Kenali Pemicu Keinginan Makan yang Asin-Asin


Keinginan melahap makanan asin berhubungan dengan lingkungan atau gaya hidup. (Foto: freepik/azerbaijan_stocker)
KAMU pasti sering mendengar tentang bahaya mengonsumsi terlalu banyak gula, tetapi tidak demikian dengan garam. Padahal banyak orang yang sering kepingin makanan asin. Lalu apakah itu mengganggu kesehatan, dan apa yang dapat kamu lakukan?
Sebagian besar penjelasan keinginan melahap makanan asin berhubungan dengan lingkungan atau gaya hidup. Jadi jika kamu merasa tidak bisa mengendalikan diri di sekitar makanan asin, ketahuilah bahwa kamu dapat melakukan sesuatu untuk mengatasinya.
Baca juga:
Saat kelelahan dan stres, kondisi itu dapat secara nyata memengaruhi nafsu makan. Keduanya membuat kamu mendambakan comfort food karena pengaruhnya terhadap kadar hormon dalam tubuh.
Bagi sebagian orang, stres membungkam sinyal rasa lapar. Sementara bagi yang lain stres memperkuatnya. Jika kamu tergolong orang yang membutuhkan camilan atau makanan gurih saat kelelahan, kamu mungkin termasuk kelompok yang nafsu makannya meningkat karena stres.
"Lain kali, ketika kamu merasa menginginkan makanan yang asin-asin, periksa tingkat stres secara keseluruhan. Stres dapat memengaruhi kelenjar adrenal Anda dan kemampuannya untuk mengatur natrium. Ini sering dapat menyebabkan peningkatan keinginan untuk garam," kata Elysia Cartlidge, MAN, RD, ahli diet terdaftar di Ontario, Kanada.
Kekurangan natrium

Selain lelah dan stres, keinginan makan makanan asin juga dapat berarti tubuh mengirimkan sinyal kurangnya asupan natrium. Oleh karena itulah, meskipun olahraga teratur sangat bagus untuk kesehatan, kebiasaan ini mungkin juga berkontribusi pada keinginan akan makanan asin.
Peningkatan keringat dari olahraga membuatmu kehilangan natrium. Natrium adalah elektrolit, yang keluar dari tubuh saat berkeringat, Itulah mengapa minuman berenergi mengandung elektrolit.
"Jika kamu telah berolahraga dan berkeringat berlebihan, peningkatan jumlah keringat dapat mengakibatkan hilangnya natrium dari tubuh. Ini menyebabkan tubuh mendambakan lebih banyak garam untuk menggantikan natrium yang hilang," kata Cartlidge seperti diberitakan Real Simple.
Hal itu bukan berarti kamu harus mengurangi olahraga, kecuali kamu benar-benar terlalu memaksakan diri saat melakukannya. Namun, kamu dapat memilih sumber natrium dengan lebih hati-hati, dan ingatlah untuk tetap terhidrasi, tidak hanya setelah berolahraga tetapi sepanjang hari.
Minum minuman elektrolit setelah berkeringat dapat membantu memenuhi pengisian elektrolit dan hidrasi. Namun, ingat bahwa meminum minuman berenergi sepanjang waktu bukanlah cara paling sehat untuk menyeimbangkan elektrolit. Sumber elektrolit terbaik adalah makan makanan seimbang, seperti buah-buahan dan sayuran.
Baca juga:
Pengaruh kondisi lain

Banyak kemungkinan alasan mengapa kamu sering menginginkan makanan asin dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang dikendalikan. Namun, ada beberapa contoh di mana keinginan menyantap makanan asin tidak dalam kendalimu. Cartlidge mengatakan, kondisi kesehatan seperti penyakit Addison dan sindrom pramenstruasi (PMS) adalah penyebab potensial.
"Penyakit Addison adalah kondisi langka yang terjadi ketika kelenjar adrenal rusak dan tidak dapat membuat cukup hormon kortisol dan terkadang aldosteron," jelasnya.
Hormon-hormon ini berperan dalam menyeimbangkan kadar cairan dan natrium dalam tubuh. Jika tubuh tidak menahan garam, hal itu dapat menyebabkan peningkatan keinginan untuk makan makanan asin dan camilan.
Siklus menstruasi juga bisa menjadi faktor. Ini karena fluktuasi hormonal memperkuat isyarat lapar dan keinginan untuk menyantap makanan yang membuat kamu merasa nyaman.
Jika kamu merasa mengidam garam yang tak terpuaskan mungkin disebabkan oleh kondisi kesehatan yang mendasarinya, hubungi dokter. Mungkin ada cara untuk mengelola kesehatan dan secara bersamaan menenangkan keinginan akan makanan asin-asin.
Jangan terlalu membatasi diri

Jika kamu telah mencoba mengurangi garam tapi gagal terus. Mungkin kamu telah menerapkan beberapa aturan yang terlalu ketat pada diri sendiri. Menghilangkan semua garam tambahan dalam makanan tampak logis secara teori. Tapi terlalu banyak aturan dan pembatasan dapat memiliki efek sebaliknya.
"Dari sudut pandang psikologis, pembatasan yang disengaja terhadap makanan yang pernah kamu nikmati mengarah ke fiksasi berlebihan, dan tiba-tiba makanan itu menjadi satu-satunya yang kamu pikirkan," kata ahli gizi dan nutrisi terdaftar Jamie Lee McIntyre di Connecticut, AS.
"Ketika kita mencoba memaksakan diri ke dalam aturan kaku tentang tidak ada makanan asin, itu menjadi topik utama dari pemikiran makanan kita, membuat kamu akhirnya mencarinya, dan ini sering mengarah pada tindakan konsumsi berlebihan," dia mengingatkan.
Jadi, tetapkan tujuan yang realistis. Jika kamu menetapkan tujuan yang tidak realistis, kamu mungkin merasa kecil hati jika tidak mencapainya. Mulailah perlahan dan secara bertahap kurangi asupan garam alih-alih menghentikannya sekaligus. (aru)
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
