Parenting

Meskipun Punya Masalah Berat Badan, Jangan Menyuruh Anak Diet

P Suryo RP Suryo R - Rabu, 16 Juni 2021
Meskipun Punya Masalah Berat Badan, Jangan Menyuruh Anak Diet

Banyak bukti bahwa diet masa kanak-kanak kontraproduktif. (Foto: Unsplash/Omar Lopez)

Ukuran:
14
Audio:

SEMAKIN banyak anak yang mengalami obesitas. Menurut data Kementerian Kesehatan, kasus obesitas di Indonesia telah mengalami peningkatan hampir dua kali lipat pada orang dewasa, dari 19,1 persen pada 2007 menjadi 35,4 persen pada 2018. Perbandingannya 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas. Sementara, untuk anak usia 5-12 tahun ada di angka 1 banding 5.

Lalu, bagaimana menghadapi masalah obesitas pada anak? Meskipun tren-nya meningkat secara umum, tapi sebenarnya mengidentifikasi obesitas pada anak berdasarkan individu tidaklah mudah. Tidak semua anak berkembang dengan kecepatan yang sama sehingga sulit untuk mengetahui apakah kenaikan berat badan anak adalah hasil dari lonjakan pertumbuhan atau apakah itu mewakili sesuatu yang lebih mengkhawatirkan.

Baca Juga:

Busui! Ini Makanan Wajib agar Bayi Sehat dan Pintar

anak
Mengidentifikasi obesitas pada anak berdasarkan individu tidaklah mudah. (Foto: 123RF/Olga Yastremska)


Penghitungan BMI (Body Mass Index) untuk anak pun tidak sama dengan orang dewasa, ada penghitungan usia yang disertakan. Dengan demikian, akan terlihat bagaimana BMI anak dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia yang sama.

Lalu jika memang ternyata seorang anak ternyata mengalami masalah berat badan atau obesitas, apa yang harus dilakukan? Satu hal yang tidak boleh dilakukan adalah menyuruhnya untuk berdiet.

Ada banyak bukti bahwa diet masa kanak-kanak kontraproduktif, seringkali mengikis kepercayaan diri dan menanamkan konsep diri yang buruk. "Saya telah bekerja dengan ratusan remaja dan orang dewasa dengan gangguan makan. Sebagian besar melaporkan gagal diet dimulai pada masa kanak-kanak," kata Edward Abramson, Ph.D., psikolog klinis dan profesor emeritus psikologi di California State University, AS dalam artikelnya di psychologytoday.com (16/6).

Baca Juga:

Terobsesi Makanan Sehat? Bisa Jadi Penderita Orthorexia Nervosa

anak
Ada banyak bukti bahwa diet masa kanak-kanak kontraproduktif. (Foto: 123RF/fsstock)

Pendekatan lain yang dicoba dan gagal adalah dengan melarang makanan tertentu. Menurut Abramson, menyatakan bahwa mie instan dan gorengan, es krim, atau cokelat itu buruk dan harus dihindari kemungkinan akan menjadi bumerang. Karena, larangan itu hanya akan meningkatkan daya tarik makanan yang sulit didapat.

Lalu bagaimana agar anak tidak mengalami gangguan makan atau menderita risiko kesehatan dan stigma yang menyertai obesitas. Apa yang harus dilakukan?"

Daripada diet, kamu dapat fokus pada makan sehat dan membuat pola makan sehat sendiri. Biarkan anak melihatmu menikmati makan buah dan sayuran. Agar lebih menarik, Abramson menyarankan untuk mencoba menanam sayur dan buah sendiri di rumah bersama anak. Meskipun hanya dengan memiliki pot di jendela dengan bibit wortel atau sayuran lain, ketika kecambah muncul, itu akan membuat anak-anak tertarik.

Baca Juga:

Pentingnya Jaga Pencernaan Anak Saat Pandemi COVID-19

anak
Melarang makanan apa pun, tidak peduli seberapa menggemukkan, dapat menciptakan konflik. (Foto: 123RF/Pongpipat Yatra

1) Kenalkan bahan makanan sehat
Jika kamu tinggal di dekat kebun sayur atau buah yang membolehkan untuk memetik hasil tanaman sendiri, rencanakan jalan-jalan dengan anak dan lakukan aktivitas memanen buah atau sayur yang menyenangkan.

Jika anak masih tidak mau makan sayuran, jangan frustrasi. Seringkali dibutuhkan 10 atau lebih petunjuk sebelum seorang anak mencoba makanan baru. Mulailah dengan sayuran terkecil dan terbaru seperti kacang polong manis atau wortel bayi, dan jangan memulai dengan sayuran seperti brokoli atau asparagus yang memiliki rasa yang lebih kuat.

2) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
Siapa yang melarang bermain-main dengan makanan? Bersenang-senang dengan produk makanan berwarna-warni dapat membuat anak-anak usia dini lebih bersemangat menyantap makanan sehat. Kamu bisa mengajak anak memasak sayur dan menghias piring saji dengan sayuran, buah-buahan, rempah-rempah, dan jika tersedia, bunga yang dapat dimakan. Kemudian kamu juga harus menyantap makanan tersebut di hadapannya sekaligus memuji keberasilan dalam membatu di dapur.

3) Jangan terus melarang
Bagaimana dengan makanan cepat saji? Melarang makanan apa pun, tidak peduli seberapa menggemukkan, dapat menciptakan konflik dan keresahan bagi anak-anak dari segala usia. Misalnya, jika anak di sekolah menengah dan teman-temannya mengajak untuk minum boba, apa yang harus dia lakukan? Jika dia tidak ikut minum dan teman-temannya bertanya mengapa, dia malu harus menjelaskan bahwa orangtua melarangnya.

Bahkan jika dia mengerti bahwa minuman manis itu tidak sehat, kemungkinan dia akan mengalah, minum boba, dan kemudian merasa bersalah. Kemungkinan selanjutnya, dia akan berbohong kepada orangtua tentang pelanggaran tadi. Jadi, alih-alih melarang satu atau beberapa jenis makanan atau minuman, kamu bisa menjelaskan bagaimana beberapa santapan bisa terasa enak di mulut tetapi menambah kalori tanpa memberikan nutrisi apa pun. Yakinkan dia bahwa, makanan dan minuman itu bisa dinikmati sesekali, tapi tidak rutin.

Sangat membantu untuk mengingat bahwa, jika anak masih tumbuh, dia tidak perlu menurunkan berat badan secara aktif. Kemungkinan besar anak bisa langsing jika mereka mempertahankan berat badan mereka saat ini dan terus bertambah tingi. (aru)

Baca Juga:

3 Makanan Thailand Paling Sehat Menurut Ahli Nutrisi

#Parenting #Diet #Anak-anak #Makanan #Makanan Sehat
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love

Berita Terkait

Lifestyle
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Lavender dan chamomile kerap menjadi pilihan utama dalam praktik mindful parenting.
Dwi Astarini - Minggu, 07 September 2025
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Fun
Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat
Periode libur long weekend di Agustus ini jadi saat yang tepat untuk mengunjungi kolam renang.
Ananda Dimas Prasetya - Minggu, 17 Agustus 2025
Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat
Fun
Daftar Promo 17 Agustus 2025: Diskon Spesial Kemerdekaan dari Minuman, Makanan, hingga Fashion!
Promo Kemerdekaan, Minuman, Makanan, Fashion, dari Chatime hingga Timberland banjir diskon, selengkapnya
ImanK - Sabtu, 16 Agustus 2025
Daftar Promo 17 Agustus 2025: Diskon Spesial Kemerdekaan dari Minuman, Makanan, hingga Fashion!
Indonesia
Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak
Perlu diiringi dengan edukasi yang mencakup tiga elemen kunci yakni anak, orangtua, dan tenaga pendidik.
Dwi Astarini - Jumat, 08 Agustus 2025
Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak
Lifestyle
Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain
Orangtua juga perlu tahu bahwa ada sisi positif dari gim daring ini.
Dwi Astarini - Jumat, 08 Agustus 2025
 Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain
Indonesia
Ingat Ya Bunda! Beri Makan Anak Jangan Hanya Fokus Pada Nasi dan Mie
Perubahan pola makan tidak cukup hanya dengan menyuruh anak, tapi harus dimulai dari kebiasaan seluruh keluarga.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 16 Juli 2025
Ingat Ya Bunda! Beri Makan Anak Jangan Hanya Fokus Pada Nasi dan Mie
Lifestyle
Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa
Ini merupakan pilihan yang bijak dan menyehatkan bagi anak-anak yang tidak bisa menoleransi susu sapi.
Dwi Astarini - Jumat, 04 Juli 2025
Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa
Fun
Yogurt Bisa Jadi Solusi Camilan Sehat untuk Si Kecil, Asal Rendah Gula
Yogurt dikenal sebagai salah satu camilan sehat yang kaya akan kalsium, protein, dan probiotik.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 28 Juni 2025
Yogurt Bisa Jadi Solusi Camilan Sehat untuk Si Kecil, Asal Rendah Gula
Lifestyle
Dokter Bocorkan Cara Ajaib Bikin Anak Berprestasi Hanya dengan Musik
Paparan musik, terutama musik klasik, terbukti memiliki dampak positif pada perkembangan kognitif anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 25 Juni 2025
Dokter Bocorkan Cara Ajaib Bikin Anak Berprestasi Hanya dengan Musik
Bagikan