Pengamat Kritik Upaya Benturkan Aksi #2019GantiPresiden dengan Pendukung Kubu Sebelah
Pengamat Politik Ujang Komarudin (Foto: Screenshot youtube/soksitv)
MerahPutih.Com - Pengamat politik Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai, maraknya penolakan deklarasi #2019GantiPresiden di sejumlah daerah menimbulkan kesan adanya benturan antara pendukung pasangan calon di Pilpres 2019.
Sebab, secara konstitusi aspirasi ganti presiden yang didengungkan gerakan #2019GantiPresiden tidak sama sekali bertentangan dengan UU yang mengatur setiap warga negara memiliki hak menyampaikan pendapat.
"Saya menyebutnya aspirasi, Yang jelas dalam negara demokrasi semua aspirasi harus diakomodir oleh pemerintah dalam hal ini kepolisian," kata dia saat dimintai keterangan, Rabu (29/8).
Menurutnya, yang menjadi masalah itu ketika gerakan ini melakukan politik fitnah, Hoaks, menyebar kebencian, dan melakukan aksi anarkis.
"Selama itu tidak terjadi, sah-sah saja. Jangan sampai terkesan kelompok tagar dibenturkan dengan yang lain sehingga terjadi penolakan, ini berbahaya," ujarnya.
Untuk itu, dia berpendapat seharusnya pemerintah membuka ruang persaingan sehat bagi setiap warga negara untuk menyalurkan aspirasi, jika negara betul-betul menganut demokrasi.
"Tidak boleh itu makar. Itu haram tidak boleh. Makar ini kan muncul dari pengamat. Bukan dari Istana. Makanya tidak boleh seenaknya menyebut makar, harus ada buktinya," kata Ujang.
Sehubungan maraknya aksi penolakan terhadap gerakan #2019GantiPresiden, Dosen Universitas Al-Azhar Indonesia ini berpendapat polisi harus profesional.
"Jangan acaranya belum ada kok sudah dilarang. Sebaiknya diberikan ruang sambil polisi berjaga-jaga," tuturnya.
Seperti diketahui, sejumlah deklarasi gerakan #2019GantiGresiden yang sedianya akan digelar di beberapa daerah mendapat penolakan dari masyarakat sekitar.
Teranyar, deklarasi tagar yang digelar di Surabaya, Jawa Timur berakhir ricuh karena digeruduk kelompok massa anti tagar.(Fdi)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Hasil Survei, DPR Kini Dianggap Lebih Terbuka
Bagikan
Berita Terkait
Akun Medsos yang Hina Bahlil Dilaporkan ke Polisi, Direktur P3S: Sangat Tidak Etis
Pengamat Beri Nilai 6 untuk Setahun Kinerja Prabowo-Gibran, Sebut Tata Kelola Pemerintahan Semrawut
Bertemu ‘Empat Mata’, Pengamat Menduga Jokowi Kecewa karena Tak ‘Deal’ Politik dengan Prabowo
Kebijakan KPU Batasi Akses Ijazah Capres/Cawapres, Pengamat Politik: Berpotensi Langgar Keterbukaan Publik
KPU tak Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, Pengamat: Berpotensi Langgar Undang-undang
Banyak Wamen Rangkap Jabatan jadi Komisaris BUMN, Pengamat Nilai Pemerintahan Prabowo tak Terarah
Rencana TNI Jaga Gedung Kejaksaan Ditolak, Pengamat: Mereka Bukan Aparat Keamanan
Pengamat Sebut Gibran Berpeluang Jadi Lawan Prabowo di Pilpres 2029
Langkah Terlambat PDI-P Memecat Jokowi, Pengamat: Percuma, Dia sudah Tak Punya Power
Gus Miftah Terancam Dicopot Prabowo Buntut Umpatannya kepada Pedagang Es Teh