Manusia Purba Ternyata Juga Gemar Menindik Tubuh


Hasil temuan arkeolog di Boncuklu Tarla, Turkiye. (Foto: YouTube/MegalithomaniaUK)
MerahPutih.com - Siapa bilang tindikan hanya tren manusia hari ini saja? Sekelompok arkeolog baru-baru ini mempublikasikan temuan ornamen batu di sekitar mulut dan telinga kerangka manusia purba di situs permakaman berusia 11.000 tahun di tenggara Turkiye.
Para arkeolog berkesimpulan ornamen batu itu merupakan tindikan masa kuno. "Membuktikan bahwa manusia telah menindik tubuh mereka sejak zaman prasejarah dan memikirkan tentang citra diri," kata para arkeolog seperti dikutip reuters.com. (20/3).
Batu-batu kecil, tipis, dan runcing juga ditemukan di Mesopotamia, yang mencakup wilayah Turkiye dan Irak modern. Itu adalah tempat manusia purba menetap untuk bertani. Namun, untuk apa batu-batu tersebut digunakan, masih belum jelas betul hingga sekarang.
“Tidak satu batu pun yang pernah ditemukan di sekitar fosil di lokasi aslinya,” kata Emma Louise Baysal, profesor arkeologi di Universitas Ankara.
Baca juga:
Namun di situs Boncuklu Tarla, para arkeolog menemukan sejumlah batu kecil di kerangka. Letaknya tak jauh dari cuping telinga dan bibir.
Para ahli menyimpulkan untuk pertama kalinya bahwa batu tersebut pasti digunakan sebagai tindik.
Beberapa keausan pada gigi bawah tengkorak juga menunjukkan bahwa individu tersebut pernah memiliki tindik di bibir bawah saat masih hidup.
“Saya pikir ini menunjukkan bahwa kita mempunyai perhatian yang sama terhadap penampilan kita dan bahwa orang-orang ini juga berpikir keras tentang bagaimana mereka menampilkan diri mereka kepada dunia,” Emma.
Baca juga:
Ditemukan, Perhiasan Hidung Kuno di Reruntuhan Suku Maya Meksiko
Situs ini didirikan sekira 11.000 tahun yang lalu oleh sekelompok pemburu-pengumpul, yang secara bertahap menetap. Penggalian masih berlanjut di Boncuklu Tarla (Lapangan Manik).
Penggalian tersebut tidak hanya menunjukkan bagaimana masyarakat awal terbentuk, tetapi juga menyoroti kesamaan yang mencolok antara manusia modern dan masyarakat Neolitikum.
"Saat Anda mengenakan hiasan, terutama di wajah Anda, Anda tidak bisa melihatnya, orang lain bisa melihatnya. Dan Anda memproyeksikan sebuah gambar ke orang lain. Ini menunjukkan bahwa leluhur kita dan kita, dalam banyak hal, sangat mirip," tutup Emma. (dru)
Baca juga:
Eksis Sejak Abad ke-16, Kenali 5 Motif Batik Kuno Khas Indonesia
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Airbnb & SEVENTEEN Hadirkan Pengalaman Eksklusif di Seoul, LA, dan Tokyo, Bikin Pengalaman tak hanya Konser Biasa

Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman

PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas

Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan

Serba-serbi Gunung Tambora, Pesona Jantung Konservasi Alam Khas Indonesia Timur

Korea Utara Buka Resor Pantai Baru demi Cuan di Tengah Sanksi Ketat

Tidak Perlu Ribet Isi Berbagai Aplikasi Pulang Dari Luar Negeri, Tinggal Isi ALL Indonesia
