Otoritas DK PBB Rusak Parah Akibat Tidak Bisa Atasi Konflik di Gaza


Tempat penampungan pengungsi warga Palestina di kota Rafah, Jalur Gaza selatan (8/12/2023). ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad/aa.
MerahPutih.com - Amerika Serikat memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera untuk menghentikan pertumpahan darah di Jalur Gaza seiiring dengan langkah Israel melanjutkan serangan militer pada 1 Desember setelah jeda kemanusiaan selama seminggu.
Tercatat, hampir 18 ribu warga Palestina tewas dan lebih dari 49.229 lainnya terluka akibat serangan tanpa henti Israel di Gaza sejak 7 Oktober setelah Hamas. Sementara korban tewas di pihak Israel mencapai 1.200 orang.
Baca Juga:
Joe Biden Desak Israel Tak Serang Warga Sipil di Gaza
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kredibilitas dan otoritas Dewan Keamanan PBB rusak parah akibat konflik di Gaza. Berbagai resolusi tidak bisa diimplementasikan.
"Serangan mengerikan yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober, yang diikuti bombardemen tanpa henti oleh Israel di Gaza, ditanggapi dengan bungkamnya Dewan Keamanan," katanya.
Guterres menegaskan, tidak ada tempat berlindung yang aman bagi warga sipil Gaza dan harus segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza.
"Jumlah korban sipil di Gaza dalam waktu sesingkat ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.
Ia menegaskan, ketertiban umum akan segera runtuh dan situasi yang lebih buruk bisa terjadi, termasuk epidemi dan bertambahnya arus pengungsian massal ke Mesir.
"Sayangnya, Dewan Keamanan gagal melakukannya tapi hal tersebut tak membuatnya menjadi kurang penting, jadi saya berjanji tidak akan menyerah," ungkapnya.
Sementara itu, Malaysia menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi resolusi yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza pada 8 Desember 2023 karena veto Amerika Serikat (AS).
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengungkapkan keprihatinan mendalam atas memburuknya situasi di Gaza dan mendesak tentara Israel lebih melindungi lagi warga sipil Gaza.
"Menyerukan masyarakat mencari perlindungan itu tak cukup, karena kenyataannya di lapangan hampir tidak ada perlindungan yang bisa diberikan," kata dia dalam X.
Baerbock menyoroti betapa mendesaknya situasi tersebut dengan menyatakan situasi masyarakat di Gaza menjadi semakin menyedihkan dari hari ke hari.
"Perempuan dan anak-anak adalah yang paling menderita. Merekalah yang terakhir makan dan yang pertama meninggal dunia," ungkapnya. (*)
Baca Juga:
Pertama Kalinya, Sekjen PBB Kirim Surat Desak Gencatan Senjata di Gaza
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Media Belanda de Volkskrant Temukan Dugaan Serangan Tembakan Yang Disengaja ke Anak-Anak di Gaza

Agresi Israel ke Doha Dinilai Sebagai Ancaman Serius Bagi Stabilitas dan Perdamaian di Kawasan Timur Tengah

Prabowo Tegaskan Dukung Kedaulatan Qatar Setelah Serangan Israel, Suara Dunia Harus Kian Lantang

Prabowo Temui Emir Qatar Sheikh Tamim Setelah Israel Serang Markas Hamas

DPR Kecam Serangan Israel ke Qatar, Sebut Bisa Memicu Konflik di Timur Tengah

Hubungan Donald Trump-Benjamin Netanyahu Makin Renggang Usai Presiden AS Sebut Serangan Israel ke Doha 'Tindakan Ceroboh'

Penyerangan di Qatar Dianggap Melanggar Hukum Internasional, Arab Saudi Peringatkan Konsekuensi Serius yang Bakal Diterima Israel

Tanggapi Serangan Israel ke Doha, PM Qatar: Tak Hanya Melampaui Hukum Internasional, Tapi Juga Standar Moral

Israel Serang Qatar Picu Ketegangan di Timur Tengah, Kemlu Indonesia: Pelanggaran Keras terhadap Hukum Internasional

Tunisia Klarifikasi Kebakaran Kapal Misi GSF Bukan Akibat Serangan Drone Israel
