Konsumsi Lemak Berlebih Dapat Memperparah Gejala COVID-19


Lemak berlebih bisa memperparah gejala COVID-19 (Foto: pixabay/tumisu)
MENURUT Dokter Spesialis Gizi dari PPSI Ilmu Gizi Klinik Universitas Indonesia, dr. Juwalita Surapsari, asupan lemak khususnya yang bersifat jenuh secara berlebihan, dapat memperparah gejala COVID-19.
Pada sebuah webinar bertajuk 'Bahaya Salah Asupan Saat Pandemi dan Isoman', dr. Juwalita memaparkan soal bahaya asupan lemak berlebihan.
Baca Juga:
"Konsumsi banyak lemak terutama lemak jenuh akan bisa menyebabkan kondisi peradangan lebih berat, akhirnya yang mungkin keluhannya ringan tetapi karena konsumsi yang salah, bisa menjadi lebih berat gejalanya," ujar dr. Juwalita seperti yang dikutip dari laman Antara.

Lebih lanjut dr. Juwalita menjelaskan, bahwa asupan tinggi lemak memengaruhi reseptor tempat melekatnya virus SARS-CoV-2 atau ACE-2, hingga membuat nya lebih mudah untuk dimasuki virus.
Salah satu jenis lemak tersebut yakni yang sifatnya jenuh, karena bisa meningkatkan pengeluaran mediator yang sifatnya inflamasi dari sel imun. Jadi, apabila inflamasi terjadi semakin berat, maka dapat memperparah gejala COVID-19 pasien.
Baca Juga:
Sementara itu, diet tinggi lemak pun bisa memengaruhi kondisi bakteri baik pada usus. Hal itu bisa mengakibatkan terjadinya peradangan menyeluruh, yang dapat menurunkan sistem imun tubuh.
"Mikrobiota di dalam tubuh ini punya manfaat luar biasa, tidak hanya menjaga kesehatan saluran cerna, tapi juga berdampak pada sistem imunitas tubuh karena membantu mengaktivasi sel-sel imun tubuh, meskipun kelihatannya hanya di usus," ujar dr. Juwalita.
Sedikit informasi, lemak merupakan salah satu komponen yang perlu seseorang batasi, apabila ingin meraih kondisi tubuh yang sehat, termasuk respon imun yang baik.
Karena itu, Kementerian Kesehatan mengajurkan, konsumsi lemak 20-25 persen dari total energi (702 kkal) atau setara dengan 5 sendok makan per orang dalam setiap harinya (67 gram).
Mengingat bahaya asupan lemak berlebih, ada pola makan yang dianjurkan untuk para pasien COVID-19, termasuk yang tengah menjalami isolasi mandiri.

Dokter Juwalita menyarankan pasien COVID-19 untuk diet bergizi seimbang, seperti anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Yaitu dengan mengonsumsi makanan segar dan minim olahan.
Hal tersebut agar pasien bisa mendapatkan berbagai nutrisi yang dibutuhkan, seperti halnya vitamin, mineral, serat makanan, protein, dan antioksidan untuk pemulihan yang lebih baik dan cepat.
Untuk karbohidrat bisa didapat dari beras merah, beras cokelat dan umbi-umbian. Sementara protein bisa diraih dari seafood, ayam tanpa kulit, daging sapi, dan kacang-kacangan. Kemudian pasien COVID-19 juga membutuhkan magnesium, selenium, dan mikronutrien untuk dapat menyempurnakan diet sehat. (Ryn)
Baca Juga:
Pentingnya Keluarga Sebagai Pondasi Utama di Masa Pandemi COVID-19
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
