Kritik Penguasa, Anak Wiji Thukul Riuhkan GBK dengan Puisi “Momok Hiyong”

Fajar Merah (kaus putih), anak dari penyair dan aktivis hak asasi manusia (HAM), Wiji Thukul. Foto: Istimewa
MerahPutih.com - Fajar Merah, anak dari penyair dan aktivis hak asasi manusia (HAM), Wiji Thukul membuat Panggung Rakyat bertajuk 'Bongkar' bergetar dan bergemuruh riuh.
Pasalnya, Fajar Merah dengan penuh semangat membacakan puisi ciptaan sang ayah berjudul 'Momok Hiyong'.
Baca Juga
Bunuh 4 Anak Kandungnya, Panca Darmansyah Terancam Hukuman Mati
Diketahui, puisi 'Momok Hiyong' karya Wiji Thukul berisi kritikan keras terhadap penguasa.
Awalnya, aktivis HAM Usman Hamid menyampaikan pengntar dalam pembukaan acara Panggung Rakyat yang diikuti puluhan seniman, budayawan, dan aktivis di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (9/12).
Setelah itu, Usman mengundang Fajar Merah naik ke atas panggung utama untuk membacakan puisi.
"Kita panggil, putra dari aktivis HAM Wiji Thukul, Fajar Merah. Dia akan membacakan puisi," ucap Usman.
Fajar yang tampak mengenakan kaus putih bergambar wajah Wiji Thukul, langsung naik ke atas panggung.
Baca Juga
Goenawan Muhammad hingga Mantan Pimpinan KPK akan Orasi di Konser Musik Bongkar
Dia kemudian langsung membacakan puisi berjudul 'Momok Hiyong'.
Momok hiyong si biang kerok,
Paling jago bikin ricuh,
Kalau situai keruh,
Jingkrakjingkrak ia.
Bikin kacau dia ahlinya,
Akalnya bulus siasatnya ular,
Kejamnya sebanding nero,
Sefasis hitler sefeodal raja kethoprak.
Luar biasa cerdasnya,
Di luar batas culasnya,
Demokrasi dijadikan bola mainan,
Hak asasi ditafsir semau gue.
Emas doyan hutan doyan,
Kursi doyan nyawa doyan,
Luar biasa,
Tanah air digadaikan.
Masa depan rakyat digelapkan,
Dijadikan jaminan hutan.
Momok hiyong momok hiyong,
Apakah ia abadi,
Dan tak bisa mati?
Momok hiyong momok hiyong,
Berapa ember lagi,
Darah yang ingin kau minum?
30 September 1996
Terlihat, Fajar Merah begitu bersemangat membacakan puisi tersebut dari atas panggung.
Ribuan penonton yang hadir di lokasi pun tampak begitu terpukau dengan puisi yang dibacakan Fajar tersebut. Mereka tak lupa merekam momen Fajar membacakan puisi dengan ponsel.
Selepas puisi ditutup oleh Fajar, ribuan penonton pun riuh bertepuk tangan meriah.
Usman pun berteriak untuk para korban pelanggaran HAM yang hilang, seperti Wiji Thukul dan para tokoh lainnya.
"Hidup korban, hidup rakyat," teriak Usman diikuti ribuan penonton.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan mendengarkan sejumlah lagu-lagu perjuangan seperti 'Kaisar Sambo' hingga perlawan terhadap kekuasaan yang korup. (Pon)
Baca Juga
Mahfud MD: Kami Peluru Tak Terkendali untuk Memberantas Korupsi
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Kecam Penangkapan Delpedro Marhaen, Amnesty International: Negara Seharusnya Dengarkan Tuntutan Rakyat

Polda Metro Jaya Duga Direktur Lokataru Jadi Dalang di Balik Aksi Anarkis Pelajar dan Anak-anak

Profil Delpedro Marhaen, Aktivis dan Direktur Lokataru Foundation yang Dijemput Paksa Polisi

Direktur Lokataru Foundation Ditangkap, Cederai Prinsip Demokrasi dan HAM?

Transfer Data Pribadi ke AS Diklaim Menteri Natalius Pigai Tidak Bertentangan Dengan Prinsip HAM

Prabowo Tugaskan Gibran Tangani Papua, termasuk Masalah HAM dan Keamanan

[HOAKS atau FAKTA]: Pengadilan Internasional Perintahkan Jokowi Ditangkap karena Melanggar HAM
![[HOAKS atau FAKTA]: Pengadilan Internasional Perintahkan Jokowi Ditangkap karena Melanggar HAM](https://img.merahputih.com/media/5c/46/4d/5c464d4c91c1d5c46ec3a073551df96a_182x135.jpeg)
DPR dan Kemen-HAM Satu Komando, Usut Pelanggaran HAM Berat Eksploitasi Pemain Sirkus OCI

Rencana Dedi Mulyadi Memasukkan ‘Siswa Nakal’ ke Barak Cederai Semangat Demokrasi dan Bertentangan dengan Nilai HAM

Amnesty International: HAM Bukan Jadi Landasan Utama Pelaksanaan PSN
