Kota-Kota Dunia yang Berhasil Melawan Banjir


Jakarta jadi langganan banjir ketika musim hujan (Foto: bbc uk)
BENCANA alam terjadi hampir di seluruh belahan dunia tanpa terkecuali. Berbagai macam jenisnya, mulai dari gempa bumi, gunung meletus, tsunami, badai, banjir dan sebagainya. Fenomena ini sepertinya sudah menjadi sebuah takdir yang harus dialami umat manusia. Kerusakan alam yang terjadi dimana-mana, dipercaya sebagai akibat dari ulah manusia yang terlalu rakus mencari keuntungannya sendiri.
Indonesia sendiri dikenal sebagai negara yang sering terjadi bancana alam. Berbagai macam bencana alam sering dialami bangsa ini. Sebut saja banjir, yang selalu jadi langganan di Indonesia. Sejarah panjang membuktikan bahwa banjir sudah dimulai dari tahun 1600-an, khususnya di kota Jakarta.
Baca juga:
Rajin Cuci Tangan untuk Terhindar dari Pilek saat Musim Hujan dan Banjir
Segala macam usaha untuk mengurangi resiko terjadinya banjir sudah dilakukan dari dulu sampai sekarang. Namun kenyataannya, banjir masih saja melanda Jakarta. Bukti terbaru, banjir parah terjadi saat menyambut datangnya tahun baru 2020. Banjir kemarin mengakibatkan puluhan nyawa orang melayang dan kerugian materiil yang tidak sedikit.
Jika diteliti lebih jauh, sebenarnya ada beberapa kota di dunia yang lebih beresiko mengalami musibah banjir daripada kota Jakarta. Letak geografis, lansekap, maupun keadaan alam yang sangat ekstrim, banjir selalu menghantui mereka setiap saat. Namun terlepas itu, ternyata kota-kota tersebut dapat melakukan pencegahan bencana banjir dengan baik. Kesadaran menjaga lingkungan, peran pemerintah dan masyarkat menjadi modal utama mereka agar bebas dari bencana banjir mengerikan.
Berikut beberapa contoh kota-kota di dunia yang berhasil mengamankan dirinya dari ancaman bencana banjir yang dapat memusnahkan seluruh isi kota.
Venesia, Italia

Venesia terkenal dengan beberapa julukan, seperti City of Bridges dan City of Water. Letak kota Venesia dikelilingi oleh air dan kanal. Konon, kota ini sengaja dibangun di atas laguna karena dulunya tidak sanggup menampung seluruh penduduk.
Venesia terletak di tengah-tengah laguna di ujung barat laut Laut Adriatik, menghubungkan sebanyak 118 pulau. Saat musim gugur, air dari kanal akan mengalir naik dan sering berakibat terjadinya banjir. Kota Venesia yang letaknya di atas air membuat pemerintah gencar mengantisipasi agar tidak memakan korban.
Beberapa bulan yang lalu, banjir parah melanda Venesia. Merupakan banjir terbesar sejak lima puluh tahun terakhir. Banjir dengan ketinggian sampai 180 sentimeter menggenangi beberapa lokasi.
Baca juga:
Amsterdam, Belanda

Lebih dari 50% wilayah Belanda berada di bawah permukaan laut. Pemerintah Belanda mulai merencanakan pembangunan dam (bendungan) sejak abad ke-10. Pembangunan difokuskan di beberapa titik sesuai kondisi topografinya untuk menahan masuknya air laut ke daratan.
Amsterdam yang dikenal dengan julukan Kota Seribu Kanal, letaknya berdiri di bawah permukaan air laut. Sistem pengaturan air laut sangat krusial di negeri kincir angin ini. Seperempat bagian dari permukaan kota ini merupakan kanal dan saluran air yang panjangnya lebih dari 100 km, 90 pulau, dan 1.500 jembatan.
Pembuatan kanal pertama berfungsi untuk pengaturan dan pertahanan air. Seiring perluasan kota-kota di abad pertengahan, kanal-kanal ini kemudian dijadikan sarana transportasi, sedangkan sekarang banyak dijadikan sebagai tempat berliburnya para wisatawan.
Di Belanda, kanal-kanal ini disebut grachtengordel atau canal belt. Berbentuk setengah lingkaran dan sebagian besar merupakan permukiman penduduk.
Rotterdam, Belanda

Selain kota Amsterdam, di Belanda juga terdapat kota yang beresiko tersapu banjir parah. Kota Rotterdam, berada di titik terendah di wilayah Belanda dan terletak di sebelah timur pusat Kota Rotterdam.
Letaknya mencapai sekitar 7 cm di bawah laut dan dilindungi tanggul untuk menghadang naiknya air ke daratan. Hal ini menjadikan Kota Rotterdam sangat sensitif terhadap badai, banjir, dan kenaikan air laut (banjir rob). Salah satu titik paling sensitif yaitu di timur laut Rotterdam. Berada enam meter di bawah permukaan laut adalah Prins Alexander Polder.
Pada akhir tahun 1990, pemerintah kota membangun Maeslantkering untuk melindungi kota dari kenaikan permukaan air laut dan banjir. Maeslantkering adalah dua gerbang besar yang bisa dibuka tutup dengan total panjangnya enam meter dan ukurannya sebesar Menara Eifel. Ini merupakan salah satu rekor sturuktur bergerak terbesar di Bumi. (lgi)
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Korban Tewas Banjir di Bali Capai 16 Orang, Terbanyak di Kota Denpasar

Korban Tewas dan Hilang Banjir Bali Terus Bertambah, Denpasar Jadi Wilayah Paling Banyak

15 Korban Meninggal Akibat Banjir Bali Ditemukan, Gubernur Fokus Pembersihan

Banjir Bali Disebabkan Kerusakan Lingkungan, AHY Khawatirkan Sektor Pariwisata Jadi Terganggu

Drainase Diduga Jadi Penyebab Banjir di Bali, DPR: Jika Dibiarkan Bisa Rugikan Masyarakat

Ekskavator Dikerahkan, Kementerian PU Gerak Cepat Bersihkan Sampah Banjir Bali dari Badung hingga Denpasar

Bali Dilanda Banjir, Denpasar Terparah: 5 Korban Meninggal, 2 Orang Hilang Masih dalam Pencarian

Pasutri dalam Sigra Terseret Banjir Bali: Istri Meninggal, Mobil Belum Ditemukan

Fenomena Gelombang Rossby, Pemicu Hujan Ekstrem dan Banjir di Bali

Hujan Deras Picu Banjir di Bali: Denpasar, Gianyar, Tabanan, hingga Jembrana Terendam
