Peneliti Bongkar Pendapatan Buzzer Politik Setara dengan UMR DKI Jakarta


Peneliti dari CIPG Rinaldi Camil (Foto: Antaranews)
MerahPutih.Com - Keriuhan terkait Pilpres 2019 di media sosial tidak terlepas dari peran para buzzer politik. Kehadiran mereka membuat perdebatan dan perang tagar di media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram berlangsung sengit dan panas.
Lantas siapa yang menggaji para buzzer politik ini dan berapa pendapatan mereka? Peneliti Center for Innovation Policy and Governacne (CIPG) Rinaldi Camil mengungkapkan bahwa pendapatan buzzer politik bisa setara dengan upah minimum regional (UMR).
"Untuk buzzer-buzzer yang bekerja di lini depan, yang menganggap buzzer sebagai sebuah profesi atau pekerjaannya, biasanya dipekerjakan oleh agensi dengan bayaran UMR atau di bawah UMR," ujar Rinaldi di Jakarta, Selasa (5/3).
Besaran pendapat buzzer politik ini tergantung wilayah domisilinya. Jika buzzer politik berada di wilayah DKI Jakarta akan menerima bayaran Rp3,9 juta per bulan dengan kerja delapan hingga sepuluh jam sehari.

Lebih lanjut, Rinaldi Camil sebagaimana dilansir Antara menjelaskan bahwa industri buzzer politik memiliki tiga aktor utama yang memiliki perannya masing-masing. Pertama, pengguna biasanya partai politik. Kemudian, perantara antara "user" dan buzzer yang biasanya digawangi agensi. Selanjutnya, di tingkatan paling bawah adalah buzzer.
Buzzer bisa bekerja secara individu bisa pula berkelompok dengan dikoordinatori oleh seorang buzzer.
Seorang koordinator buzzer, menurut Rinaldi, dapat mengantongi Rp6 juta per bulan. Tenaga-tenaga buzzer yang direkrut biasanya adalah mahasiswa atau pelajar, sedangkan koordinator buzzer biasanya mereka yang lebih senior.
"Kampus-kampusnya bisa di sekitar Jakarta. Mereka (buzzer) biasanya karena memang mencari kerja. Karena motifnya uang dan masih minim pengalaman, tentunya gaji-gaji UMR sangat menarik bagi mereka," kata Rinaldi.
Meski membeberkan pendapatan para buzzer politik, lembaga CIPG tidak memiliki angka pasti seberapa besar industri buzzer politik dan jumlah buzzer politik yang digunakan oleh setiap kandidat pasangan calon.(*)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Akal Sehat Jadi Retorika Politik, Dosen Filsafat UI Sarankan Ini
Bagikan
Berita Terkait
Klarifikasi Unggahan Anaknya Soal Lengserkan CIA, Menkeu Purbaya: Dia Anak Kecil, Tak Tau Apa-Apa

19 Tewas dalam Demonstrasi Tolak Larangan Medsos dan Serukan Penindakan Korupsi, Perdana Menteri Nepal Mundur

Nepal Akhirnya Cabut Larangan Media Sosial setelah Protes Besar Menewaskan 19 Orang

Nepal Bergejolak Tolak Pelarangan Media Sosial dan Serukan Penindakan Korupsi, Sedikitnya 16 Tewas

Polisi Masih Buru Akun Media Sosial yang Sebarkan Provokasi Demo dan Penjarahan

Provokasi Bakar Bandara Soetta di TikTok, Pekerja Swasta Jadi Tersangka

Layanan TikTok Live Dikabarkan Dimatikan

Terima Challenge Ekstrem, Streamer Prancis Jean Pormanove Meninggal saat Siaran Langsung

Australia Masukkan YouTube ke Larangan Media Sosial untuk Anak-Anak di Bawah 16 Tahun

Legislator PKB Usulkan Pembatasan Akun Ganda Media Sosial dalam RUU Penyiaran
