Kampanye Kesehatan Mental Hadir di Sarinah


Kesehatan mental penting untuk dibenahi. (Foto: Unsplash/Marcel Straub)
KALAU 12 November 2022 nanti kamu ada waktu luang, coba datang ke Multifunction Hall Gedung Sarinah Thamrin, Jakarta, untuk menghadiri diskusi seputar kesehatan mental. Kampanye ini diinisiasi oleh Dailybox dan Positive Vibes.
Dilansir Antara, Senin (7/11), pengunjung dan para pelanggan Dailybox dapat mengikuti tes gratis untuk mengetahui seberapa sehatkah dirinya secara mental. Selain tes kesehatan mental, kampanye bertajuk "Selalu Ada Rasa di Setiap Kata" ini akan diisi dengan pameran instalasi seni, konseling kejiwaan gratis, lokakarya, dan diskusi.
Beberapa psikolog dan tokoh publik akan turut hadir. Antara lain advokat kesehatan mental, Jerren Lim, dan psikiater, Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ.
Baca juga:
Lihat postingan ini di Instagram
Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional dan lebih dari 12 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami depresi. Sistem Registrasi Sampel yang dilaklukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di 2016, diperoleh data bunuh diri per tahun sebanyak 1.800 orang.
Itu berarti setiap hari ada lima orang melakukan bunuh diri 47,7 persen, korban bunuh diri berusia 10-39 tahun, yang merupakan rentang usia anak remaja dan usia produktif.
Inilah yang mendorong Dailybox dan Positive Vibes untuk berkolaborasi membuka ruang diskusi kesehatan mental dengan pakar ahli. Head of Brand Marketing Dailybox Group Helen Anggakusuma mengatakan, masalah kesehatan mental di Indonesia menjadi hal yang serius untuk dibenahi.
Baca juga:
Orang Fitness Sebermula Sehat Fisik, Naik Kelas Kini Jaga Kesehatan Mental

Konsumen yang membeli satu porsi Dailybox pada 1-11 November 2022 akan mendapatkan voucher untuk mengikuti tes kesehatan mental secara cuma-cuma. Tiga orang beruntung akan dapat memenangkan konsultasi gratis dengan psikolog.
Psikolog dan pakar kesehatan mental, Hoshael Waluyo Erlan, mengatakan, berkat edukasi yang berkelanjutan dan influencer yang menggaungkan, remaja zaman sekarang jadi lebih aktif untuk menganalisa kesehatan mentalnya. Sayangnya, inisiatif ini kadang berujung pada self-diagnosis.
"Masih ada rasa tabu untuk membicarakan gangguan mental yang dirasakan ke ahlinya. Padahal, diagnosa wajib ditegakkan oleh ahlinya karena sembarangan self-diagnosis dapat mencetuskan keputusan yang keliru," ungkap Hoshael yang juga bekerja sama dengan Positive Vibes. (and)
Baca juga:
Kesadaran Akan Kesehatan Mental Picu Hadirnya Tren Staycation
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja

Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja

Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja

Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
