Terobsesi Makanan Sehat? Bisa Jadi Penderita Orthorexia Nervosa


Makanan sehat. (Foto: Pixabay/RitaE)
MENGONSUMSI makanan sehat memang dianjurkan. Akan tetapi kamu yang terobsesi makanan sehat sebaiknya harus waspada karena hal itu justru akan berdampak buruk, salah satunya risiko kekurangan gizi atau malnutrisi.
Dilansir dari Antara, Rabu (9/6), dokter spesialis gizi klinik konsultan nutrisi pada kelainan metabolisme gizi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI), Ida Gunawan menjelaskan terobsesi pada makanan sehat tergolong gangguan makan yang disebut orthorexia nervosa.
Baca juga:
"Dalam prakteknya, kalau dia tidak menemukan makanan sehat menurut dia, maka bisa menjadi stres, gelisah, merasa bersalah, cemas dan sebagainya. Akhirnya membuat dia memilih tidak makan daripada harus makanan makanan yang menurut dia tidak sehat," ucap dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah-Puri Indah itu.

Menurutnya, ada perbedaan konsep makanan sehat yang diterapkan penderita orthorexia dan yang memang menjalani pola makan sehat. Orang yang menerapkan pola makan sehat umumnya berpegang pada gizi seimbang. Sementara orang dengan orthorexia justru menghindari sumber karbohidrat, protein hewani dan bumbu seperti garam dan gula, hingga lemak yang bisa berujung masalah kesehatan salah satunya malnutrisi.
Dalam satu piring makan, seperti yang dianjurkan Kementerian Kkesehatan yakni setengah bagian diisi sayur dan buah, seperempat piring karbohidrat (pilih yang kompleks seperti nasi, sereal, kentang, roti gandum), kemudian isi seperempatnya lagi diisi protein baik hewani maupun nabati.
Baca juga:
Sedangkan untuk asupan garam harian, gula dan minyak disesuaikan dengan rekomendasi Kementerian Kesehatan yaitu gula 4 sendok makan peres, garam 1 sendok teh, dan minyak 5 sendok makan.
"Orang yang mengikuti pola makan sehat pastinya berpegang pada gizi seimbang. Dalam gizi seimbang tidak melulu isinya hanya sayur dan buah, tidak makan karbohidrat, lemak dan gula," terang Ida.

"Pada mereka yang orthorexia, segala bumbu, karbohdirat menjadi momok ditakuti, melihat protein hewani enggak makan karena dianggap mengandung kolesterol tinggi, identik dengan tidak sehat. Jadi konsep diet sehat yang harus dibetulkan," lanjutnya.
Menurut Ida, orthorexia bisa ditangani dengan perawatan dari dokter gizi klinik dan psikiater. Nantinya mereka akan diberi informasi dan edukasi tentang persepsi makanan sehat. Orang yang orthorexia juga dianjurkan melakukan banyak relaksasi supaya tidak menjadi tegang hingga berujung stres ketika tak menemukan makanan sehat versi mereka. (Yni)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
