Menkes Minta Tiongkok Pinjamkan Alat Pendeteksi Hotspot Polusi
                Penyemprotan air untuk mengurangi dampak polusi udara di Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur, Jumat (25/8/2023). (ANTARA/Syaiful Hakim/aa)
MerahPutih.com - Indonesia sedang membutuhkan alat pendeteksi berat molekul, bentuk molekul, dan kimia molekul, untuk membantu proses identifikasi polutan.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengusulkan peminjaman kendaraan mobile reference monitor milik Tiongkok, untuk menganalisa kualitas udara perkotaan di Indonesia.
Baca Juga:
Kemenkes Terbitkan Surat Edaran Penanggulangan Dampak Polusi Bagi Kesehatan
"Kami mengusulkan melobi ke China kalau bisa mobilnya (mobile reference monitor) dipinjamin ke Indonesia, paling tidak setahun," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Mobile reference monitor berbentuk mobil pendeteksi hotspot polusi yang dilengkapi dengan teknologi laboratorium untuk menganalisa secara mendalam sumber polutan.
Kendaraan tersebut memungkinkan otoritas berwenang di Indonesia mendeteksi secara tepat dan real time sumber polutan, apakah bersumber dari emisi kendaraan, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), pembakaran sampah, atau sumber lainnya.
Paling tidak ada empat kebutuhan alat deteksi, dua di antaranya telah dimiliki Kemenkes yakni High Volume Air Sampler (HVAS) yang tersedia sebanyak empat unit di Jakarta untuk pengambilan sampel dan deteksi kadar PM2,5.
Alat lainnya yang juga dimiliki Kemenkes berupa Gas Chromotography Mass Spectrometry (GCMS) untuk identifikasi berat molekul senyawa polutan PM2,5.
Dua kebutuhan alat lainnya yang belum dimiliki Kemenkes adalah X-ray flouresence untuk mengidentifikasi bentuk molekul senyawa polutan PM2,5, serta fourier transform infra red untuk mengidentifikasi jenis ikatan kimia senyawa polutan PM2,5.
"Kami akan siapkan ini, apakah penyebabnya PLTU atau apa sih, supaya tidak saling menyalahkan. Karena dengan teknologi sederhana ini bisa," katanya.
Tiongkok menjadi negara terbaik di dunia dalam upaya penanggulangan polusi karena berhasil menurunkan 40 persen kadar polusi udara dalam kurun tujuh tahun.
"Contoh paling bagus di dunia itu China. Semua negara berusaha menurunkan ini (polusi udara), ada yang 20 tahun, 25 tahun, China berhasil menurunkan dalam 6 sampai 7 tahun," kata Budi
Ia menegaskan, hasil studi Kemenkes RI membuktikan bahwa China adalah negara tercepat dalam pengentasan polusi, yang bertepatan dengan Olimpiade Beijing 2022.
"China tidak ingin Olimpiade Beijing di-bully sama dunia internasional. Dia turunin itu (polusi)," katanya. (Asp)
Baca Juga:
Menkes Sebut Polusi Udara Jadi Faktor Risiko Kematian Tertinggi ke-5 di Indonesia
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Udara Jakarta Lebih Berbahaya 10 Kali Lipat dari Batas WHO pada Jumat (31/10), Ini Tips Bertahan Hidup dari Dinkes
                      Cemari Udara dan Air Hujan, Pemprov DKI Cari Landasan Berikan Sanksi Sosial Bagi Warga Pembakar Sampah
                      Picu Hujan Mikroplastik, Wajah Pelaku Bakar Sampah Bakal Dipajang di Medsos DLH Jakarta
                      Jangan Malas Bersih-Bersih! Debu di Rumah Penuh Mikroplastik Jahat yang Siap Mengundang Virus dan Penyakit
                      Udara Jakarta Tidak Sehat Pada Selasa (21/10) Pagi, Terburuk ke-6 Dunia
                      Kasus ISPA di Jakarta Terus Meroket, Kenali Gejala dan Penyebabnya
                      Hari Ini Kualitas Udara Serpong Terburuk di Indonesia, Jakarta Nomor 3
                      Hari Ini Udara Jakarta Peringkat Terburuk Dunia Versi IQAir, Data Pemprov Cuma Catat 2 Titik
                      Jakarta di Posisi 3 sebagai Kota dengan Udara Terburuk di Dunia Hari Ini
                      Sistem Baru Peringatan Dini Polusi Udara Jakarta Bisa Sarankan Langkah Mitigasi 3 Hari ke Depan