Kemlu Sebut 13 WNI di Ukraina Belum Dievakuasi


Tangkapan layar Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pengarahan pers yang dipantau dari Jakarta, Selasa (1/3/2022). (ANTARA/Aria Cindyara)
MerahPutih.com - Pemerintah masih kesulitan mengevakuasi sejumlah warga negara Indonesia di tengah titik perang antara Rusia dengan Ukraina.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menjelaskan, masih ada 13 warga negara Indonesia (WNI) yang belum dievakuasi. Rinciannya, empat WNI di Kharkiv dan sembilan WNI di Chernihiv.
Baca Juga
"Mereka belum dapat dievakuasi mengingat pertempuran darat masih terus terjadi," ujar Retno dalam keterangannya, Rabu (2/3).
Retno menyampaikan KBRI Kiev serta KBRI Moskow terus menjalin kontak dengan mereka. Dia memastikan, 13 WNI tersebut kondisinya sehat dan mempunyai pasokan logistik yang mencukupi.
"Pemerintah, masih menunggu saat yang tepat untuk mengevakuasi mereka," jelas Retno.
Selain itu, dia juga menyampaikan ada 24 WNI yang memutuskan tetap berada di Ukraina. Hal tersebut karena alasan keluarga, mengingat para WNI tersebut menikah dengan Warga Negara Ukraina.
Dia turut memaparkan, sudah ada 99 WNI serta lima WNA anggota keluarga mereka yang sudah keluar dari Ukraina, termasuk lima WNI yang melakukan evakuasi mandiri. Mereka saat ini berada di Bucharest, Rumania dan di Rzeszow, Polandia.
"Langkah selanjutnya yaitu mengambil jalur udara, untuk mengambil para WNI kita yang berada di dua titik, yaitu 1 titik di Rumania dan 1 titik di Polandia. Saat ini sedang terus dimatangkan," tutur Retno.
Baca Juga
Indonesia Tidak Tutup Pintu Berwisata Bagi Warga Rusia dan Ukraina
Dia menjelaskan, setelah para WNI dalam keadaan aman di kedua negara tersebut, pemerintah selanjutnya akan menjemput mereka supaya dapat kembali ke Indonesia menggunakan pesawat.
"Saat ini sedang terus dimatangkan. Jadi sekali lagi, setelah para WNI aman di dua titik tersebut, maka langkah selanjutnya adalah penjemputan dengan pesawat untuk kembali ke Indonesia,"kata Retno.
Retno meminta masyarakat melihat situasi yang berkembang di Ukraina ini secara jernih. Menurut dia, Ukraina dan Rusia adalah sahabat dekat Indonesia.
"Indonesia ingin membangun persahabatan yang lebih kuat dengan kedua negara tersebut," ungkapnya.
Ia sendiri sudah melakukan pembicaraan per telepon dengan Menlu Ukraina dan Menlu Rusia.
"Konstitusi Indonesia memandatkan agar Indonesia ikut menjaga perdamaian dunia. Perdamaian tidak dapat terwujud jika terjadi perang," jelas Retno.
Ia juga menyebut, politik luar negeri Indonesia selalu konsisten. Yakni berpegang pada penerapan hukum internasional dan piagam PBB. Termasuk masalah penghormatan integritas wilayah dan penghormatan terhadap kedaulatan. Prinsip ini harus dihormati oleh semua negara.
"Prinsip ini dijunjung tinggi oleh Indonesia," jelas Retno.
Saat ini, selain menekankan prinsip tersebut, hal utama yang harus menjadi perhatian Indonesia adalah de-eskalasi dan masalah kemanusiaan. De-eskalasi harus dilakukan.
"Sekali lagi, ini sejalan dengan apa yang tertera di dalam konstitusi kita untuk perdamaian," imbuh dia.
Retno berharap, pembicaraan antara Ukraina dan Rusia dapat membuahkan hasil yang baik.
"Selain itu, saving human life menjadi prioritas. Safe passage menjadi kebutuhan utama dan harus dijamin," harap Retno. (Knu)
Baca Juga
Mengenal Pasukan Chechnya yang Mendukung Invasi Rusia ke Ukraina
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Mikrofon Bocor, Xi Jinping dan Vladimir Putin Terekam Ngobrolin Transplantasi Organ dan Kehidupan Abadi

Bertemu di Beijing, Rusia dan Korut Bakal Tingkatkan Hubungan Bilateral Bikin Program Jangka Panjang

Ketemu Kim Jong-un di China, Putin Berterima Kasih karena Prajurit Korea Utara Bertempur di Ukraina

Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat

China Pamer Kekuatan Militer dalam Parade Peringatan 80 Tahun Berakhirnya Perang Dunia II

Komentari Eks Marinir Jadi Tentara Bayaran, Dubes Rusia Sebut Pihaknya tak Lakukan Rekrutmen

Eks Marinir Satria Kumbara Bukan Direkrut, Rusia Tegaskan Konsekuensi Tanggung Sendiri

Pertama Kali dalam 500 Tahun Gunung Berapi Rusia Meletus, Ahli Sebut Terkait dengan Gempa Besar

Otoritas Kamchatka Umumkan Pencabutan Peringatan Tsunami

Peringatan Tsunami Terdengar, Pekerja Pembangkit Fukushima Jepang Segera Dievakuasi
