Kesadaran Akan Kesehatan Mental Picu Hadirnya Tren Staycation


Tren Staycation dan Workcation didorong oleh kesadaran kesehatan mental (Foto: pixabay/ageglobalgroup)
PADA masa pandemi COVID-19, tren staycation dan workcation terus meningkat. Dipriediksi pada tahun 2022 ini staycation dan workcation masih akan menjadi tren liburan.
Mengenai tren tersebut, Chief Marketing Officer Traveloka Shirley Lesmana mengatakan bahwa Staycation dan Workcation didorong oleh kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan mental di tengah berbagai keterbatasan.
Baca Juga:

"Ternyata ini merupakan salah satu tren yang berkembang karena kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental cukup tinggi," jelas Shirley, seperti yang dikutip dari laman Antara.
Staycation merupakan pilihan untuk melepas penat di tengah sedikitnya kesempatan untuk berlibur ke tempat yang jauh, untuk meminimalkan risiko penyebaran virus.
Staycation juga dianggap masyarakat sebagai cara untuk sekadar menenangkan diri dan menyegarkan pikiran, yang merupakan kebutuhan di tengah hidup penuh aktivitas.
Dibandingkan dengan sebelum pandemi COVID-19, pencarian tentang staycation pada mesin pencari kini naik 10 kali lipat.
Selain staycation, tren yang yang diprediksi masih akan diminati pada 2022 yakni workcation. Ini merupakan gabungan kata dari 'work' dan 'vacation', atau bekerja di tempat liburan. Gaya hidup tersebut didorong dari sejumlah perusahaan yang menerapkan kebijakan pekerjaan yang lebih fleksibel, yakni tak mengharuskan karyawannya untuk datang ke kantor.
Baca Juga:
Movement #Pelarian Ajak Kaum Muda Jangan Tunda Kenali Isu Kesehatan Mental
Pekerjaan diperbolehkan dilakukan dari mana saja, asalkan tugas-tugas terselesaikan. Kebijakan seperti itu pun semakin banyak dipraktikkan sejumlah perusahaan ketika pandemi melanda Tanah Air.
"Ini direspons pengguna untuk kerja di tempat lain, seperti di Bali, Bandung atau Puncak, yang diperlukan hanyalah koneksi internet yang baik dan workcation yang nyaman," ujar Shirley.

Tingginya kebutuhan konsumen mencari tempat staycation dan workcation yang nyaman, membuahkan Holiday Stays di Traveloka pada kuartal 4 tahun 2021. Pengguna dapat mencari akomodasi selain hotel, mulai dari resort, vila hingga glamping.
Selain Indonesia, tren staycation juga terlihat di Singapura. "Sebelum pandemi, dominasi perjalanan ke luar negeri. Saat pandemi yang populer staycation. Tahun lalu staycation jadi primadona saat orang butuh refreshing," ucap Shirley.
Tempat-tempat populer yang paling dicari oleh pengguna di Asia Tenggara, yakni destinasi berbasis alam, seperti halnya gunung atau pantai. Sebab, masyarakat ingin mencari hiburan setelah 'terkurung' melakukan semua aktivitas di rumah saja. (ryn)
Baca Juga:
Stigma Negatif dan Mitos Jadi Penghambat Penanganan Kesehatan Mental
Bagikan
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Airbnb & SEVENTEEN Hadirkan Pengalaman Eksklusif di Seoul, LA, dan Tokyo, Bikin Pengalaman tak hanya Konser Biasa

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Selamatkan Putrinya yang Jatuh ke Laut, Seorang Ayah Melompat dari Kapal Pesiar Disney Dream

Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja

Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
