Meditasi Transendental Memberikan Manfaat Bagi Kesehatan Mental


Meditasi Transendental berevolusi dari teknik menemukan kedamaian batin. (freepik/freepik)
MEDITASI Transendental populer pada tahun 1960-an ketika The Beatles berangkat ke India untuk mempelajari budaya tradisional tersebut bersama Maharishi Mahesh Yogi. Seiring perjalanan waktu meditasi ini semakin berkembang dan memberikan manfaat bagi kesehatan.
Peneliti mengatakan meditasi ini dapat meningkatkan kualitas tidur dan menurunkan stres. Juga merupakan praktik sehat yang ampuh untuk semua orang, mulai dari anak remaja hingga veteran penderita gangguan stres pascatrauma.
Baca Juga:

Meditasi ini kemudian berevolusi dari sekedar teknik menemukan kedamaian batin yang diwariskan para mistikus selama berabad-abad—ini adalah bagian dari tradisi Veda yang sama yang mengembangkan yoga. Kemudian menjadi bagian dari kesehatan pelakunya.
Cara kerjanya seperti ini: dua kali sehari, selama 20 menit, kamu duduk dengan tenang, mata tertutup, dan melafalkan mantra dalam hati. Hal ini membuat pikiran tetap aktif sambil mengalihkan perhatiannya dari kebisingan eksternal sehingga kamu dapat sepenuhnya masuk ke dalam diri.
Ada kesalahpahaman bahwa mempraktikkan meditasi ini yang berarti belajar mengosongkan pikiran. Tapi kenyataannya justru sebaliknya, kata Norman Rosenthal, M.D., profesor klinis psikiatri di Georgetown University School of Medicine. Meditasi ini bekerja dengan asumsi bahwa pikiran acak datang dan pergi adalah hal yang normal dan pikiran seperti itu akan melepaskan ketegangan, jelasnya.
Sarana untuk mencapai hal ini adalah mantra. Mantra adalah suara getaran positif dan meneguhkan kehidupan yang dipilih oleh guru selama sesi pengajaran pertama.
“Penggunaan mantra memungkinkan pikiran tetap hidup tetapi tidak terarah,” kata kepala petugas medis di David Lynch Foundation Stuart Rothenberg, MD.
Lembaga nirlaba tersebut didirikan 18 tahun yang lalu oleh pencipta Twin Peaks untuk memperkenalkan meditasi ini kepada anak-anak sekolah di pusat kota, korban kekerasan dalam rumah tangga, dan populasi berisiko lainnya.
Meskipun beberapa jenis meditasi lainnya mungkin menggunakan kata yang bermakna secara pribadi sebagai fokus, dalam meditasi ini mantra bekerja justru karena tidak memiliki arti khusus bagi orang yang bermeditasi. “Jika ada, pikiran akan terjebak memikirkan hal itu dan tetap berada di permukaan; karena tidak, hal itu membuat pikiran dengan mudah tenggelam ke tingkat yang semakin hening,” jelas Rothenberg seperti diberitakan Prevention (7/10).
Baca Juga:

Manfaatnya menurut studi
Ratusan penelitian sejak tahun 1970an menunjukkan bahwa meditasi ini menurunkan detak jantung, laju pernapasan, dan tekanan darah. Tinjauan pada tahun 2017 menunjukkan bahwa olahraga teratur secara efektif juga menurunkan tekanan darah, seperti halnya diet penurunan berat badan dan olahraga. Manfaat yang kemudian membuat American Heart Association merekomendasikan meditasi ini.
Tinjauan sebelumnya menyimpulkan bahwa meditasi ini adalah pengobatan yang efektif untuk kecemasan.
“Bahkan pada orang yang melakukan meditasi yang relatif baru dengan kadar hormon stres kortisol yang tinggi, kami melihat kadarnya turun 10% hingga 15%,” kata Rothenberg.
Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa meditasi ini sangat efektif untuk mengobati mereka yang bekerja di lingkungan dengan stres tinggi. Studi tahun 2018 di The Lancet Psychiatry menunjukkan bahwa ini adalah pengobatan yang menjanjikan untuk mengurangi PTSD pada para veteran.
Penelitian lain fokus pada responden pertama. Percobaan selama tiga bulan yang melibatkan petugas kesehatan menunjukkan bahwa meditasi ini secara signifikan mengurangi stres kronis—terutama kelelahan.
“Petugas layanan kesehatan bisa mengalami kelelahan emosional hingga mereka berhenti memberikan perawatan, dan di situlah kami melihat peningkatan terbesar,” kata peneliti Sangeeta P. Joshi, M.D., spesialis perawatan kritis dan paru di Duke Health.
Hasil sekunder penelitian ini terbukti sama menariknya, peserta dalam kelompok praktik meditasi ini mencatat tingkat kecemasan yang jauh lebih rendah dan perbaikan pada insomnia.
“Salah satu hal yang menarik adalah bahwa intervensi ini bersifat non-farmakologis, dan setelah mempelajarinya, kamu dapat menarik manfaatnya,” demikian Sangeeta P. Joshi. (aru)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja

Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja

Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja

Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
