Menuju New Normal, MUI Ingatkan Umat Pentingnya Patuhi Protokol Kesehatan


Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas di Jakarta, Selasa (5/11/2019). ANTARA/Anom Prihantoro
MerahPutih.Com - Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengatakan, jika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) direlaksasi seperti di mal, bandara, tempat publik, maka hal serupa juga harus berlaku di masjid namun tetap menerapkan kelaziman baru atau new normal.
Ia mengimbau agar umat dapat memperhatikan dan mematuhi protokol kesehatan.
Baca Juga:
Patuhi PSBB, KAJ Kembali Perpanjang Peniadaan Kegiatan Ibadah di Gereja
"Kita minta umat patuhi protokol medis yang ada (di masjid), karena kalau tidak, risiko terjadinya penularan dari virus tersebut tentu akan sangat besar," kata Buya Anwar dalam siaran pers kepada wartawan, Kamis (28/5).

Karena di dalam protokol medis disebutkan mengenai physical distancing atau menjaga jarak, kata dia, maka hal tersebut juga menjadi perhatian yang perlu diterapkan di masjid. Jarak antara satu orang dengan orang lain minimal satu meter.
Hal ini menurut Buya Anwar akan menjadi masalah di masjid-masjid yang jumlah jamaahnya membeludak.
Pada salat Jumat di masa normal saja, tak sedikit masjid yang kapasitas tampung ruangannya tak cukup untuk jamaah. Sehingga tak sedikit dari masjid-masjid tersebut yang menyambung shaf-nya hingga ke luar masjid seperti lapangan hingga jalan raya.
"Tentu yang begini (membeludaknya jamaah saat sholat Jumat) akan menyusahkan jamaah pada masa new normal," ungkapnya.
Buya Anwar meminta pemerintah berhati-hati akan rencana new normal itu.
"New normal itu dilakukan orang setelah (kurva) turun (dan) turunnya setelah melandai. Itu adalah sebuah konsep yang bagus dilaksanakan, kalau situasi kondisinya pas. Pasnya kapan? Di saat sudah melandai," kata Anwar.
Anwar menilai, penerapan new normal di tengah kurva yang belum turun atau landai bisa jadi berbahaya.
"Kita kan masih naik ini, jadi jangan menerapkan new normal di tengah situasi penyebaran meningkat, kenapa? Karena masyarakat kita belum tertib, disiplin. Kalau tertib disiplin mungkin masih bisa dipertanggungjawabkan, kalau enggak, saya rasa, jadi konsep berbahaya menurut saya," jelas dia.
Anwar memberi catatan, jika salah menerapkan kebijakan, maka akan berdampak pada penambahan pasien positif corona.
Baca Juga:
DPR Ingatkan Protokol New Normal Jangan Sampai Bikin Bingung Rakyat
Tentunya pasien tersebut akan memenuhi rumah sakit untuk mendapat perawatan.
"Apakah hal-hal ini sudah disiapkan pemerintah? Kalau sudah ya oke, tapi kalau belum ya maka menurut saya kebijakan ini sangat berbahaya. Karena secara hitungan keilmuan, pasti banyak pasien baru yang akan memenuhi RS," jelas Anwar.
"Pasti faskes tak mampu menampungnya sehingga pasien-pasien tak terlayani. Tugas negara ngapain? Melindungi rakyat kan? Maksudnya baik tapi karena caranya ndak tepat pasti hasilnya buruk, sehingga tugas negara yang lindungi rakyat, tidak tegas," pungkasnya.(Knu)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID

[HOAKS atau FAKTA]: MUI Dukung Serangan Israel karena Iran Menganut Syiah
![[HOAKS atau FAKTA]: MUI Dukung Serangan Israel karena Iran Menganut Syiah](https://img.merahputih.com/media/48/13/82/4813823a5ee77b0d0cbf67a5d0cd80b2_182x135.jpeg)
Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa

178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat

Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis

Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025

KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19

KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI

COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin

COVID-19 Mulai Melonjak Lagi: Dari 100 Orang Dites, Sebagian Terindikasi Positif
