Penurunan Daya Beli Bikin Pasar Domestik Tekstil Melemah


Poster yang berisi protes dari pedagang yang meminta pemerintah untuk menutup TikTok Shop di kawasan toko Blok A, pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (19/9/2023). (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Pelaku industri tekstil Indonesia saat ini hanya memasarkan produknya untuk pasar domestik dibandingkan ekspor. Sehingga membutuhkan perlindungan di tengah melemahya industri ini.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengungkapkan, melemahnya kondisi pasar sektor tekstil di Indonesia juga dirasakan oleh pasar global yang tengah mengalami penurunan daya beli.
Baca Juga:
Kemenkominfo Tanggapi Permintaan UMKM untuk Tutup TikTok Shop
"Pasar tekstil secara global juga tidak baik mungkin daya beli pangsa pasar terbesar seperti Amerika dan Eropa kondisi mereka juga sedang tidak baik-baik saja," kata Jemmy.
Ia menjelaskan, menurunnya daya beli di pasar tekstil terbesar global seperti Amerika dan Eropa diakibatkan oleh inflasi imbas meningkatnya harga minyak yang mencapai USD 90 per barel.
"Dengan harga minyak yang naik kembali ke atas USD 90 membuat inflasi di AS yang tadinya sudah di level 3 persen sekarang menanjak di atas 3 mendekati 4 persen. Mungkin ini yang membuat sinyal kondisi dunia masih sedang tidak baik-baik saja," sambung Jemmy.
Tren pasar tekstil Indonesia yang sedang lesu, sudah dirasakan sejak kuartal 3 tahun 2022 dan menurutnya saat ini belum ada tanda-tanda sektor tersebut akan pulih.
Sebagai langkah untuk menghadapi kondisi tersebut, API memberikan masukan-masukan kepada pemerintah sebagai pertimbangan untuk dijadikan regulasi terkait perlindungan pasar dalam negeri dari produk asing.
"Untuk regulasi kedepannya supaya lebih baik supaya bisa melindungi pasar domestik ini yang dirasakan cukup besar potensinya jangan sampai dimasuki dengan mudah oleh produk asing," kata Jemmy.
Jemmy menyebutkan, penerapan kebijakan trade barrier atau pembatasan impor dari luar negeri dibutuhkan di saat kondisi pasar tekstil yang melemah.
"Selain itu, perlunya mendorong masyarakat untuk membeli produk tekstil buatan dalam negeri. Kalau bisa ada pilihan, barang sama harga sama, atau harga lebih mahal sedikit, lihat made in (buatan) mana. Kalau made in produk luar, beli produk dalam negeri juga," katanya. (Asp)
Baca Juga:
Ancaman Siber Mulai Meningkat ke UMKM Indonesia
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Alasan Bitcoin Jadi Solusi Investasi Menarik di Tengah Ancaman Inflasi

Biar Rakyat Senang Saat Belanja, Mendagri Perintahkan Daerah Tahan Inflasi Maksimal di 3,5 Persen

Harga Beras Berikan Kontribusi Inflasi Terbesar Kelompok Pangan Setelah Bawang Merah

Tekor! Indonesia Impor Obat Rp 176 Triliun Tapi Ekspor Cuma Rp 6,7 Triliun

UMKM di Jawa Tengah Dilatih Manfaatkan Pasar Ekspor, Bukan Hanya Jago Kandang

Jerman Jadi Pasar Sensor Asal Indonesia, Produk Diproduksi di Batam

Cetak Sejarah: Indonesia Ekspor Rempah hingga Madu ke Hongkong, Nilai Transaksi Capai Rp 5,6 Miliar

Angka Kemiskinan Jakarta Year On Year Turun, Gubernur Klaim Berhasil Kendalikan Inflasi

Indonesia Promosikan Inovasi Olahan Tempe Bagi Warga AS, Pasar Tempe Capai USD 2,5 Miliar

Rencana Pembebasan Tarif Bea Masuk Produk AS: Berpotensi Timbulkan Efek Mengerikan
