Kelola Emosi Agar Tak Larut dengan Kekalahan
Siasat mengatasi kekecewaan akibat kekalahan, termasuk kekecewaan karena kekalahan jagoan dalam pemilu. (Foto: Pexels/Pixabay)
MerahPutih.com - Mahkamah Konstitusi telah mengeluarkan putusan terkait Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024. MK menolak seluruh gugatan dari calon nomor urut 1 dan 3. Dengan begitu, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka tetap menjadi Presiden dan Wakil Presiden terpilih.
Seiring itu, psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Nirmala Ika Kusumaningrum membagikan siasat mengatasi kekecewaan akibat kekalahan, termasuk kekecewaan karena kekalahan jagoan dalam pemilu.
Nirmala menyatakan bahwa wajar bila orang kecewa karena harapannya tidak menjadi kenyataan, tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tidak sampai menimbulkan stres yang mengganggu hidupnya.
Baca juga:
Pengmas UI: Permainan Tradisional Tingkatkan Kecerdasan Emosional
"Bukan berarti enggak boleh stres, ada stres yang bagus untuk diri kita. Paslon kalah, oke dia stres, tapi masih level stres yang baik, malah jadi memotivasi itu bagus stresnya, karena manusia butuh stres untuk menggerakkan diri," kata Nirmala seperti dikutip Antara (24/4).
"Kan sudah kalah, tapi kan tujuannya ingin paslonnya diganti karena kita ingin Indonesia lebih baik, ya sudah berarti sekarang gimana caranya kita tetap fokus mewujudkan Indonesia lebih baik. Jadi, lebih fokus pada hal-hal utamanya dulu," lanjut Nirmala.
Nirmala menyarankan pendukung calon presiden dan wakil presiden yang kalah dalam pemilihan umum tahun 2024 bisa fokus melakukan langkah baru untuk berkontribusi dalam upaya memajukan Indonesia.
Baca juga:
Menurut Nirmala, orang harus bisa mengatur perasaan dan mengelola emosi agar tak larut dengan kekalahan. Upaya mengelola emosi, bisa dilakukan dengan berusaha tetap realistis saat menetapkan harapan berkenaan dengan sesuatu yang disukai atau didukung.
"Supaya enggak kecewa kita perlu me-manage harapan dengan realita kita. Misalnya paslon lain menang, tapi kita juga harus melihat kenyataan gimana, kalaupun berharap boleh, tapi jangan tinggi banget," kata psikolog yang berpraktik di Rumah Sakit Pluit Jakarta itu.
Orang bisa melatih dirinya mengelola emosi dengan mengenali kemampuan diri dan tidak terlalu tinggi dalam menaruh ekspektasi. (*)
Baca juga:
Kondisi Emosional Berubah saat Hamil Wajar, Jangan Sampai Stres
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
2 Juta Anak Alami Gangguan Kesehatan Mental, Kemenkes Buka Layanan healing 119.id Cegah Potensi Bunuh Diri
Hasil Cek Kesehatan Gratis: 2 Juta Anak Indonesia Alami Gangguan Kesehatan Mental
Ibu Negara Prancis Brigitte Macron Disebut Kena Gangguan Kecemasan karena Dituduh sebagai Laki-Laki
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui