Jalan Lebih Cepat dengan 'Sepatu Bot Iron Man' Berteknologi AI


Sepatu bot ini menggunakan kecerdasan buatan untuk memberikan dorongan yang tepat untuk pemakainya. (Foto: YouTube/Stanford)
TAHU Film Iron Man, kan? Pasti tahu dong. Hari gini enggak tahu film Iron Man berasa hidup di gua. Iron Man, tokoh superhero dalam Marvel ini, sering beraksi menggunakan sepatu bot berkekuatan super. Nah, bagaimana kalau sepatu berkekuatan super itu betulan diwujudkan dalam dunia nyata?
Insinyur Stanford telah mengembangkan sepatu bot robot yang dapat membantumu berjalan lebih cepat dengan sedikit tenaga. Dilengkapi dengan motor, sepatu bot ini juga menggunakan kecerdasan buatan untuk memberikan dorongan yang tepat untuk para pemakainya.
Pembuatan sepatu bot ini memakan waktu dua puluh tahun. Sukses pembuatan sepatu bot ini dianggap mewakili kemajuan terbaru dalam teknologi exoskeleton, wearable devices yang bekerja untuk penggunanya dalam memberikan kekuatan dan daya tahan yang lebih besar. Ini seperti 'sepatu bot Iron Man' dalam kehidupan nyata.
Teknologi seperti ini dapat digunakan untuk membantu orang-orang dengan mobilitas terbatas seperti orang berusia lanjut atau orang disabilitas. Namun, tantangannya adalah mencari cara untuk menyesuaikan perangkat ini sesuai kebutuhan setiap orang.
"Ternyata manusia adalah pejalan kaki yang sangat efisien dengan cara spesifik yang membuat [memberikan] bantuan menjadi sulit," kata Patrick Slade, PhD, salah satu peneliti yang mengerjakan sepatu bot.
"Setiap orang berjalan dengan cara yang berbeda. Apa yang berhasil di lab sering kali tidak dapat diterapkan ke dunia nyata," lanjutnya seperti diberitakan WebMD (31/10).
Baca juga:
Kurangi Mobil, 4 Kota ini Prioritaskan Pejalan Kaki dan Sepeda

Misalnya beberapa orang membutuhkan lebih banyak dorongan daripada yang lain. Lainnya perlu kelajuan yang lebih lambat untuk membantu mereka tetap stabil.
Di situlah kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligences) masuk. AI-nya mampu melakukan pembelajaran yang menggunakan algoritma untuk memproses data dan “mempelajari” berbagai hal dengan cepat.
Dalam hal ini, sepatu bot menggunakan sensor untuk mempelajari cara seseorang berjalan dan kemudian menyesuaikan berdasarkan informasi tersebut.
Para peneliti menyebutnya "optimasi human-in-the-loop". Sepatu bot tidak hanya mempelajari seberapa panjang dan cepat langkah kaki seseorang, tetapi juga tingkat metabolisme dan penggunaan energi mereka. AI juga memungkinkan mengukur gerakan dan kekuatan pergelangan kaki.
Hasilnya, seseorang dapat berjalan 9 persen lebih cepat dan menghabiskan energi 17 persen lebih sedikit saat memakai sepatu bot ini. Angka itu kira-kira sama dengan energi tambahan yang kamu dapatkan dari melepas ransel seberat sekitar 13,6 kg.
"Inilah peningkatan terbesar dalam kinerja berjalan dari kerangka kaki manusia mana pun hingga saat ini."
Baca juga:

Demikian para peneliti melaporkan dalam makalah Nature. Capaian itu juga sekitar dua kali pengurangan energi perangkat sebelumnya tanpa AI.
Langkah selanjutnya, menurut Slade, para peneliti akan melibatkan pengujian sepatu bot untuk mereka yang paling membutuhkannya: orang berusia lanjut dan mereka yang memiliki masalah mobilitas karena disabilitas.
Kelak sepatu bot ini dapat ditawarkan kepada khalayak yang lebih luas, termasuk atlet atau orang yang pekerjaannya menuntut mereka berdiri sepanjang hari.
Untuk pekerja gudang, misalnya, sepatu bot dapat membantu meredakan nyeri sendi dan kekakuan otot sekaligus membuatnya lebih produktif.
Manfaat sepatu semacam ini akan lebih dari sekadar membantu gerakan tubuh. "Dengan mengenakannya, kamu berpotensi mengurangi risiko jatuh dan meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan mental", catat dokter terapi fisik, Carol Mack, yang merupakan pemilik CLE Sports PT & Performance di Cleveland.
Meskipun bukan bagian dari penelitian ini, Mack berpengalaman dalam tantangan rehabilitasi geriatri (cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penanganan, diagnosis, serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan yang menyerang kalangan lansia), serta mereka yang kurang bergerak karena masalah neurologis.
"Eksoskeleton menunjukkan harapan sebagai teknologi baru, dan teknologi seperti ini tidak hanya membantu kecepatan berjalan," kata Mack.
Menurut Mack, ini juga dapat berkontribusi pada pengendalian pinggul yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan. "Dan bisa memunculkan rasa lebih percaya diri bagi mereka yang memiliki gangguan mobilitas. Itu perkembangan besar!" (aru)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Robot yang Dipamerkan Polri Dijual Bebas di E-Commerce, Segini Harganya

Canggihnya Robot Polisi, Dibekali Kemampuan Deteksi Penyintas hingga Bahaya Gas Beracun

Aksi Robot Polisi atau Ropi Humanoid Unjuk Gigi dalam Peringatan HUT ke-79 Bhayangkara

Alasan Pakai Robot, Polri Khawatir Anggotanya Jadi Korban di Lokasi Rawan dan Berbahaya

Mabes Polri Tak Mau Kalah dengan Negara Lain soal Penggunaan Robot untuk Tugas Kepolisian

Dari Film ke Dunia Nyata, Robot 'Iron Man' untuk Penyandang Disabilitas

Robot Curiosity NASA Alami Kerusakan Parah di Mars

AS Gunakan Robot Polisi untuk Berpatroli di Jalanan

Tesla Cari Orang untuk Jadi Manusia Robot, Dibayar Rp 1,5 Miliar per Tahun

BMW Uji Coba Robot Humanoid Figure 02 untuk Rakit Mobil
