemeriksaan cairan vagina, dan pap smear (bila diperlukan).

Vulvitis, jika diobati secara tepat, biasanya dapat sembuh dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu. Sebaliknya, jika pengobatannya tidak tepat, vulvitis justru bisa bertambah parah. Oleh karena itu, periksakan diri ke dokter jika kamu mengalami gejala vulvitis, seperti gatal pada organ intim dan keputihan yang tidak normal.(dgs)

BACA JUGA:

Bercinta Memang Bisa Bikin Vagina Melar, Tapi....

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Bagikan