Mager Bisa Memicu Kanker

Muchammad YaniMuchammad Yani - Rabu, 27 Januari 2021
Mager Bisa Memicu Kanker

Males gerak bisa memicu kanker. (Foto: Pixabay/tookapic)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

KURANG gerak ternyata bisa memicu penyakit berbahaya yakni kanker kolorektal (KKR). Hal ini diutarakan oleh Konsultan Hematologi Onkologi Medik FKUI-RSCM, Dr. dr. Ikhwan Rinaldi pada virtual media briefing "Bagaimana Personalised Medicine dalam Kanker Kolorektal", Selasa (26/1).

Menurutnya, kanker membutuhkan waktu puluhan tahun hingga menjadi kronis. Sayangnya, kurang gerak atau biasa disebut mager pada usia muda menjadi salah satu kanker kolorektal. Aktivitas fisik rendah bisa memunculkan risiko (kanker kolorektal) meskipun kontribusinya tidak banyak," ujarnya seperti dilansir Antara.

Baca juga:

Cabai dapat Membunuh Sel Kanker

Para pakar merekomendasikan untuk berolahraga ringan selama 30 menit hampir setiap hari guna membantu kesehatan secara umum. Termasuk menurunkan risiko terserang berbagai jenis kanker seperti KKR.

Jangan kurang gerak kalau tak ingin terserang kanker. (Foto: Pixabay/PDPics)
Jangan kurang gerak kalau tak ingin terserang kanker. (Foto: Pixabay/PDPics)

Kebiasaan buruk lain yang mampu memicu KKR ialah mengonsumsi daging merah yang diolah berlebihan, kurang asupan makanan berserat, sering menyantap makanan pengawet dan merokok. Kelebihan berat badan juga menjadi faktor yang berkontribusi munculnya kanker kolokteral.

Baca juga:

Jangan Asal Diet, Kekurangan Karbohidrat Bisa Sebabkan Kanker

"Konsumsi daging merah berlebihan yang dibakar atau diolah dengan suhu tinggi, yang dimakan bisa bukan lagi daging tetapi sudah ada yang bersifat karsinogenik," tutur ikhwal.

Rokok bisa menjadi pemicu kanker kolosterol. (Foto: Pixabay/HansMartinPaul)
Rokok bisa menjadi pemicu kanker kolosterol. (Foto: Pixabay/HansMartinPaul)

Berdasarkan data Globocan 2012, insiden kanker kolokteral di Indonesia sebesar 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa, dengan mortalitas 9,5 persen dari seluruh kasus kanker.

Faktor penyebab kanker kolokteral sekitar 70 persen dipengaruhi gaya hidup seperti kebiasaan makan, konsumsi alkohol dan merokok. Sementara 25 persen karena faktor genetik dan 5 persen karena faktor keturunan, menurut International Agency for Research on Cancer WHO.

Kanter kolokteral sendiri terjadi pada bagian kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau rektum (area akhis usus besar sebelum anus). Ketika seorang terdiagnosis kanker kolokteral, maka makanan yang menjadi pemicu kanker tetap harus dihindari. (Yni)

Baca juga:

Apel, Buah yang Mencegah Kanker dan Diabetes

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Muchammad Yani

Lebih baik keliling Indonesia daripada keliling hati kamu

Berita Terkait

Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Bagikan