KPU tak Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, Pengamat: Berpotensi Langgar Undang-undang
KPU. (Foto: MP/Dicke Prasetia)
MerahPutih.com - Pengamat politik, Jerry Massie, mengkritik kebijakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang membatasi akses ijazah calon presiden dan wakil presiden ke publik.
Jerry menilai, kebijakan tersebut tidak hanya menutup ruang keterbukaan, tetapi juga berpotensi melanggar Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP).
“Itu sama saja menutup ruang pengawasan masyarakat,” kata Jerry kepada wartawan di Jakarta, Senin (15/9).
Jerry juga memperingatkan, bahwa langkah KPU berpotensi menodai demokrasi Indonesia.
Baca juga:
Istana Tidak Bakal Ikut Campur Soal Larangan Dokumen Capres Cawapres Dikunci KPU
“Kalau begini, kita seperti negara komunis, Korea Utara atau China, yang menutup akses informasi publik,” katanya.
Menurutnya, selama ini publik dapat dengan mudah mengakses data capres dan cawapres melalui situs resmi KPU tanpa menimbulkan persoalan.
Jadi, ia menilai rencana pembatasan informasi justru menimbulkan kecurigaan.
“Jangan-jangan ini untuk menutupi sesuatu. Misalnya, dugaan penggunaan ijazah palsu,” ujarnya.
Baca juga:
Ijazah Gibran Digugat Rp 125 Triliun, Jokowi: Nanti Sampai Kelulusan Jan Ethes Ikut Dipermasalahkan
Ia menegaskan, aturan KPU tidak boleh melampaui ketentuan undang-undang. Sebab, aturan Mahkamah Konstitusi (MK) saja bisa dikritik, apalagi aturan KPU.
“Saya yakin kebijakan ini akan digugat,” tambahnya.
Diketahui, ada beberapa dokumen capres-cawapres yang tidak bisa dibuka ke publik tanpa persetujuan, termasuk ijazah.
Baca juga:
Hal tersebut tertuang dalam Keputusan KPU RI Nomor 731 Tahun 2025 tentang Penetapan Dokumen Persyaratan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden sebagai Informasi Publik yang Dikecualikan KPU, yang dikutip Senin (15/9).
"Informasi publik sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua dikecualikan selama jangka waktu lima tahun, kecuali: a. pihak yang rahasianya diungkap memberikan persetujuan tertulis, dan/atau; b. pengungkapan berkaitan dengan posisi seseorang dalam jabatan-jabatan publik," tulis Ketua KPU, Affifudin. (knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Publik Figur Dinilai Hiasi Bencana Sumatra dengan Narasi Menyesatkan, Pengamat: Hanya Memperpanjang Penderitaan Korban
Pemerintah Harus Bayar Utang Whoosh Rp 1,2 Triliun per Tahun, Pengamat Sebut Bisa Jadi Bom Waktu
Prabowo Ikut Musnahkan Barang Bukti Narkoba, Pengamat: Bandar Mulai Ketar-ketir
Ketua Komisi II DPR Kritik KPU: Kalau Bisa Pakai Pesawat Biasa, Kenapa Harus Private Jet?
KPK Pelajari Putusan DKPP Usut Pengadaan Pesawat Jet Pribadi KPU RI
Akun Medsos yang Hina Bahlil Dilaporkan ke Polisi, Direktur P3S: Sangat Tidak Etis
KPU Sewa Jet Pribadi Rp 90 M Saat Pemilu 2024, Komisi II DPR RI Naik Pitam dan Ancam Bongkar Semua Rincian Penggunaan APBN
Pengamat Beri Nilai 6 untuk Setahun Kinerja Prabowo-Gibran, Sebut Tata Kelola Pemerintahan Semrawut
KPU DKI Sebut Kursi DPRD Bisa Berkurang Jadi 100, Imbas UU DKJ Baru
Bertemu ‘Empat Mata’, Pengamat Menduga Jokowi Kecewa karena Tak ‘Deal’ Politik dengan Prabowo