Laut Penuh Sampah, Produksi Oksigen Berkurang

Dwi AstariniDwi Astarini - Rabu, 20 November 2024
Laut Penuh Sampah, Produksi Oksigen Berkurang

Sampah di laut membuat produksi oksigen berkurang. (Foto: Pexels/Catherine Sheila)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MERAHPUTIH.COM - JUMLAH sampah laut yang terus meningkat akan menghambat proses produksi oksigen atau fotosintesis di laut. Sebagai akibtanya, produksi oksigen dari orgnanisme laut akan berkurang. Hal itu diungkap peneliti dari Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Handy Chandra.

“Jika ada marine debris (sampah laut), tidak akan terjadi fotosintesis karena sinar matahari tertutup oleh sampah-sampah plastik, artinya suplai oksigen ke manusia akan berkurang," kata Handy dalam diskusi daring, seperti dilansir ANTARA.

Ia mengungkapkan organisme laut seperti fitoplankton, mikroalga, dan lamun (sea grass) menjadi penyumbang 50 persen oksigen di bumi melalui proses fotosintesis. Organisme laut dapat melakukan fotosintesis hingga di kedalaman 50 meter. Itu merupakan batas jangkauan sinar matahari di kedalaman laut. "Terutama dinoflagellata, ini merupakan salah satu produsen oksigen paling banyak di laut dengan populasi yang melimpah dan ini sampai kedalaman 50 meter," jelasnya.

Namun, sampah kini kian mencemari laut dan terus bertambah. Sebanyak 80 persen sampah plastik yang tidak terkelola berasal dari Asia yang kemudian melewati aliran sungai hingga akhirnya menumpuk di lautan seluruh dunia. Ia menyebut dua sumber sampah laut yakni dari darat antara lain limbah aktivitas di permukiman, pertanian, industri, dan peternakan yang terbuang ke sungai, lalu terbawa hingga lautan lepas. Kedua yakni limbah dari aktivitas di atas air atau pinggir pantai, seperti pelayaran, pariwisata, industri minyak dan gas, serta sampah dari kota-kota pesisir.

Baca juga:

Peneliti Sebut Kemasan Guna Ulang Bantu Kurangi Sampah Plastik



Marine debris (sampah laut) ini akan merusak ekosistem perairan. Kalau ekosistem perairan rusak artinya jasa-jasa atau kontribusi ekosistem kepada manusia itu juga akan rusak, contohnya oksigen," kata dia.

Tidak hanya memengaruhi proses fotosintesis, menurut Handy, sampah laut juga dapat mengganggu suplai makanan makhluk hidup yang bergantung pada ekosistem laut serta memengaruhi siklus hidrologi dan perubahan iklim.

"Jika semua air di laut tertutup oleh sampah plastik, siklus hidrologi akan terganggu, penguapan akan terganggu, dan pasti iklim akan terganggu dan itu yang harus ditangani masyarakat dunia," tegasnya.(*)

Baca juga:

Mahasiswa ITB Ubah Sampah Plastik Menjadi Listrik

#Sains #Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Indonesia
Sarinah Jakarta E-Prix Sukses Kelola 21,4 Ton Sampah, Diubah Jadi Bahan Baku Baru dan Kompos
Capaian ini sejalan dengan semangat penyelenggaraan event yang mengedepankan keberlanjutan, efisiensi energi, dan penggunaan kendaraan berbasis listrik.
Dwi Astarini - Rabu, 23 Juli 2025
Sarinah Jakarta E-Prix Sukses Kelola 21,4 Ton Sampah, Diubah Jadi Bahan Baku Baru dan Kompos
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Dunia
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Stuart Semple klaim ciptakan warna cat baru hasil eksperimen ilmiah.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 26 April 2025
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Bagikan